Berita

Menperin di industri olahan nanas

Industri Gula Rafinasi Topang Geliat Industri Makanan dan Minuman

MINGGU, 28 JUNI 2015 | 11:09 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Industri gula rafinasi di Indonesia diakui menopang geliat industri makanan dan minuman nasional. Karena memang, gula rafinasi merupakan salah satu bahan penolong industri makanan minuman bersama bahan baku utama lainnya.

"Maka, keberadaan  industri gula kristal rafinasi di dalam negeri sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan industri makanan dan minuman yang terus berkembang," ujar Menteri Perindustrian Saleh Husin di pabrik gula rafinasi milik PT Sugar Labinta di Lampung, Sabtu (26/6).

Pada tahun 2014, industri makanan dan minuman memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp. 560,62 Trilyun (berdasarkan harga berlaku) atau memberikan kontribusi sebesar 29,95% terhadap PDB industri pengolahan non-migas. Pada tahun yang sama, ekspor industri makanan dan minuman sebesar US$ 5,55 Milyar atau menyumbang 4,73% dari ekspor hasil industri.
 
Pertumbuhan industri makanan dan minuman (tidak termasuk industri pengolahan tembakau) berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02%, sedangkan industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 9,54%.

Sebagai PGR, Labinta mengolah raw sugar menjadi gula rafinasi untuk industri minuman, susu olahan, kembang gulam buah dalam kaleng, farmasi dan lain-lain. Kapasitas izin perusahaan ini dari BKPM sebesar 540.000 ton per tahun dan kapasitas melting sebesar 484.110 ton per tahun.

Sugar Labinta juga gigih meningkatkan mutu produk dan efisiensinya, sehingga gula dengan spesifikasi khusus misalnya untuk formula bayi yang sebelumnya seluruhnya diimpor, secara bertahap sudah dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri.

Namun diakui, bahan baku gula rafinasi berupa raw sugar didapatkan dari impor. Untuk menguranginya, Pemerintah juga mendorong produsen gula membangun kebun tebu sendiri untuk mengurangi impor raw sugar dan memperkuat kemandirian ekonomi. "Satu-satunya cara mengurangi impor raw sugar ya dengan memiliki kebun tebu sendiri," ujar Menteri.

Sementara untuk menjamin tidak adanya rembesan gula rafinasi ke pasar umum, Kementerian Perindustrian memantau ketat produksi gula rafinasi yang dikhususkan untuk kebutuhan industri itu.

Pemantauan ketat itu sekaligus menjamin pemisahan pasar gula kristal putih untuk konsumsi langsung masyarakat dan gula kristal rafinasi untuk memenuhi kebutuhan industri. Kementerian Perindustrian menelisik produksi gula rafinasi melalui verifikasi kontrak. Sedangkan audit distribusi yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan. Kami tidak mau gula rafinasi bobol ke luar industri,” katanya.

Karena itu, pemerintah juga memberi apresiasi pada pabrik gula rafinasi (PGR) yang memenuhi komitmen menyalurkan produk gula kristal rafinasinya ke industri makanan dan minuman.
 
"Saya harus fair. Monitoring ketat harus dilakukan untuk menjamin gula rafinasi tidak merembes kemana-mana. Nah, jika ada perusahaan yang disiplin menyalurkan produknya sesuai ketentuan, hanya ke industri, ya harus diapresiasi,” tegasnya.

Anggota DPR RI yang turut hadir, Frans Agung Mula Putra mengatakan, keberadaan industri hilir membuktikan Lampung prospektif untuk investasi. "Apalagi sumber bahan baku berasal dari provinsi ini sehingga memberi nilai tambah dan membuka lapangan kerja bagi warga lokal," ujar wakil rakyat dari Dapil I Lampung ini.

Dalam rangkaian Safari Ramadan di Lampung, Menperin juga menyambangi PT Great Giant Pineapple. Dia mendorong industri olahan buah nanas tersebut untuk mendongkrak kinerja ekspor. Karena perusahaan ini dikenal sebagai penghasil produk nanas dalam kaleng ketiga terbesar di dunia.
 
Jika dihitung dalam volume produksi yang terintegrasi dengan lahan pertanian nanas milik sendiri, maka menjadi yang terbesar di dunia. Jadi memang sesuai nama perusahaan. Hebat dan meraksasa,” seloroh Saleh Husin. 
 
Berkapasitas produksi nanas dalam  kaleng sebesar 200.000 ton per tahun, nilai investasi Great Giant Pineapple sebesar Rp 500 miliar serta menyerap tenaga kerja sebanyak 16.000 orang.
 
"Nilai ekspor kami mencapai USD 220 juta atau lebih dari Rp 2,6 triliun," kata Ruslan Krisno, Direktur Sustainability Great Giant Pineapple. Dari lahan seluas 33.000 hektar, berhasil diproduksi nanas dalam kaleng, jus serta konsentrat nanas yang telah dipasarkan kelebih dari 60 negara tujuan ekspor di Eropa, Amerika, Timur Tengah, Afrika dan Asia Pasifik.

Menperin menuntaskan kunjungan ke Lampung dengan menyambangi Sungai Budi Group. Perusahaan ini memiliki beragam bisnis dari kebun kelapa sawit, CPO dan turunannya, biodiesel, beras, tepung tapioka, angkutan laut, tambang marmer, batubara, air mineral hingga industri gula.

Untuk gula, melalui anak usaha Adi Karya Gemilang, perseroan tengah membangun pabrik gula kristal putih yang bahan bakunya dari kebun tebu sendiri. Kapasitas giling mencapai 8000 ton cane per day (TCD) dengan target produksi 180 ribu ton per tahun. "Investasi pabrik gula Rp 1,3 triliun. Jika dihitung bersama investasi kebun tebu, jadi totalnya Rp 2,5 - 3 triliun," kata Widarto, Presiden Direktur Sungai Budi Group.

Dia menargetkan, pabrik rampung dan mulai produksi pada akhir 2016. Sedangkan total luas lahan tebu 20 ribu hektare, sebanyak 9000 hektare telah ditanami. "Ekspansi Sungai Budi membangun pabrik gula yang terintegrasi dengan kebun tebu ikut menurunkan impor gula Indonesia. Ini menjadi penguat keyakinan bahwa kita mampu membangun industri gula nasional yang mandiri," terang Menperin.

Menteri juga mendorong pelaku bisnis dan investor lainnya mengikuti jejak Sungai Budi. Bukan hanya soal gula, tetapi terkait bisnis terintegrasi perusahaan yang menopang bisnis berorientasi ekspor perusahaan.

Di bisnis CPO, perusahaan melakukan hilirisasi melalui anak perusahaan PT Tunas Baru Lampung Tbk, berupa produksi minyak goreng berkapasitas 1700 ton per hari. Widarto menargetkan, produksi minyak goreng mencapai 1,5 juta ton per tahun.  Dari limbah sawit, Sungai Budi memanfaatkannya dengan memproduksi sabun berkapasitas produksi 13.750 ton per tahun. Selain itu, hilirisasi minyak sawit juga menghasilkan biodiesel. [zul]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

CEO Coinbase Umumkan Pernikahan, Netizen Seret Nama Raline Shah yang Pernah jadi Istrinya

Kamis, 10 Oktober 2024 | 09:37

UPDATE

Update Kondisi Terkini Prajurit TNI Terkena Serangan Israel di Lebanon

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 10:10

Senator Aanya Buka-bukaan soal Interupsi Komeng di Paripurna DPD

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 10:08

Main dalam "In the Name of Justice", Steven Seagal Nyatakan Siap Mati Demi Rusia

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 10:02

Jelang Peresmian, Amanah Dorong Siswa jadi Agen Perubahan

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 09:54

Industri Manufaktur Indonesia Raup Kesepakatan Bisnis Senilai Lebih dari 10 Juta Dolar AS di MWO

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 09:48

KTT ASEAN-India, Airlangga: Investasi India Konkret

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 09:43

Harga Emas Antam Melejit di Akhir Pekan, Satu Gram Nyaris Tembus Rp1,5 Juta

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 09:15

Berembus Demo 20 Oktober, Pengamat: Transisi Harus Tetap Mulus

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 09:06

Buyer dari 13 Negara Tandatangani Kontrak Kerja Sama Senilai Rp13 Triliun di TEI 2024

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 08:55

Bursa Saham AS Menghijau, Dow Jones dan S&P 500 Tembus Rekor Tertinggi

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 08:46

Selengkapnya