Berita

Ilustrasi

Politik

Ketaatan pada Rais Aam Fondasi Kesinambungan Khittah NU

SENIN, 15 DESEMBER 2025 | 15:39 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Rais Aam dalam struktur jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) menempati posisi sebagai pemimpin tertinggi organisasi yang memiliki kewenangan moral, keulamaan, dan kebijakan strategis dalam menjaga arah perjuangan NU.

Begitu dikatakan Rais Syuriyah PWNU Lampung, KH Shadiqul Amin. Menurutnya, NU dibangun di atas tradisi keilmuan, adab, dan kepemimpinan yang berakar kuat pada nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah. 

Kata dia, kepatuhan kepada Rais Aam bukan sekadar kepatuhan administratif atau formalitas struktural, tetapi kepatuhan pada Rais Aam fondasi kesinambungan khittah. 


“Ketaatan ini merupakan wujud adab jam’iyah yang telah diwariskan oleh para masyayikh NU sejak awal berdirinya organisasi," kata Kiai Shadiqul Amin dalam keterangan tertulis, Senin 15 Desember 2025.

Dalam tradisi NU, ia menjelaskan hubungan antara Rais Aam dan seluruh jajaran syuriyah di daerah dibangun atas dasar ta’zim kepada ulama, penghormatan terhadap sanad keilmuan, serta komitmen untuk menjaga kemaslahatan umat.   

“Rais Aam adalah simbol pemersatu warga NU di tengah beragam pandangan dan dinamika yang muncul dalam organisasi,” tuturnya.

Oleh karena itu, Shadiqul Amin mengingatkan bahwa setiap perbedaan pendapat seharusnya disikapi dengan kepala dingin melalui mekanisme musyawarah, serta tetap berada dalam koridor kepemimpinan yang sah.

Dia menambahkan, kepatuhan kepada Rais Aam merupakan bagian dari tanggung jawab moral Pengurus NU di semua tingkatan. Menurutnya, menjaga kepatuhan kepada Rais Aam berarti menjaga kesinambungan perjuangan NU sebagaimana diwariskan para pendiri. 

“Kepatuhan ini tidak menutup ruang kritik dan dialog, namun harus dilandasi niat menjaga persatuan, bukan mempertajam perbedaan,” ungkapnya.

Dia mengajak seluruh warga NU terutama di Lampung untuk kembali memperkuat nilai-nilai dasar NU di tengah berbagai dinamika yang berkembang, yakni tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran), dan i’tidal (tegak lurus).

“Nilai-nilai ini hanya dapat dijaga dengan sikap patuh pada kepemimpinan tertinggi organisasi, dan kesediaan untuk menahan diri dari sikap yang berpotensi memecah belah ukhuwah nahdliyah,” pungkasnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

UPDATE

Eddy Soeparno Bicara Komitmen Prabowo Percepat Dekarbonisasi

Senin, 15 Desember 2025 | 16:13

Praperadilan Kakak Kandung Hary Tanoesoedibjo Dua Kali Ditolak Hakim

Senin, 15 Desember 2025 | 15:55

Miliarder Siapkan Hadiah Besar Atas Aksi Heroik Warga Muslim di Bondi Beach

Senin, 15 Desember 2025 | 15:48

DPR Tegaskan Perpol 10/2025 Tidak Bertentangan dengan Konstitusi

Senin, 15 Desember 2025 | 15:41

Ketaatan pada Rais Aam Fondasi Kesinambungan Khittah NU

Senin, 15 Desember 2025 | 15:39

Gubernur Sulut Dukung Penguatan Kapasitas SDM Bawaslu

Senin, 15 Desember 2025 | 15:29

Keselamatan Masyarakat Harus Jadi Prioritas Utama Selama Nataru

Senin, 15 Desember 2025 | 15:19

Pramono Terima Hasil Kongres Istimewa MKB Demi Majukan Betawi

Senin, 15 Desember 2025 | 15:12

KPK Geledah Rumah Dinas Plt Gubernur Riau SF Hariyanto

Senin, 15 Desember 2025 | 14:54

Command Center Diresmikan Percepat Digitalisasi dan Pengawasan Kopdes Merah Putih

Senin, 15 Desember 2025 | 14:43

Selengkapnya