Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sempat jatuh akibat terkatung-katungnya nasib share swap Mitratel padahal kinerja perseroan kuartal I sangat moncer.
Emiten dengan kode saham TLKM ini berhasil membukukan keuntungan sebesar Rp 3,814 triliun sepanjang kuartal I 2015 atau naik 6,4 persen dibandingkan periode sama 2014 sebesar Rp 3,585. Namun, pasca pengumuman kinerja pergerakan saham Telkom sempat menukik tajam sebesar 10 persen menjadi Rp 2.615 dari Rp 2.905.
Analis dari Woori Korindo Securities, Reza Priyambada mengungkapkan salah satu sentimen negatif bagi saham Telkom adalah tak kunjung selesainya transaksi share swap dengan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dalam rangka monetisasi anak usahanya di bisnis menara (Mitratel).
"Banyak informasi simpang siur tentang nasib transaksi share swap itu. Ini menjadikan investor ritel bingung, akhirnya berdampak ke saham Telkom belakangan. Sebaiknya manajemen Telkom dan Tower Bersama menjelaskan secara detail posisi terbaru dari transaksi itu," ujarnya kepada wartawan, Rabu (6/5).
Menurutnya, aksi share swap itu menguntungkan bagi Telkom karena bisa ikut menikmati secara keberlanjutan keuntungan dari bisnis menara dengan memiliki sebagian saham dari Tower Bersama.
"Harusnya transaksi ini dilihat secara jernih dan detail. Jika dipaksa Mitratel IPO (Initial Public Offering), tak akan maksimal keuntungan didapat," katanya.
Dari sisi teknis ada biaya harus dikeluarkan, belum lagi untuk meningkatkan valuasi dari perusahaan yang akan dibawa ke bursa, itu investasi lagi.
"Mana mau pasar terima barang kalau dibandingkan dengan emiten sejenis tak menarik," lanjutnya.
VP Investor Relation Telkom Andi Setiawan, dalam keterbukaan informasi, Senin (4/5) menegaskan proses transaksi share-swap tersebut masih berlangsung hingga kini. Kedua belah pihak masih dalam tahap pemenuhan syarat dan ketentuan terkait transaksi.
Sebelumnya, Anggota BPK Achsanul Qosasi menilai proses tender share swap yang dilakukan Telkom transparan dan tak bermasalah.
[dem]