Berita

Kebersamaan Fungsional di Awal Ramadhan

KAMIS, 18 JUNI 2015 | 17:15 WIB | OLEH: MUHAMMAD SULTON FATONI

LITERATUR Islam telah mengatur bahwa puasa Ramadhan itu dilakukan di siang hari secara utuh (jami’ nahar). Batasan puasa di atas telah menggiring umat Islam untuk berpuasa secara bersama-sama.

Faktanya, tak ada yang puasa di malam hari dan itu memang dilarang. Islam juga mengatur waktu memulai puasa Ramadhan dengan cara melihat bulan secara fisik (ru’yatul hilal bil fi'li). Pada puasa Ramadhan tahun ini (2015) hitungan matematis (hisab) sebagai alat prediksi berkesesuaian dengan hasil ru’yatul hilal bil fi’li. Formula penetapan awal puasa ini juga menggiring umat Islam untuk berpuasa secara kolektif.
 
Konsep puasa Ramadhan dalam praktiknya tahun ini, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, telah merangsang umat Islam untuk berpuasa secara kolektif. Istimewanya, secara faktual berhasil berpuasa secara kolektif, suatu tindakan yang gagal terjadi beberapa kali waktu lalu. Tentu hal ini tidak mudah mengingat tindakan yang bersama-sama itu harus mengalahkan tindakan individu-individu. Patut disyukuri.
 

 
Lantas apa yang bisa kita dapatkan dari kolektifitas pelaksanaan puasa Ramadhan tahun ini? Banyak hal yang bisa kita dapatkan, di antaranya adalah kebersamaan fungsional. Banyak hal yang bisa dilakukan saat tumbuh kebersamaan. Pada bulan puasa Ramadhan ini, kebersamaan dapat difungsikan untuk melakukan kerja-kerja positif yang outputnya untuk masyarakat luas. Rasulullah saw telah mengajarkan agar kita senang berbagi rejeki di bulan Ramadhan, sekalipun hanya berbentuk berbuka puasa bersama.
 
Dari formalitas buka bersama secara massif akan muncul kemauan orang untuk meningkatkan kualitas kebersamaannya ke level saling memahami dan menghormati (silaturruh). Tautan dari hati ke hati itu sangat mudah terjadi mengingat orang-orang yang berpuasa mempunyai tingkat kedewasaan (baligh) dan rasionalitas (aqil) yang baik. Idealisasinya adalah perwujudan kedamaian dan keharmonisan di semua bidang kehidupan.
 
Nah, dalam konteks berbangsa dan bernegara, kebersamaan di bulan Ramadhan ini dapat difungsikan sebagai aktivitas kolektif untuk mewujudkan keinginan dan harapan bersama, yaitu perdamaian dan keharmonisan. Jika memperhatikan kehidupan damai yang terjadi di sudut-sudut dunia, terungkap fakta bahwa secara kuantitatif hal itu terjadi karena output kebersamaan, orientasi kebersamaan, dan proyeksi kebersamaan yang terorganisir.
 
Ramadhan adalah bulan ikhtiar kedamaian secara lahir dan batin. Mengemas materi sisi sosial Ramadhan sekaligus mengoptimalkan sisi immaterinya. Para ulama fiqh menegaskan bahwa di antara basic ritual puasa Ramadhan adalah an-niyyah. Karena itu jika menginginkan kebersamaan fungsional dengan terwujudnya perdamaian maka setiap individu-individu yang telah bersama-sama itu harus dilandasi komitmen tunggal, yaitu perdamaian dan keharmonisan. Tanpa ada komitmen tunggal mustahil perdamaian dan keharmonisan suatu bangsa bisa diwujudkan. Belajar dari sabda Rasulullah saw kita memahami bahwa segala tindakan itu basicnya komitmen dan orientasi dan setiap output yang dihasilkan seseorang itu terkait dengan komitmen dan orientasinya.
 
Jadi sebagai sebuah bangsa yang besar, Indonesia mempunyai mempunyai prasyarat untuk menjadi sebuah negara yang damai dan harmoni, baik secara lahir maupun batin; baik dari sisi nilai maupun norma; baik dari sisi doktrin keislaman maupun budaya kenusantaraan. Kebersamaan ini tak ada urgensinya untuk dibatalkan karena bisikan nafsu kebinatangan. Hanya bangsa yang pelupa (nasian ‘amdan), kerdil pikir (jahilan), dan kanak-kanak (shabiyan) yang mentolerir hancurnya kebersamaan. Allahumma innaka ‘afuwwun karim tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anna

*penulis adalah Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama


Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya