Nasaruddin Umar/net
Nasaruddin Umar/net
"ORANG yang tidak memiÂliki rasa malu bagaikan mayat berjalan". Pepatah ini sesungguhnya sejalan denÂgan beberapa ayat dan hadis. Nabi Yusuf figur manuÂsia yang penuh rasa malu dan sekaligus membuatnya terhormat, disegani, dan dicntai banyak orang. DikiÂsahkan dalam Al-Qur'an: "Sesungguhnya wanÂita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya." (Q.S. Yusuf/12: 24). Sesungguhnya tanda yang diÂlihat ialah bahwa ia melemparkan pakaian ke wajah sebuah patung yang ada di rumah. Lalu Yusuf AS. berkata kepadanya: Apa maksudmu berbuat begini?" Jawabnya: "Sesungguhnya aku merasa malu." Kata Yusuf: "Sesungguhnya aku lebih malu lagi kepada Allah." Selanjutnya ditegaskan dalam firman Allah dalam al-Qur’an. "Kemudian datanglah kepada Musa salah seÂorang dari kedua wanita itu berjalan dalam keadaan malu-malu". (QS. Al-Qasas/28:25). Sesungguhnya dia merasa malu, sebab ada seorang yang menawarkan kepadanya jamuan, maka ia malu untuk tidak memenuhinya. Rasa malu termasuk salah satu sifat bagi tuan rumah sebagai penjamu hidangan.
Pelajaran dari Nabi Yusuf yang diabadikan di dalam Al-Qur’an itu bisa diambil hikmahnya bahwa segala perbuatan yang memalukan hanÂya akan membawa penyesalan, dan keberaniÂan untuk berkata "tidak" kepada hal-hal yang memalukan akan mendatangkan keajaiban positif dari Allah Swt untuk yang bersangkutan. Namun disadari hal ini amat sulit diwujudkan di dalam masyarakat modern, terutama warga perkotaan saat ini.
Rasa malu (al-haya') merupakan kriteria unÂtuk mengukur seseorang beriman atau tidak beriman. Rasulullah Saw pernah menegasÂkan: Al-Haya' min al-iman (rasa malu merupaÂkan bagian dari iman). Jadi orang yang beriman ialah orang-orang yang mampu memproteksi diri dari segala hal yang memalukan. Biasanya yang memalukan dalam hidup ini ialah pelangÂgaran agama, pelanggaran hukum positif, dan pelanggaran etika atau budaya local. Pepatah leluhur kita juga mengingatkan kepada kita: "Orang yang tidak punya rasa malu bagaikan mayat yang berjalan", "Lebih baik mati daripada bercermin bangkai", dan khusus budaya etnik Bugis-Makassar sudah lama mempertahankan kepribadian Siri yakni rasa malu terhadap seÂgala hal yang melanggar etika. Dalam tradisi masyarakat Bugis-Makassar seringkali memilih mati ketimbang dipermalukan.
Populer
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Senin, 15 Desember 2025 | 21:49
Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15
UPDATE
Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:44
Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43
Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:12
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:52
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:42
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:22
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:06
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:01
Sabtu, 20 Desember 2025 | 13:38