. Tidak semua orang Medan pernah mengunjungi Museum Tjong A Fie yang terletak di salah satu kawasan Kota Tua, yaitu Jalan Kesawan. Padahal museum ini memiliki sejarah yang panjang dengan perkembangan Kota Medan.
Tjong A Fie yang hidup dari tahun 1860 hingga 1921 adalah seorang pengusaha asal Tiongkok yang pernah sukses membangun bisnis perkebunan di Sumatera. Kerajaan bisnisnya meliputi perkebunan, pabrik minyak kelapa sawit, pabrik gula, bank dan perusahaan kereta api yang mempekerjakan ribuan karyawan.
Di eranya, Tjong A Fie dikenal sebagai seorang dermawan dan sangat berjasa dalam membangun kota Medan. Buktinya, terdapat di salah surat wasiat yang dituliskannya beberapa bulan sebelum meninggal dunia. Dalam wasiatnya dia mewajibkan ketujuh anaknya beserta keturunannya untuk membantu fakir miskin, orang cacat dan sakit tanpa memandang suku dan bangsa.
Selain itu, Tjong A Fie juga menyumbangkan menara lonceng untuk Gedung Balai Kota Medan, menyumbang pembangunan Istana Maimoon, Gereja Uskup Agung Sugiopranoto, Kuil Buddha di Brayan, kuil Hindu untuk warga India, Batavia Bank, Deli Bank, Jembatan Kebajikan di Jalan Zainul Arifin serta mendirikan rumah sakit Tionghoa pertama di Medan bernama Tjie On Jie Jan.
Museum Tjong A Fie dulunya adalah hadiah perkawinan bagi isteri keduanya, dan museum ini telah berusia satu abad dengan luas 6 ribu m2. Hingga kini masih didiami keturunan Tjong A Fie yakni dua orang cucu yang tinggal di sisi kiri museum. Sedangkan anak-anak dan cucu-cucunya yang lain hidup dan tinggal di luar negeri. Di museum ini pengunjung bisa menikmati keindahan arsitektur Cina kuno yang digabungkan dengan nuansa arsitektur gaya Eropa dan Melayu.
Dengan tiket masuk seharga Rp.35.000, pengunjung dapat melihat dan membayangkan bagaimana kehidupan Tjong A Fie beserta keluarga besarnya di bangunan yang kokoh dan besar ini, seperti halnya bagaimana dia membuat tiga ruang tamu secara khusus. Satu ruang tamu di sebelah kiri diperuntukan untuk menerima Sultan Deli, ruang tamu di tengah sebagai ruang tamu umum, dan di sebelah kanan adalah ruang tamu khusus untuk menerima orang-orang Tionghoa.
Sementara itu di lantai dua yang luas, ia khususkan untuk ruang dansa ketika sedang membuat perhelatan. Dan untuk ruang sembahyang dia membuat satu di bawah dan satu di atas. Sedangkan kamar tidur Tjong A Fie berada di bagian kiri bangunan dan kamar tidur anak-anaknya yang luas terletak di atas dan di bawah dengan segala perabotan yang masih utuh dan nyaris lengkap serta tertata rapih.
Sejumlah kamar tidur para pembantu terletak di sayap kanan atas dengan kamar yang luas dan terang. Dan yang uniknya, di bagian tengah rumah terdapat ruang terbuka dengan jendela yang banyak dengan maksud agar rejeki menjadi terbuka dan lancar.
[sam]