Berita

Kerap Berbeda Pandangan, Jokowi-JK Belum Miliki Chemistry yang Baik

SENIN, 22 JUNI 2015 | 02:30 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla kerap berbeda pandangan dalam menanggapi sebuah isu. Bahkan kini, daftar pertentangan pandangan antara keduanya bertambah satu lagi, yakni soal usulan revisi UU KPK.

Jokowi menolak revisi UU tersebut. Sementara JK, mendukung dan menganggap sikap seperti itu bukan bertentangan secara prinsip dengan Presiden Jokowi.

"Terlalu seringnya JK berlawanan dengan PJ (Presiden Jokowi) menunjukkan bahwa kedua orang tersebut belum memiliki chemistry yang baik dalam memimpin negeri ini," ungkap pengamat politik senior, AS Hikam (Minggu, 21/6).

"Dan hal ini sungguh sangat disayangkan karena tanpa adanya keterpaduan antara RI-1 dan RI-2, maka keseimbangan politik yang ada dalam Pemerintahan akan terganggu, dan pada gilirannya akan menggangu pula kinerja Kabinet," sambungnya.

Menurutnya, pemerintahan Presiden Jokowi akan selalu dibayangi oleh keragu-raguan dan pertikaian internal (internal dicord) yang akan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak ingin melihat kesuksesan Pemerintahan.

Dia mengingatkan, lima tahun bukanlah waktu yang terlalu lama. Jika tidak pernah ada keterpaduan dan sinergi, kepercayaan rakyat pun akan tersia-siakan.

"Pertanyaan saya, bagaimana mungkin duet tersebut akan bisa harmonis dalam 4 tahun ke depan, jika terhadap setiap masalah yang strategis mereka selalu bertentangan?" katanya mempertanyakan.

Dia menjelaskan, kondisi tersebut akan sangat merugikan Presiden Jokowi. Sebab rakyat Indonesia akan menganggap bahwa Presiden tidak mampu mengendalikan Pemerintahan dan Kabinetnya, terutama dengan Wapresnya.

"Padahal secara konstitusional, Wapres merupakan pembantu utama Presiden. Setidaknya jika JK memang mempunyai pendapat yang berbeda dengan PJ, hal itu harus dibicarakan dalam suatu kesempatan yang tertutup dan ketika PJ sudah memutuskan, maka Wapres harus patuh dan  tidak perlu dibawa ke ruang publik," tandasnya. [zul]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

CEO Coinbase Umumkan Pernikahan, Netizen Seret Nama Raline Shah yang Pernah jadi Istrinya

Kamis, 10 Oktober 2024 | 09:37

UPDATE

Update Kondisi Terkini Prajurit TNI Terkena Serangan Israel di Lebanon

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 10:10

Senator Aanya Buka-bukaan soal Interupsi Komeng di Paripurna DPD

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 10:08

Main dalam "In the Name of Justice", Steven Seagal Nyatakan Siap Mati Demi Rusia

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 10:02

Jelang Peresmian, Amanah Dorong Siswa jadi Agen Perubahan

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 09:54

Industri Manufaktur Indonesia Raup Kesepakatan Bisnis Senilai Lebih dari 10 Juta Dolar AS di MWO

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 09:48

KTT ASEAN-India, Airlangga: Investasi India Konkret

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 09:43

Harga Emas Antam Melejit di Akhir Pekan, Satu Gram Nyaris Tembus Rp1,5 Juta

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 09:15

Berembus Demo 20 Oktober, Pengamat: Transisi Harus Tetap Mulus

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 09:06

Buyer dari 13 Negara Tandatangani Kontrak Kerja Sama Senilai Rp13 Triliun di TEI 2024

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 08:55

Bursa Saham AS Menghijau, Dow Jones dan S&P 500 Tembus Rekor Tertinggi

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 08:46

Selengkapnya