Berita

ilustrasi/net

Reshuffle Kabinet atau Hancur!

KAMIS, 07 MEI 2015 | 12:57 WIB | OLEH: EDY MULYADI

ENAM bulan telah berlalu sejak Jokowi-Jusuf Kalla didapuk menjadi Presiden dan Wapres. Mantra Trisakti dan Nawa Cita  tak kunjung menunjukkan keampuhannya. Indonesia yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan entah terbang ke mana.

Padahal, kedua "komoditas" itu adalah jualan andalan Jokowi-JK saat maju sebagai Capres pada 2014 silam. Dengan Trisakti dan Nawa Cita  pula mereka menyihir rakyat hingga mengabaikan rekam jejak. Hasilnya benar-benar ajib. Substansi tergusur oleh hingar-bingar polesan citra. Logika dan nalar publik tersingkir oleh harapan yang membuncah atas sosok baru yang tiba-tiba moncer bak meteor di langit gelap. Lalu, sim salabim, jadilah keduanya Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia!

Buat sebagian besar rakyat, ekonomi menjadi hal teramat penting. Rakyat (nyaris) tidak peduli dengan adu otot dan adu licik di ranah politik. Apa yang dipertontonkan para elit tidak lebih dari pamer keculasan dan khianat. Faktanya, dengan tanpa malu mereka cuma sibuk beseteru sambil asyik menggembungkan pundi-pundi sendiri. Rakyat? Silakan berjibaku dan termehek-mehek mengatasi segala beratnya beban hidup.


Bagaimana sejatinya kondisi ekonomi kita kini? Selasa (5/5) Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi triwulan 1 sebesar  4,71 persen. Angka ini turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang 5,14 persen.

Rilis BPS tadi sekaligus menjungkalkan prediksi yang masih saja terus ditebarkan para pengamat dan pejabat, bahwa ekonomi kita masih bakal tumbuh sekitar 5 persen. Entah dari mana mereka memungut optimisme di tengah begitu benderangnya kelesuan ekonomi.
 
Sejatinya, sirine memburuknya perekonomian sudah meraung-raung sejak beberapa bulan terakhir. Bahkan kalau mau ditarik mundur, sinyal-sinyal ekonomi memasuki "lampu kuning" sudah menyalak, paling tidak, sejak awal 2013.

Saat itu, ekonom senior Rizal Ramli mengingatkan pemerintah tentang terjadinya quatro-deficits sekaligus. Yaitu, defisit Neraca Perdagangan sebesar 6 miliar dolar AS, defisit Neraca Pembayaran 9,4 dolar AS miliar, deficit Balance Of Payments 6,6 miliar dolar AS, dan defisit APBN plus utang yang lebih dari Rp2.100 triliun. Ini benar-benar bahaya!

Sayangnya, pemerintah mengabaikan warning itu. Padahal, Rizal tidak asal bunyi alias atau cuma piawai berteori. Anggota Tim Ahli Panel Ekonomi Perserikatan Bangsa Bangsa ini adalah tokoh nasional yang terbukti bertangan dingin dalam menyelesaikan berbagai problem ekonomi. Kebijakan-kebijakan terobosannya sering menyempal dari mainstream neolib, yang tentu saja, tidak disukai para komparadornya di ngeri ini. Apa boleh buat, nasi sudah jadi bubur.

Tapi, baiklah. Itu kisah lama. Bagaimana dengan rezim sekarang? Apakah Tim ekonomi di bawah komando Sofyan Djalil bisa membaca tanda-tanda zaman? Kinerja mereka,  maaf, benar-benar di bawah banderol. Terbukti, bahwa tim ekonomi besutan Wakil Presiden Jusuf Kalla adalah sekumpulan orang gamang yang tidak paham dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Data ekonomi dan keuangan teranyar menunjukkan penurunan kinerja yang luar biasa. Dari pasar modal, misalnya, hanya dalam tempo sepekan (27-30 April) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rontok 6,4 persen. Rontoknya indeks dipicu aksi jual investor asing yang mencapai Rp 7,1 triliun.
Data keuangan emiten yang dipublikasikan menunjukkan penjualan semua sektor memburuk. Penjualan semen turun 3,3 persen, mobil minus 15 persen, motor anjlok 19 persen, dan properti terjun hingga 50%. Begitu juga dengan ekspor yang terjungkal sebesar 11,67 persen.

Lunglainya penjualan menyebabkan laba bersih emiten melorot. Semuanya berpangkal pada konsumsi domestik yang melemah. Mereka antara lain,  Astra Internasional turun 15,64 persen, Bank Danamon (-21,47 persen), London Sumatra (-32,3 persen), Adhi Karya (-34,5 persen), Tambang Batubara Bukit Asam (-36,5 persen), Indofood (-37,4 persen), Adaro (-55 persen), Agung Podomoro land (-65 persen), dan Arwana Citra Mulia (-49,3 persen). Penurunan lebih dahsyat bahkan mendera Wijaya Karya (-63,29 persen), Astra Otopart (-67 persen), Astra Agro Lestari (-80,11 persen), Holcim (-89,78 persen), Bank CIMB (-92,4 persemn), Timah (-120,1 persen).

Apa artinya angka-angka ini? Ekonomi kita menuju kehancuran! Sebagian pengusaha yakin, jika tidak ada perbaikan berarti, Indonesia akan kembali ke era 1997-1998an. Ya, saat itu Indonesia luluh-lantak dihajar krisis. Ekonomi yang sebelumnya bertengger di kisaran 6 persen, tiba-tiba terkontraksi minus 13%. Inflasi melonjak hingga puluhan persen. Suku bunga overnight interbank terbang ke ratusan persen.

Jokowi harus segera bertindak. Sebagai presiden, dia harus menyelamatkan Indonesia. Sebagai Presiden, kali ini dia harus menggunakan hak prerogatifnya secara penuh. Lakukan reshuffle kabinet. Rombak tim ekonomi. Ganti dan isi dengan orang-orang yang berkompeten. Mereka harus paham masalah dan tahu solusi yang dibutuhkan. Hanya mereka yang punya kapasitas dan kapabelitas dengan rekam jejak teruji yang boleh memangku jabatan amat penting ini.

Para pengganti itu harus membuang jauh-jauh mazhab neolib yang selama puluhan tahun diterapkan dan terbukti gagal. Mereka itu haruslah para penganut dan pejuang ekonomi konstitusi, yang berpihak kepada kepentingan nasional, kepada sebagian besar rakyat Indonesia.

Reshuffle atau hancur. Kami tunggu langkah konkret Anda, pak Presiden.

Edy Mulyadi, Direktur Program Centre for Economic and Democracy Studies (CEDeS)

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya