Berita

ilustrasi/net

Bisnis

Percuma Petral Dibubarkan Kalau Internal Pertamina Tak Dibenahi

SELASA, 23 JUNI 2015 | 21:54 WIB | LAPORAN:

. Produksi BBM di dalam negeri  lebih mahal dibandingkan impor dari Singapura. Saat ini biaya kilang BBM yang dikelola Pertamina lebih mahal Rp 500 per liter ketimbang biaya produksi di kilang sejenis yang berada di negeri Jiran tersebut.

Dengan biaya mahal tersebut, Pertamina harus menanggung kerugian dalam jumlah besar. Dengan asumsi kilang Pertamina mengolah 1 juta barel BBM per hari, yang setara dengan 159 juta liter BBM, maka nilai kerugian yang harus ditanggung Pertamina mencapai Rp 79,5 miliar per hari.

Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahaean merasa ada yang aneh apabila produksi kilang Pertamina jauh lebih mahal dibandingkan kilang yang lain, termasuk dari Singapura. Padahal, Pertamina juga memproduksi minyak sendiri, sementara Singapura praktis tak punya sumber minyak.


"Ada banyak masalah dalam produksi kilang minyak di Pertamina. Banyak komponen yang seharusnya tidak masuk biaya justru dibebankan ke biaya kilang. Ini yang lewat dari perhatian tim reformasi tata kelola migas," jelas dia dalam keterangan persnya, Selasa (23/6).

Hal itu juga yang dirasa Ferdinand membuat Pertamina malah merugi, bukan mendapatkan keuntungan. Parahnya, negara juga dirugikan karena hal itu. Makanya, Ferdinand meminta agar Kementerian ESDM ikut menyelidiki hal itu.

Di sisi lain, Ferdinand menyayangkan langkah ESDM membubarkan Petral hanya karena dianggap sarang mafia migas tidak akan berarti jika tak dilakukan reformasi di Pertamina.


"Akan percuma Petral dibubarkan tetapi kondisi Internal Pertamina tetap seperti sekarang. Jangan-jangan mafia migas tidak di Petral, tetapi sistem yang ada sengaja dibuat untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu," tandas Ferdinand.
 
Untuk diketahui, akibat beban biaya BBM yang sangat besar, selama kuartal I - 2015
bisnis BBM Pertamina menderita rugi hingga US$ 350 juta atau sekitar Rp 4,62 triliun (kurs Rp 13.200). Dampaknya, secara umum laba bersih BUMN ini hanya US$ 28 juta, jauh dibawah target perusahaan sebesar US$ 427 juta. [sam]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya