Berita

Slank Tarik Diri Dinilai karena Kecewa Berat ke Jokowi

MINGGU, 02 NOVEMBER 2014 | 15:54 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Perlakuan terhadap grup bank Slank semakin membuktikan Polri harus jadi prioritas utama dalam pembenahan revolusi mental. Tapi sayangnya hingga saat ini belum ada tanda-tanda Jokowi akan menyentuh Polri.

Demikian disampaikan Ketua Presidium Presidium Ind Police Watch, Neta S Pane, kepada RMOL (Minggu, 2/11).

Neta menilai wajar kalau Slank mendapat keistimewaan selama menjadi pendukung Jokowi kalau ingin manggung. Meski pada era SBY, ijin manggung Slank dipersulit. Namun, menurutnya, saat ini Polri ingin mematikan grup band tersebut. Karena untuk manggung di cafe kecil saja, pengamanan Slank pakai barakuda dan gegana.

"Sebab tidak akan ada panitia atau even organizer yang mengajak slank manggung, mengingat biaya keamanannya sangat mahal karena harus membayar aparat keamanan, barakuda dan tim gegana. Jika dulu Slank dipersulit dengan ijin keamanan, kini Slank dipersulit dengan ekonomi biaya tinggi sistem keamanan. Jadi wajar Slank kecewa," tegasnya. (Baca: Politikus PDIP Setuju Slank Tak Dukung Jokowi Lagi)

Menurut Neta, Slank menarik dukungan dari Jokowi karena memang kecewa. Slank dan para relawan yang "berdarah-darah", mandi keringat, dan berbecek-becek memenangkan Jokowi jadi presiden, setelah itu ditinggalkan. Bahkan, Jokowi tidak menggajak mereka berkonsultasi dalam memilih kabinet dan lebih berkonsultasi pada orang-orang partai.

Bahkan, Slank diperlakukan dengan sistem 'pengamanan' yang menakutkan. (Baca: Slank Kembali Mendukung Kalau Jokowi Dipolitisasi KMP)

"Bayangkan jika Jokowi kemarin kalah di pilpres, bisa-bisa Slank dan para relawannya 'dihabisi' atau dipersulit. Apakah Jokowi menyadari hal ini. Untuk itu Jokowi harus membantu Slank dan relawannya. Caranya reformasi Polri dan ganti Kapolri agar proses ijin manggung Slank tidak dipersulit dan tidak mengada-ada," tandasnya. [zul] 

Populer

Prabowo Perintahkan Sri Mulyani Pangkas Anggaran Seremonial

Kamis, 24 Oktober 2024 | 01:39

Karangan Bunga untuk Ferry Juliantono Terus Berdatangan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 12:24

Jejak S1 dan S2 Bahlil Lahadalia Tidak Terdaftar di PDDikti

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 14:30

KPK Usut Keterlibatan Rachland Nashidik dalam Kasus Suap MA

Jumat, 25 Oktober 2024 | 23:11

UI Buka Suara soal Gelar Doktor Kilat Bahlil Lahadalia

Senin, 21 Oktober 2024 | 16:21

Hikmah Heboh Fufufafa

Minggu, 20 Oktober 2024 | 19:22

Begini Kata PKS Soal Tidak Ada Kader di Kabinet Prabowo-Gibran

Minggu, 20 Oktober 2024 | 15:45

UPDATE

BSD Kantongi Rp6,84 Triliun dari Prapenjualan Properti

Senin, 28 Oktober 2024 | 16:02

Pukulan Keras Ilia Topuria Tumbangkan Max Holloway di UFC 308

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:53

Ipda Rudy Soik: Bapak Kapolda Orang Baik, Tapi Informasi Sampai ke Beliau Tidak Benar

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:30

HUT ke-20, UCLG ASPAC Komitmen Ciptakan Kota Ramah Lingkungan, Digital, dan Berteknologi Tinggi

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:29

Baleg DPR Gelar Rapat Pleno, Ini Agendanya

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:22

Ekonom Sebut Pemerintah Tak Boleh Asal Bantu Selamatkan Sritex

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:16

Direstui Jokowi Jadi Parpol, Projo Harus Buktikan Punya Banyak Pasukan

Senin, 28 Oktober 2024 | 14:59

Retret Kabinet Merah Putih di Akademi Militer Jadi Sorotan Media Asing

Senin, 28 Oktober 2024 | 14:55

Kapolda Sulteng Diingatkan DPR Sering-sering Main ke Tahanan

Senin, 28 Oktober 2024 | 14:48

Awal Pekan, Mayoritas Harga Bahan Pokok Naik

Senin, 28 Oktober 2024 | 14:45

Selengkapnya