Berita

wahi/net

Nusantara

Soal Eksploitasi Anak, Walhi Kritisi Kebijakan Pemerintah

JUMAT, 27 FEBRUARI 2015 | 17:22 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

RMOL Organisasi lingkungan hidup Walhi menyoroti soal eksploitasi pekerja anak putus sekolah.

Selama tiga hari lalu, tepatnya tanggal 24 hingga 26 Februari, Walhi bersama dengan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Jatam Nasional dan Change.Org mendampingi pasangan Rahmawati dan Misransyah yang merupakan orang tua dari Reyhan (10 tahun) yang meregang nyawa di lubang tambang batubara Samarinda.

Reyhan bukanlah anak pertama yang meninggal di lubang tambang. Dalam catatan Jatam Kalimantan Timur, setidaknya ada 9 anak yang kehilangan masa depannya akibat dari praktek buruk dari rezim keruk yang bernama bisnis tambang batubara.


"Apa yang dialami oleh Reyhan dan anak-anak lainnya di Indonesia merupakan bentuk kejahatan struktural Negara yang berkolaborasi dengan korporasi," kata Direktur Eksekutif Walhi Abetnego Tarigan dalam rilis yang diterima redaksi pada Jumat (27/2).

Karena itulah ia menyerukan agar pemerintah mengambil langkah tegas yang struktural demi menjamin perlindungan terhadap anak melalui berbagai saluran. Selain menggunakan UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pemerintah juga dinilai perlu menggunakan UU Perlindungan Anak dan UU Hak Asasi Manusia.

Bukan hanya itu, pemerintah juga dinilai perlu mengoreksi kebijakan pembangunan dan ekonomi, khususnya terkait dengan sumberdaya alam yang mengakibatkan hak asasi anak dilanggar.

Dalam hal penegakan hukum seperti yang dialami oleh anak-anak di Samarinda, maka aparat penegak hukum, dalam hal ini Kepolisian, dinilai perlu menggunakan UU PPLH dan UU Perlindungan Anak di samping menggunakan KUHP sebagai instrumen hukum pokok. Hal itu ditujukkan untuk menjerat tindak kejahatan lingkungan hidup dan tindak kejahatan terhadap anak yang dilakukan oleh korporasi, khususnya industri tambang. [mel]

Populer

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Polres Tangsel Diduga Gelapkan Barbuk Sabu 20 Kg

Minggu, 21 Desember 2025 | 02:07

Pemberhentian Ijeck Demi Amankan Bobby Nasution

Minggu, 21 Desember 2025 | 01:42

Indonesia, Negeri Dalam Nalar Korupsi

Minggu, 21 Desember 2025 | 01:05

GAMKI Dukung Toba Pulp Lestari Ditutup

Minggu, 21 Desember 2025 | 01:00

Bergelantungan Demi Listrik Nyala

Minggu, 21 Desember 2025 | 00:45

Komisi Percepatan Reformasi Polri Usul Polwan Dikasih Jabatan Strategis

Minggu, 21 Desember 2025 | 00:19

Putin Tak Serang Negara Lain Asal Rusia Dihormati

Minggu, 21 Desember 2025 | 00:05

Ditemani Kepala BIN, Presiden Prabowo Pastikan Percepatan Pemulihan Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 23:38

Pemecatan Ijeck Pesanan Jokowi

Sabtu, 20 Desember 2025 | 23:21

Kartel, Babat Saja

Sabtu, 20 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya