Berita

tommy winata/net

Politik

Tanpa Gardu Listrik, Tommy Winata itu Konglomerat Abal-abal...

KAMIS, 23 JULI 2015 | 13:08 WIB | OLEH: BEATHOR SURYADI

TOMMY Winata alias TW boleh bangga menjadi konglomerat, punya hotel, perkantoran mewah, punya pesawat dan lain-lain. Semua usaha itu berada di perkotaan dan hanya dinikmati sedikit orang, maka jika dia tidak mampu membangun usaha pembangkit tenaga listrik, dia pengusaha yang gagal sebagai nasionalis.

Gerakan Reformasi itu mengangkat empat tokoh ke pentas nasional, Amin Rais Ketua Muhammadiyah menjadi ketua MPR RI, Gus Dur ketua NU menjadi presiden, lalu TW dan Hary Tanoe yang pengusaha papan bawah menjadi konglomerat.

Saat ini Kabinet Jokowi-JK menghadapi dilema internasional sehingga pertumbuhan ekonomi meleset dari target. Ekonomi yang lambat itu diperparah jatuhnya harga batubara di tingkat internasional, sehingga pengusaha daerah gulung tikar, sementara pinjaman dan investasi dunia pun sulit dibawa masuk kedalam negeri.

TW yang tumbuh menjadi konglomerat itu sudah meng-internasional, dia satu di antara yang dihormati dan disegani para samurai dunia. Namanya terdengar ke mana-mana. Sayang jika nama besar itu tidak bermanfaat bagi rakyat. TW satu di antara jutaan relawan Jokowi-JK, dan dia ikut bertanggung jawab agar kabinet ini berhasil.

Pergaulan internasionalnya itu harusnya dapat menarik dan membawa modal untuk negeri. Satu di antaranya, TW harus dapat membawa Rp 3.000 triiun uang WNI yang diparkir di luar negeri oleh pelaku bisnis, apakah itu dana haram/ korupsi atau  secara benar/tabungan bisnis.

Begitu juga dana milik koruptor yang ada di penjara Sukamiskin. Selama ini mereka hanya menyuap aparat untuk mendapatkan angka remisi saat ultah negeri atau saat Lebaran. Ada baiknya remisi dikaitkan dengan turut sertanya modal mereka untuk pembiayaan pembangkit listrik.

TW sangat piawai dalam mengelola modal tersebut. Dengan begitu usaha tambang batubara daerah bangkit lagi, pertumbuhan bergerak, semua warga memanfaatkan listrik untuk usaha hidupnya. Kabinet terang benderang karena target pembangkit listrik 35.000 MW akan tercapai. Dengan mempercepat perizinan satu atap tidak lebih dari satu bulan, dari urusan lahan dan tarik kabel.

*Penulis adalah bekas koordinator Komite Mahasiswa  Penurunan Tarif Listrik (KMPTL) dan sempat dipenjara karena demontrasi tersebut di tahun 1989. Kini bekerja di Kantor Kepala Staf Presiden.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya