nasaruddin umar
nasaruddin umar
REAKTIF adalah watak negatif yang sering disaÂdari orang. Watak dan sikap reaktif selain banyak merÂugikan diri sendiri juga merÂugikan orang lain. Karena itu, salah satu fungsi dan tujuan ajaran agama ialah mentransformasikan sikap dan watak reaktif ke sikap dan watak proaktif. Sikap dan watak reaktif serÂing digambarkan di dalam Al-Quran sebagai kegelapan (al-dhulumat) dan sikap dan watak proaktif digambarkan sebagai cahaya (al-nur), seperti dijelaskan di dalam ayat: Allah PelindÂung orang-orang yang beriman; Dia mengeluÂarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindÂungnya ialah setan, yang mengeluarkan merÂeka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S. al-Baqarah/2:257).
Ciri-ciri sikap reaktif ialah mudah sekali tersÂinggung, cepat marah, dan mengeluarkan kaÂta-kata kasar yang kemudian ia sesali sendiri. Hal-hal yang kecil dan spele selalu dibesar-besarkan, sehingga ia selalu berada di dalam kerumunan problem. Belum selesai persoalan yang satu muncul lagi persoalan baru, sehingÂga ia sering merasa hidup ini sangat melelahÂkan dan membosankan. Ia cenderung selalu mengiba-iba, merengek, mengeluh, dan suka curhat kepada orang lain yang ada di sekiÂtarnya. Negative thinking selalu mendominasi pikirannya, sehingga energinya habis terkuÂras. Diilustrasikan di dalam Al-Quran bagaikan orang yang mendaki ke langit, semakin jauh ke atas semakin tipis oksigennya, sehingga dada terasa sesak. Barang siapa yang Allah menghÂendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk IsÂlam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadaÂnya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (Q.S. al-An'am/6:125).
Sikap reaktif juga selalu menunggu segalanÂya terjadi kepada mereka. Ia tidak terbiasa mengambil inisiatif atau berfikir lain dari skema kehidupan yang sudah dipermanenkan di dalam dirinya. Akibatnya, hampir tidak terjadi perubaÂhan berarti di dalam hidupnya dalam arti positif. Ia berubah jika memang secara alamia betul-betul perlu dan mendesak. Ia mudah takluk kalau dapat tekanan dari orang lain. Ia seperti tidak punya daya saing dan daya juang untuk sesuatu yang lebih tinggi. Ia kalah duluan sebeÂlum bertanding. Dalam pergaulan sehari-hari ia selalu diwarnai dengan perasaan depresi dan rendah diri. Ia gampang putus asa, meskipun sering mendengarkan ayat: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhÂadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berÂputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. SesÂungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. al-Zumar/39:53).
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
UPDATE
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33