Berita

martin hutabarat/net

Pertahanan

Jokowi, Ayo Blusukan ke Barak-barak TNI-Polri yang Memprihatinkan

SABTU, 22 NOVEMBER 2014 | 15:39 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Pemisahan TNI dan Polri tidak tuntas dilakukan oleh pemerintahan Indonesia selama ini. Inilah akar pokok yang menjadi penyebab konflik antara TNI dan Polri kerap terjadi, disamping soal kesenjangan atau perbedaan pendapatan.

Hal ini dikatakan Anggota Dewan Penasihat Partai Gerindra, Martin Hutabarat, kepada beberapa saat lalu, menanggapi bentrokan terakhir antara kedua lembaga bersenjata itu, di Batam lalu.

Martin jelaskan, sejak kebijakan memisahkan TNI dan Polri dilakukan di awal reformasi, banyak perubahan telah terjadi. Salah satunya adalah pembedaan tugas pokok keduanya. Bila TNI ditugaskan menjaga negara dari serangan atau ancaman dari luar yang berpotensi menggoyang NKRI, maka Polri diberi tugas menjaga keamanan dalam negeri.

Kebijakan tersebut kemudian dituangkan dalam berbagai UU. Contohnya, UU 2/2002 tentang Kepolisian menegaskan bahwa Kepolisian langsung berada di bawah Presiden, tidak lagi disatukan bersama-sama dengan TNI di bawah Panglima.

"Namun, pemisahan TNI dan Polri ini tidak tuntas dilakukan. Ini jadi penyebab seringnya konflik antar TNI dan Polri, di samping kesenjangan atau perbedaan pendapatan," tegas  Martin, Sabtu (22/11).
 
"Sebenarnya kalau gaji atau pendapatan, antara prajurit TNI dan Brimob dari Kepolisian tidak jauh berbeda. Apalagi ada remunerasi. Hanya saja, di antara perwira-perwiranya, kesenjangan itu terasa menonjol," imbuh anggota Komisi III DPR RI ini.

Karena itu untuk mengatasi konflik antara TNI dan Polri yang sering terjadi sekarang, publik mengharapkan agar Presiden turun tangan, agar konflik jangan meluas.

"Agar Presiden dapat mendalami akar persoalan yang jadi penyebab seringnya konflik ini, sebaiknya Jokowi berdialog dan 'blusukan' mendatangi barak-barak atau tangsi prajurit TNI dan Brimob yang memang banyak kondisinya sangat memprihatinkan," tutup politisi senior di DPR ini. [ald]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

UPDATE

Penyelundupan BBL Senilai Rp13,2 Miliar Berhasil Digagalkan di Batam

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39

Perkuat Konektivitas, Telkom Luncurkan Layanan WMS x IoT

Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13

Pesan SBY ke Bekas Pembantunya: Letakkan Negara di Atas Partai

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49

Wasit Ahmed Al Kaf Langsung Jadi Bulan-bulanan Netizen Indonesia

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21

Fraksi PKS Desak Pemerintah Berantas Pembeking dan Jaringan Judol

Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00

Jenderal Maruli Jamin Pelantikan Prabowo-Gibran Tak Ada Gangguan

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47

Telkom Kembali Masuk Forbes World’s Best Employers

Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30

Indonesia Vs Bahrain Imbang 2-2, Kepemimpinan Wasit Menuai Kontroversi

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59

AHY Punya Kedisiplinan di Tengah Kuliah dan Aktivitas Menteri

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38

Mantan Panglima Nyagub, TNI AD Tegaskan Tetap Netral di Pilkada 2024

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17

Selengkapnya