Berita

jusuf kalla/net

Tak Mau Kalah, JK Dorong Ponsel Nasional

MINGGU, 08 FEBRUARI 2015 | 07:16 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

. Ketika Presiden Jokowi menggulirkan wacana mobil nasional (mobnas) dengan menggandeng perusahaan otomotif Malaysia, Proton. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) juga tidak mau kalah. JK ingin mendorong terciptanya telepon seluler (ponsel) nasional.

Jurubicara Wapres Husein Abdullah mengatakan, wapres berkomitmen mendorong tumbuhnya industri ponsel atau telepon genggam di dalam negeri. Tujuannya, untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada ponsel impor.

"Setidaknya, dari serbuan impor ponsel Tiongkok," ujarnya dilansir dari JPNN (Minggu, 8/2).


Jumat lalu (6/2), JK memang mengunjungi pabrik ponsel milik PT Sat Nusapersada Tbk di Batam, produsen ponsel merek Venera dan 4G LTE IVO di Indonesia. Menurut Husein, JK meminta agar produsen ponsel Indonesia terus memperbaiki kualitas produk dan melakukan efisiensi sehingga harganya pun kompetitif.

"Setelah itu, pemerintah siap menginisiasi promosi besar-besaran bahwa Indonesia sudah mampu membuat ponsel berkualitas di dalam negeri," kata Husein.

Selama ini, permintaan ponsel di Indonesia memang sangat tinggi. Data KSO Sucofindo Suveyor Indonesia menunjukkan, impor ponsel ke Indonesia pada 2013 mencapai 58 juta unit senilai USD 2,6 miliar atau setara Rp 32,5 triliun. Pada 2014, jumlah impornya kembali naik hingga 60 juta unit senilai USD 3,4 miliar atau setara Rp 42 triliun.

Namun, upaya mengebangkan ponsel nasional ini memang tidak mudah. Direktur Utama PT Sat Nusapersada Tbk Abidin mengakui, produk ponsel dalam negeri sulit bersaing dengan ponsel impor asal Tiongkok karena harganya yang sangat murah. Rupanya, produsen Tiongkok bisa menjual murah produknya karena mendapat banyak fasilitas insentif pajak dari pemerintahnya. "Karena itu, dari sisi harga, kita sulit bersaing," katanya.

Lalu, apa strateginya? Abidin mengatakan, produsen ponsel Indonesia bisa bersaing dengan ponsel impor Tiongkok jika mampu menghadirkan produk yang lebih berkualitas. Menurut dia, Indonesia memiliki kemampuan itu. Misalnya, Sat Nusapersada sudah berpengalaman lebih dar 24 tahun memproduksi berbagai komponen elektronik merek-merek global.

"Kami juga siap bermitra dengan merek ponsel lokal lain untuk memproduksinya di dalam negeri," ucapnya.

Regulasi untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi sebenarnya sudah ada, yakni Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 7/2009, yang mewajibkan Tingkat Kadungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 30 persen untuk semua perangkat telekomunikasi 4G LTE yang menggunakan frekuensi 2,3 Ghz dan 3,3 Ghz. Rencananya, peraturan ini akan diubah sehingga semua perangkat telekomunikasi 4G LTE wajib TKDN, bukan pada frekuensi tertentu saja.

Selain itu, ada pula Peraturan Menteri Perdagangan No.82/2012 berserta perubahannya yang mewajibkan importir ponsel untuk mendirikan pabrik ponsel di Indonesia, serta Peraturan Menteri Perindustrian No.108/2012 yang mewajibkan pendaftaran setiap ponsel impor agar dapat menekan kuota impor ponsel ke Indonesia.

Husein menambahkan, kepada produsen ponsel di dalam negeri, Wapres JK menjanjikan skema insentif fiskal agar harga ponsel bisa lebih ditekan, sehingga bisa bersaing dengan produk impor asal Tiongkok yang kini membanjiri Indonesia. "Untuk teknisnya, wapres sudah meminta Menteri Perindustrian (Saleh Husin) untuk menyusun skema yang dibutuhkan," ujarnya.

Menurut kalkulasi Kementerian Perindustrian, jika semua ponsel impor diproduksi di dalam negeri, maka potensi penerimaan pajak pertahun bisa mencapai Rp 180 miliar dan menciptakan 30.000 lapangan kerja, serta memberi kontribusi Neraca Perdagangan sebesar USD 947 juta. Hal ini belum termasuk pertumbuhan perusahaan pendukung lainnya, seperti pembuat komponen, design, distributor, hingga pedagang. [rus]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya