Pengangkatan Brigjen Muhammad Andika Perkasa sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) mendapat sorotan karena berbau nepotisme.
Andika adalah menantu dari mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Hendropriyono, yang menjadi tokoh penting di balik pemenangan presiden terpilih, Joko Widodo.
Namun, di mata mantan Kepala Staf Umum (Kasum) TNI, Letjen (Purn) Johannes Suryo Prabowo, kebijakan Panglima TNI menempatkan Andika Perkasa, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat, sebagai Komandan Paspamres era pemerintahan Joko Widodo, tak perlu dipermasalahkan.
"Yang saya tahu Andhika Perkasa adalah perwira terbaik Akademi Militer tahun 87, berkualifikasi intelijen, komando dan anti teror. Ia pernah bertugas di Sat 81 Kopassus dan BIN," kata Prabowo kepada
, Kamis (16/10).
Di matanya, Andika memiliki keterampilan militer, fisik maupun non fisik di atas rata-rata dan memiliki pengalaman tugas yang lengkap. Misalnya, pernah menjadi pengawal pribadi Presiden Soeharto saat kunjungan ke Bosnia dan Yugoslavia.
"Karena dia berkualitas, maka dia pernah saya angkat menjadi sekretaris pribadi saya sewaktu saya menjabat Kasum TNI," ungkapnya.
Dia memahami mengapa isu bagi-bagi jabatan berkembang mengingat Andika merupakan menantu Hendropriyono yang merupakan pendukung utama presiden terpilih, Jokowi. Apalagi, kata Panglima TNI Jenderal Moeldoko, penempatan Andika adalah atas permintaan Jokowi sendiri.
Dia mengungkapkan, di era Presiden Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono, adalah hal lazim bila penunjukan beberapa jabatan strategis di TNI AD adalah "hak" presiden, yaitu jabatan Danpaspampres, Danjen Kopassus, Pangdam Jaya dan Pangkostrad.
"Lagipula, tentang Andika ini, menurut saya tidak ada teman kelasnya yang mampu mengimbangi pengalaman dan prestasi tugasnya di bidang intelijen dan penaggulangan teror," tutup Suryo.
[ald]