Berita

Publika

Sepenggal Doa di Balik Dua Ribu Rupiah

JUMAT, 21 NOVEMBER 2014 | 12:08 WIB

BELUM satu bulan Pak Joko Widodo dan Pak Jusuf Kalla (Jokowi-JK) menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI, harga BBM bersubsidi dan solar naik dua ribu rupiah. Berbagai komentar dan protes mulai bermunculan, unjuk rasa tak terelakkan, dan ada pula sindiran seperti adanya poster Jokowi saat kampanye dengan nomor urut 2 ditambahkan menjadi "salam dua ribu". Keesokan harinya sempat tersiar isu bahwa Organisasi Angkutan Darat (Organda) akan melakukan mogok kerja sebagai bentuk protes terhadap naiknya harga BBM.

Di Indonesia, hampir setiap kali terjadi kenaikan BBM pasti menuai protes dan unjuk rasa. Lalu dikatakan bahwa yang mengalami susahnya hanyalah rakyat kecil, tidak demikian dengan rakyat kelas menengah dan kelas atas. Sebenarnya menurut saya, segala lapisan rakyat pasti akan terkena dampaknya. Dibandingkan harus terus berunjuk rasa, lebih baik kita masyarakat mengkritisi kerja pemerintah dan menelaah kemana mengalirnya dana subsidi BBM ini. Jika terdapat transparansi dana yang jelas tentunya rakyat akan memahami mengapa harga BBM harus dinaikkan.

Dikatakan bahwa harga minyak dunia sedang turun, namun mengapa Pak Jokowi tetap menaikkan harga BBM? Alasannya diungkapkan oleh Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, yaitu karena harga minyak dunia ini tidak dapat kita lihat per hari, namun harus dilihat dalam jangka panjang. Jika dalam jangka panjang harga minyak dunia ini tetap naik walaupun sedikit, akan tetap menciptakan subsidi. Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa dengan naiknya harga BBM sebesar dua ribu rupiah ini akan memberikan tambahan anggaran untuk belanja produktif pemerintah diatas 100 triliun.


Rencananya biaya ini akan digunakan untuk membangun infrastruktur, meningkatkan produksi pangan, membangun irigasi, transportasi, termasuk pembangunan di sektor maritim, dan yang terakhir yang saya soroti adalah peningkatan layanan kesehatan. Seperti kita ketahui, Bapak Jokowi mengeluarkan Kartu Indonesia Sehat yang dananya diambil dari dana BPJS Kesehatan. Kartu Indonesia Sehat sendiri sebenarnya merupakan penyempurnaan dari program Jaminan Kesehatan Nasional yang sudah ada.

Beberapa kenalan saya yang sudah memiliki BPJS Kesehatan sudah pernah bercerita bahwa memang terasa manfaatnya. Tentu saya ingin seluruh rakyat Indonesia dapat merasakan manfaat BPJS Kesehatan karena kesehatan adalah hal yang sangat penting. Namun sebagai praktisi kesehatan, saya hanya menginginkan agar pemerintah tetap memperhatikan kebutuhan alat di rumah sakit, fasilitas, juga kesejahteraan tenaga kesehatannya. Dengan demikian tenaga kesehatan pun dapat bekerja maksimal dalam melayani segala lapisan pasien dan pasien pun puas dengan fasilitas dan pelayanan yang ada. 

Doa adalah sesuatu yang paling menguatkan dikala kita sedang terpuruk. Mari, kita sebagai rakyat mendoakan yang terbaik untuk negeri ini. Berdoa supaya memang benar uang subsidi itu akan dialokasikan untuk hal lain yang lebih baik dan bermanfaat, agar segala lapisan masyakyat dapat menikmati hasilnya. Berdoa agar uang tersebut tidaklah dikorupsi para pejabat, berdoa untuk pemerintah agar bijak dalam mengambil keputusan dan selalu mengutamakan rakyat. Selain itu juga berdoa agar masyarakat juga bertindak lebih dewasa, tidak impulsif, namun sebaliknya lebih mau membuka mata untuk mengkritisi kebijakan pemerintah.

Pak Jokowi dan Pak JK, inilah seutas doa kami, harapan kami di balik angka dua ribu rupiah. Semoga apapun yang terjadi, dari hari ke hari Indonesia semakin sejahtera, bukan semakin menderita.

drg. Stella Lesmana
Dokter gigi lulusan Universitas Indonesia, sedang mengambil spesialisasi kedokteran gigi anak di Universitas Indonesia


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya