Berita

Toni Kodri Masaha

Publika

Revolusi Mental Berbasis Nilai Spritualitas

JUMAT, 08 MEI 2015 | 00:12 WIB

KONDISI bangsa Indonesia saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Dimana protistusi, narkoba, korupsi terus meningkat dan diikuti degradasi moral baik dari kalangan atas hingga bawah dan dari kalangan muda hingga tua. Penegakan hukum yang tidak berimbang dan terkesan tebang pilih contohnya seorang nenek gara-gara mengambil kayu mesti mendekam di penjara sedangkan seorang pejabat yang ditangkap berusaha dibebaskan. Hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Aneh dan sungguh menyedihkan. Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada Bangsa Indonesia saat ini? Kemana revolusi mental yang pernah didengungkan, apakah kondisi ini yang disebut dengan revolusi mental?

Lain lagi kondisi perekonomian Indonesia yang terpuruk, harga barang di pasar tidak dapat terkendali dan masyarakat harus menikmati beban yang diberikan. Terkait dengan permasalahan perekonomian dimana kurs rupiah tidak stabil hal ini dipengaruhi oleh volume impor yang tidak bisa dibatasi pemerintah, seperti impor pangan, serta merevisi UU yang pro asing. Selain itu pemerintah juga wajib menindak tegas oknum-oknum kartel yang sengaja memainkan harga pangan di Indonesia. Banyaknya kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat seperti kebijakan pemerintah untuk melepas harga minyak ke pasar bebas/harga internasional (liberalisasi) semakin menambah deret beban kehidupan masyarakat Indonesia. Berbagai kartu diberikan untuk mengobati kepedihan yang menyelimuti kehidupan masyarakat Indonesia. Mungkin hanya Kartu Indonesia Sabar lah yang tepat untuk masyarakat Indonesia saat ini. Seharusnya revolusi mental dapat membawa kehidupan masyarakat menjadi lebih bermakna dan bernilai. Membawa sendi-sendi perubahan menuju kearah yang sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Bangsa Indonesia diarahkan kepada kehidupan yang pragmatis sehingga terjadi persaingan individu yang cukup tinggi. Rasa kebersamaan sebagai bangsa timur pun sudah tidak kelihatan lagi. Semua orang mengagungkan jabatan dan kekayaan sehingga melakukan semua cara untuk tetap memiliki jabatan serta mendapatkan kekayaan yang sebanyak-banyaknya. Yang menjadi kekurangan di dimensi kehidupan masyarakat Indonesia adalah nilai-nilai spiritual yang semakin pudar dan luntur. Pemerintah kurang memperhatikan sisi spritualitas dan terjebak dengan dinamika politik yang berkepanjangan dan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu. Sungguh masyarakat Indonesia akan mengalami kerugian yang cukup besar apabila nilai-nilai spritualitas tidak dijaga dan dikembangkan. Nilai-nilai spritualitas yang berbasis kepada pondasi agama masing-masing akan membawa kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan bermasayarakat.


Untuk itu, revolusi mental akan kuat dan mengakar apabila berbasis nilai-nilai spritualitas dan nilai-nilai spritualitas akan kokoh jika berpedoman kepada ajaran agama masing-masing. Pemerintah harus menjaga dan memperkuat pondasi agama di semua dimensi, terutama di bidang pendidikan. Pendidikan harus memperbanyak pelajaran agama. Pelajaran agama yang dikembangkan bukan hanya teori tapi juga praktek. Mari perkuat revolusi mental dengan nilai-nilai agama.

Revolusi mental berbasis nilai spritualitas akan terwujud jika dimulai dari diri kita sendiri, dari yang kecil dan dari saat ini. Wujud Bangsa Indonesia ke depan berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia. Perubahaan harus berjalan, kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan saat ini kapan lagi. [***]

Toni Kodri Masaha, Ketua Yayasan Bumi Besaoh

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya