VISI Rasionalitas dan transformasi kader merupakan momentum yang harus terbarukan pada Kongres Partai Amanat Nasional ke-IV di Bali. Dalam kancah politik nasional PAN dalam kurun 15 tahun selama prosesi pemilihan umum secara rata-rata dalam hitungan statistik menduduki peringkat ke lima atau dalam klasmen papan tengah.
Dari gambaran tersebut dapat diartikulasikan bahwa PAN, dalam gerak dan pertumbuhan dalam perolehan suara dan kursi di parlemen tidak mengalami kemajuan yang signifikan. PAN dalam kurun 15 tahun pemilihan umum hanya bergerak statis.
Reformasi pertama kali digaungkan di Republik ini oleh pendiri PAN yang juga tokoh Muhammadiyah yaitu Prof. DR. Amien Rais, MA. PAN bila kita lihat dari perspektif historis maupun ideologis tak dapat dipungkiri lahir dari tokoh dan kader Muhammadiyah.
Revitalisasi manajemen organisasi dalam tumbuh PAN harus segera dievaluasi dan ditata kembali. Kongres IV di Bali merupakan momentum bagi seluruh pengurus, kader dan simpatisan dari tingkatan DPP, DPW dan DPD baik sebagai pemilik suara maupun sebagai peserta peninjau merapikan shaff atau barisan dalam merumuskan platform, visi dan misi partai dan kepemimpinan periode 2015-2020.
Sebagai partai reformis, budaya rasionalisasi dan transformasi regenerasi serta anti status quo tetap dipertahankan dalam tumbuh partai matahari biru dan apabila hal demikian diabaikan maka tidak akan menutup kemungkinan, bahkan dari sekarang dapat kita prediksi dan estimasikan bahwa pada pemilu tahun 2019 Partai Amanat Nasional akan bisa tergerus dalam persaingan kancah politik nasional dan bahkan posisi sebagai partai pada peringkat tengah dalam kurun 15 tahun terakhir juga dapat kita pertanyakan bersama-sama.
Bila kita lirik kebelakang selama suksesi kepemimpinan di PAN, Pola budaya rasionalisasi dan transformasi regenerasi berjalan dengan baik selama periode yang ada. Kita lihat ketua umumnya dipimpin langsung oleh Amien Rais, Sutrisno Bahchir dan sampai Hatta Rajasa. Ketiga ketua umum tersebut semuanya dibentuk dalam satu periodisasi, disinilah kelebihan PAN dalam upaya memberdayakan kader dalam proses regenerasi yang berbeda jauh dari partai lainnya, seperti Megawati Soekarno Putri di PDIP, Soesilo Bambang Yudhono di Demokrat.
Tidak berlebihan memang bila PAN disebut partai reformis jika konsistensi reformasi dalam formulasi jenjang regenerasi ditunjukkan dalam internal organisasi PAN. Kongres IV di Bali merupakan momentum strategis dalam merevitalisasi gerakan sebagai partai modern untuk untuk periode 2015-2020. PAN dalam sejarah dan langkah politik yang dibangun Islam modernis, nasionalis religius, menghormati pluralisme serta mengkedepan intelektualitas yang komprehensif.
PAN sebagai partai yang dibangun dari dasar Islam modernis harus paham bentul bahwa dalam membangun platform partai ini terus disuarakan dengan konsep nasionalis religious. Emile Durkheim mengatakan ide tentang agama adalah roh masyarakat, dimana PAN sebagai partasi Islam modrenis telah memahami betul bahwa Islam merupakan satu kesatuan yang mempunyai kesatuan sosial politik yang tidak dapat dipisahkan (inna al-islaam din wa daula, sesungguhnya islam adalah agama dan negara). Pemahaman ini diperkuat dengan persatuan dan kesatuan dengan tetap menjunjung tinggi proses regenerasi yang proporsional.
Terobosan revitalisasi, regenerasi serta revitalisasi organisasi dalam tubuh PAN harus direkontruksi ulang sesuai dengan persaingan dan perubahan dinamisasi dalam politik saat ini. Dalam kancah politik nasional dapat diakui PAN berjalan statis. Oleh sebab itu, sebagai tolok ukur sejauhmana gerak dan langkah PAN yang semuanya akan dimulai dari hasil pemilihan ketua umum PAN yang baru dari hasil Kongers PAN ke IV yang diselenggarakan di Bali.
Pertarungan Ketua Umum PAN 2015-200 diikuti oleh dua kandidat, yakni pertama incumbent (patahana) Hatta Rajasa Jabatan terakhir adalah Menteri Koordinator masa pemerintahan Presiden SBY memiliki segudang prestasi yang membanggakan cuma saja dalam pertarungan pemilihan presiden dan wakil presiden 2014 dewi fortuna belum berpihak untuk mengantarkan Hatta Rajasa sebagai wakil presiden.
Kedua adalah Ketua MPR RI Zulkifli Hasan yang semua DPW dan DPD PAN Se-Indonesia tahu proses kimprah kaderisasi internal di PAN dari ketua Departemen Logistik, ketua buruh tani dan nelayan, sekretaris jendral serta prestasi politik kenegaraan diantaranya pernah menjabat sebagai Ketua Fraksi PAN, Menteri Kehutanan dan sampai pada saat ini menjabat Ketua MPR RI periode 2014-2019.
Seorang figur ketua umum dalam jabatan strategis, apalagi penjabat negara akan sangat menentukan marwah dan eksistensi organisasi tanpa terkecuali Partai Amanat Nasional (PAN). Oleh sebab itu hal yang mungkin dan bisa menjadi renungan bagi pemilik suara dalam hal ini pengurus DPP, DPW dan DPD yang memiliki mandat untuk memilih calon ketua umum harus berani melakukan terobosan dalam menentukan pemilihan figur baru†ketua umum PAN 2015-2020 yang pada akhirnya nanti akan menentukan garis perjuangan organisasi dalam berkontribusi demi kemajuan masyarakat, bangsa dan Negara.
Sebagai ilustrasi statistic, jika PAN dengan pola kepemimpinan tanpa melakukan revitalisasi organisasi dan mengabaikan azas rasionalitas kader yang terdiri dari tokoh dan kader Muhammadiyah, professional, tokoh agama, pengusaha, militer dan artis serta lain yang lebih utama adalah keberanian dan kecakapan ketua Umum dalam melakukan terobosan roda organisasi.
Bila PAN mengacu pada data historis hasil pemilu dari tahun 1999-2014 yang dapat kita nilai bahwa PAN masih akan mengalami perjalanan yang statis dan hanya sedikit mengalami kemajuan dalam perolehan suara. Maka dapat kita estimasikan bersama pada pemilu 2019 PAN akan masih menduduki peringkat berkisaran 5,6 dan 7 dan susah untuk menjadi partai pemenang yang akan mampu mengusung Presiden dari PAN jikalau figur ketua umum tidak sesuai harapan banyak pihak.
Oleh sebab itu Kongres PAN yang Ke-IV di Bali yang akan dilaksanakan pada tanggal 28 Februari sampai 2 Maret 2015, merupakan momentum dalam memilih Ketua Umum yang visioner yang mampu merevitalisasikan manajemen partai yang progressive dan revolusioner dan mampu meregenerasikan serta mereunisasikan seluruh tokoh dan kader dalam embrio dari mana PAN dimulai dibesarkan dan di lahirkan.
Semoga hasil kongres PAN ini akan memberikan semua banyak pihak terutama calon ketua umum dengan barisannnya dan kita semua berharap dapat berjalan lancar dan tidak ada dualisme kepemimpinan. Biarkan partai Golkar dan PPP mengalami dualisme kepemimpinan, sebagai partai reformism maka seluruh tokoh, calon ketua umum, pengurus DPP, DPW dan DPD harus menjunjung tinggi platform reformisme diatas segala-galanya demi kemajuan dan kebesaran PAN.
Fastabiqul khairat. [***]
Lia KianKandidat Doktor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ketua DPW PARRA (sayap PAN) Bengkulu