Berita

presiden joko widodo/net

Politik

Ini Saran Bambang Agar Jokowi Tidak Lebih Buruk dari SBY

MINGGU, 09 NOVEMBER 2014 | 08:11 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Sangat disayangkan, baru belasan hari bekerja, Kabinet Kerja pimpinan Presiden Joko Widodo sudah melahirkan kontroversi soal pembiayaan program-program unggulannya.

"Tak terbantahkan bahwa aspek pembiayaan KIS, KIP dan KKS kini sudah menjadi kontroversi. Dan itu memprihatinkan karena memperlihatkan kabinet yang belum terkonsolidasikan dengan baik dan efektif," kata Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPR, Bambang Soesatyo, kepada wartawan, Minggu (9/11).
 

Pengurus DPP Golkar ini melihat, Kabinet yang belum terkonsolidasi itu bisa dilihat dari kesimpangsiuran serta tidak adanya keseragaman penjelasan mengenai sumber pembiayaan KIP, KIS dan KKS.

"Presiden dan para menteri memberikan penjelasan yang berbeda-beda. Tidak ada keseragaman itu menambah bobot kontroversi tentang pembiayaan tiga kartu sakti. Kini, publik bertanya dan menunggu penjelasan yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan," jelasnya.
 
Kepada publik, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Wapres Jusuf Kalla dan Presiden Joko Widodo menyajikan penjelasan yang tidak seragam mengenai sumber pembiayaan KIP, KIS dan KKS.
 
Pratikno Mengatakan bahwa pencetakan tiga kartu itu dibiaya dengan dana CSR BUMN. Mensos Khofifah menuturkan, sumber pendanaan ketiga kartu itu adalah dana bantuan sosial yang masuk dalam APBN. Sedangkan Presiden Jokowi dan Wapres Kalla menegaskan, sumber pendanaan KIS, KIP dan KKS berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014.
Partai pendukung pemerintah, PDI-P, pun coba memberi kepastian bahwa anggaran itu dari APBN 2014. Bukan APBN-P 2014.
 
"Publik pun kini bertanya, penjelasan siapa yang paling benar dan bisa dipertanggungjawabkan? Keinginan presiden bekerja cepat patut diapresiasi, tetapi realisasi setiap program idealnya dipersiapkan dengan matang," kata dia.
 
Saran dia untuk mengakhiri kesimpangsiuran itu, presiden sebaiknya menggelar rapat terbatas dengan para menteri terkait, mendudukkan persoalan secara proporsional untuk kemudian memberi penjelasan terbuka kepada masyarakat.

"Jangan sampai perjalanan panjang Kabinet Kerja ini sarat dengan kontroversi dan lebih buruk dari era SBY," ujarnya. [ald]

Populer

Prabowo Perintahkan Sri Mulyani Pangkas Anggaran Seremonial

Kamis, 24 Oktober 2024 | 01:39

Karangan Bunga untuk Ferry Juliantono Terus Berdatangan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 12:24

Jejak S1 dan S2 Bahlil Lahadalia Tidak Terdaftar di PDDikti

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 14:30

KPK Usut Keterlibatan Rachland Nashidik dalam Kasus Suap MA

Jumat, 25 Oktober 2024 | 23:11

UI Buka Suara soal Gelar Doktor Kilat Bahlil Lahadalia

Senin, 21 Oktober 2024 | 16:21

Hikmah Heboh Fufufafa

Minggu, 20 Oktober 2024 | 19:22

Begini Kata PKS Soal Tidak Ada Kader di Kabinet Prabowo-Gibran

Minggu, 20 Oktober 2024 | 15:45

UPDATE

DPR Sambut Baik Upaya Indonesia Ingin Gabung BRICS Plus

Senin, 28 Oktober 2024 | 05:53

Divonis 20 Tahun Penjara, Pelaku Pembunuhan di Subang Ajukan Kasasi

Senin, 28 Oktober 2024 | 05:37

Asupan Protein Ikan Pegang Peran Penting Gizi Rakyat

Senin, 28 Oktober 2024 | 05:15

Fraksi PKS Dukung Visi Swasembada Pangan dan Energi Prabowo

Senin, 28 Oktober 2024 | 04:58

Aksi Heroik Kapal Bakamla

Senin, 28 Oktober 2024 | 04:46

Lahan Tembakau Blora Berkembang Pesat, Petani Sejahtera

Senin, 28 Oktober 2024 | 04:03

Bermain Imbang 0-0 Lawan Australia, Timnas U-17 Pastikan Lolos Piala Asia

Senin, 28 Oktober 2024 | 03:50

Bukit Tidar yang Penuh Kenangan

Senin, 28 Oktober 2024 | 03:24

DPD Dorong Lemhanas Bikin Film Bertema Patriotisme

Senin, 28 Oktober 2024 | 03:08

Pakar Hukum Endus Ada Pengkondisian Kasus Denny Indrayana

Senin, 28 Oktober 2024 | 02:29

Selengkapnya