Wacana reorganisasi TNI yang bergulir beberapa hari terakhir menuai pro dan kontra. Salah satu poin yang disoroti dalam reorganisasi itu adalah pengembalian jabatan Wakil Panglima TNI.
Poin tersebut sempat mendapat pertentangan dari sejumlah LSM, salah satunya adalah Imparsial yang menilai, jabatan itu bisa menghadirkan dualisme komando dalam tubuh TNI.
Namun pengamat militer, Prof. Tjipta Lesmana membantah dugaan tersebut. Ia justru menilai, reorganisasi TNI itu penting untuk dilakukan.
"Tidak betul akan ada dualisme dengan adanya jabatan Wakil Panglima TNI. Lihat saja Gubernur, ada jabatan Wagub. Jabatan Polri ada Wakapolri, Jasa Agung ada Wakil Jaksa Agung," kata Tjipta saat dihubungi
Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu (Jumat, 20/3).
Menurutnya, TNI merupakan organisasi besar yang juga menanggung beban kerja yang berat. Maka dari itu, Tjipta menilai pengembalian jabatan Wakil Panglima TNI adalah sesuatu yang wajar untuk membantu kerja Panglima TNI.
"Saya pernah bertemu dengan Panglima TNI Moeldoko. Pada saat itu saya tanya, berapa jam tidur sehari. Panglima TNI menyebut, ia tidur sekitar 3 hingga 4 jam sehari. Mengapa begitu? Karena pekerjaan yang tidak ada habisnya," kata Tjipta.
"Jadi artinya, beban kerja terlalu berat bagi pucuk pimpinan TNI," sambungnya.
Tjipta menambahkan, dualisme tidak akan terjadi karena akan ada pembagian kerja yang jelas.
"Wakil Panglima TNI itu tugasnya membantu Panglima TNI agar bebannya lebih ringan. Tapi pucuk pimpinan tetap ada di Panglima TNI," tandasnya.
[mel]