Berita

Ramadhan Hanya untuk Orang Bertakwa

SELASA, 23 JUNI 2015 | 17:28 WIB | OLEH: MUHAMMAD SULTON FATONI

PUASA Ramadhan begitu nikmat bagi orang-orang yang bertakwa. Bukan lagi keterpaksaan namun menjadi kerinduan. Namun bagi orang-orang yang tidak bertakwa, bulan Ramadhan adalah momok yang -andai bisa- ia akan menghindarinya. Bulan Ramadhan pun selalu hadir setiap tahun, menyukainya (ballighna Ramadhan) atau menggerutuinya.

Seorang teman saya menelepon dari Amerika Serikat bercerita tentang puasa Ramadhan tahun ini yang rentang waktunya cukup panjang. Begitu juga teman saya di Belanda yang puasa Ramadhan hingga 22 jam. Keduanya tetap berpuasa mengingat ia merindukannya.

Setiap ibadah yang berstatus ‘harus’ (wajib) punya spesifikasi, termasuk puasa Ramadhan. Bagi seorang muslim yang berpuasa Ramadhan, tentu merasakan spesifikasi ibadah ini. Di antara spesifikasi itu adalah batasan puasa Ramadhan yang harus dijalani sejak terbit fajar (min thulu’il fajris shadiq) hingga matahari terbenam (ila ghurubis syams). Pembatasan ini dalam praktiknya memerlukan durasi waktu puasa yang berbeda-beda tergantung alam semesta. Fakta ini sebenarnya telah diketahui oleh setiap muslim yang tinggal di suatu negara.

Seorang teman saya di Jakarta bertutur tentang perlu ada rekonstruksi Fiqh Puasa. Sehingga ada keadilan waktu bagi semua umat Islam di penjuru dunia di sisi durasi waktu berpuasa”. Sehingga tidak terjadi lagi perbedaan durasi waktu puasa” yang sangat tajam, seperti di Indonesia yang cukup 12 jam, sementara di Eropa dan Amerika ada yang hingga 22 jam.

Allah Swt berfirman dalam al-Quran surah al-Furqan ayat 62, Dan Dialah yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.”

Pelajaran yang bisa kita petik dari pergantian siang dan malam dalam konteks puasa Ramadhan dapat kita telusuri dari fiqh klasik. Syaikh Muhammad bin Qasim (w.1517M) dalam kitabnya, Fathul Qarib al-Mujib menjelaskan bahwa "puasa itu dilakukan di siang hari utuh (jami'a nahar)." Puasa berakhir saat malam tiba. Faktanya, siang hari utuh” di Indonesia itu berakhir dimulai kisaran pukul 04.30 WIB  saat terbit fajar hingga saat matahari terbenam di kisaran pukul 18.00 WIB.

Sementara siang hari utuh” di Eropa sekarang dimulai saat terbit fajar di kisaran pukul 03.00 waktu setempat dan berakhir saat matahari terbenam di kisaran pukul 22.00 waktu setempat. Panjang pendeknya malam hari dan siang hari berbeda-beda di setiap negara. Ada negara yang durasi waktu siang harinya lebih panjang dari malam hari. Terdapat pula negara yang durasi waktu siang harinya lebih pendek dari malam hari. Begitu pula ada negara yang durasi waktu siang hari dan malam harinya nyaris sama. Ada yang perbedaan durasi waktunya ekstrem, ada yang sedang dan ada pula yang tipis.

Puasa Ramadhan termasuk ibadah mahdhah yang aturannya telah pasti dan tak mungkin berubah. Perbedaan durasi waktu puasa” tak hanya terjadi antara satu negara dengan negara yang lain, antara satu benua dengan benua yang lain. Di level yang terkecil pun, antar kota misalnya, terdapat perbedaan tersebut meskipun sangat tipis dan tidak terasakan. Praksis dalam soal perbedaan durasi waktu puasa” terjadi interval yang dari yang terkecil hingga tak terasa; hingga yang terpanjang sampai-sampai sisa waktu malam” tersedia hanya cukup untuk salah Maghrib, Isya’, salat tarawih dan Sahur.

Ibnu Jarir at-Thabari dalam tafsirnya mengatakan bahwa kekuasaan Allah itu Mahasempurna. Maka menurutku perbedaan durasi waktu puasa” itu adalah wujud kesempurnaan kekuasaan Allah Swt yang menjadikan puasa sebagai ibadah istimewa, tak cuma istimewa pahalanya namun juga teknisnya.

Berat dan tidaknya seseorang berpuasa tergantung ketakwaannya kepada Allah Swt. Tunduk, atau tidak kepada Allah (la’allakum tattaquun). Karena itu tak ada peluang merekonstruksi Puasa Ramadhan. Saatnya memanfaatkan peluang keistimewaan puasa Ramadhan

*penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Populer

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Ratusan Tawon Serang Pasukan Israel di Gaza Selatan

Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:05

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

KPK Juga Usut Dugaan Korupsi di Telkom Terkait Pengadaan Perangkat Keras Samsung Galaxy

Rabu, 15 Mei 2024 | 13:09

Alvin Lim Protes Izin Galangan Kapal Panji Gumilang

Sabtu, 11 Mei 2024 | 15:56

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

UPDATE

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Kementerian BUMN Rombak Susunan Direksi ID FOOD

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:47

Agar Ekonomi Indonesia di Triwulan II Tetap Tumbuh, DPR Ingatkan untuk Lakukan Hal Ini

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:35

Dukung Penuh Pengurus LP3KN, Menag RI Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:34

Iuran BPJS Tidak Berubah Meski Sistem Kelas Dihapus

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:14

Resmi, Massimiliano Allegri Bukan Lagi Pelatih Juventus

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:12

Ayah Mendiang Eki Doakan Pelaku Pembunuhan Vina Cirebon Segera Ditangkap

Sabtu, 18 Mei 2024 | 06:54

Hendropriyono Yakin Prabowo Lanjutkan IKN

Sabtu, 18 Mei 2024 | 06:35

Percetakan di Banda Aceh Meringis jadi Korban Janji Manis Caleg

Sabtu, 18 Mei 2024 | 06:16

Hendropriyono: Demokrasi Pancasila Tidak Mengenal Oposisi

Sabtu, 18 Mei 2024 | 05:55

Selengkapnya