Total E&P Indonesie Minta Diprioritaskan Kelola Blok Mahakam
Pertamina harus siap-siap gigit jari. Keinginan perusahaan pelat merah itu untuk bisa mengelola blok minyak dan gas (migas) yang habis kontraknya tidak diberikan lampu hijau oleh pemerintah.
Plt Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Chairul Tanjung mengatakan, tidak ada jaminan pemerintah akan menyeÂrahkan pengelolaan blok migas nasional yang habis kontraknya kepada Pertamina.
CT, panggilan akrab Chairul TanÂjung yang juga menjabat MenÂko Perekonomian itu mengaÂtakan, prinsip dari pemerintah adaÂÂlah siapa yang lebih memÂberikan keunÂtungan bagi IndoneÂsia, maka perusahaan tersebut yang akan dipilih untuk mengeÂlola blok migas di Indonesia.
CT, panggilan akrab Chairul TanÂjung yang juga menjabat MenÂko Perekonomian itu mengaÂtakan, prinsip dari pemerintah adaÂÂlah siapa yang lebih memÂberikan keunÂtungan bagi IndoneÂsia, maka perusahaan tersebut yang akan dipilih untuk mengeÂlola blok migas di Indonesia.
Namun, dia menegaskan, buÂkan berarti Pertamina tidak akan diberi kewenangan mengelola blok migas besar. Selama PertaÂmina mampu memberikan keunÂtungan, maka kesempatan itu bisa saja diberikan.
“Kita tidak melihat seperti itu (haÂrus Pertamina). Soal perpanÂjaÂngan blok, siapa yang untungÂkan neÂgara dapat porsi,†ujar CT di JaÂkarta.
CT mengatakan, saat ini peÂmeÂrintah sedang membahas unÂtuk menerbitkan Peraturan MenÂteri (Permen) ESDM terkait perÂpanÂjaÂngan atau kontrak baru unÂtuk KonÂtraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) blok-blok terseÂbut. “Yang bisa kita selesaikan, kita selesaiÂkan. Yang bisa kita doÂrong perÂceÂpaÂtanÂnya, kita doÂrong,†ucapnya.
Namun, CT mengakui, perpanÂjangan kontrak proyek-proyek terÂsebut tidak mungkin bisa dikeÂjar hingga akhir masa jabatan, yakni 20 Oktober 2014. Sebab, haÂÂrus melewati proses panjang. Dia juga menyadari, jika lama memberi keputusan, maka akan mempengaruhi proÂduksi migas.
“Teken (Permen) urusan gamÂpang kalau prosesnya sudah beÂnar. Kalau tidak benar, main teken urusÂan kamu (wartawan), mau nangÂgung masuk KPK (Komisi PemÂbeÂrantasan Korupsi),†tukas CT.
Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo mengatakan, peratuÂran menteri mengenai perpanÂjaÂngan kontrak KKKS beberapa blok minyak yang akan habis seÂdang difinalisasi dan akan dilaÂporkan kepada pemerintah baru.
“Kita usahakan Permennya kelar sebelum 20 Oktober,†kata Susilo.
Dia juga mengaku, pihaknya telah menyiapkan beberapa isu terÂkait bidang energi untuk diseÂrahkan kepada Presiden terpilih Jokowi. Antara lain roadmap keÂbiÂjakan gas serta perpanÂjangan kontrak yang kontraknya KKKS sudah selesai.
Direktur Hulu Migas KemenÂterian ESDM Naryanto Wagimin mengatakan, pemerintah meÂnyiapÂÂkan empat opsi kerja sama untuk melanjutkan pengelolaan blok migas yang habis kontrakÂnya. Pertama, blok migas yang habis diserahkan kepada PertaÂmina. Kedua, kontrak diÂlanÂjutÂkan pengelola sebelumnya.
Ketiga, kontrak dikelola bersaÂma antara Pertamina dan pengeÂlola sebelumnya. Keempat, ada masa transisi yang dikelola berÂsama Pertamina dan kontrakÂtor sebelumnya, namun operator tetap dipegang kontraktor sebelumnya.
Pemerintah, lanjut Naryanto, akan mengacu pada Permen terÂsebut untuk memutuskan kelanÂjutan pengelolaan sejumlah konÂtrak blok seperti Blok Mahakam, MaÂsela dan Makassar Strait yang akan habis dalam waktu dekat.
Terkait Blok Mahakam, PertaÂmina ngotot meminta pemerintah menyerahkan blok tersebut kepaÂda perseroan. Sementera Total E&P Indonesie selaku operator, menawarkan join operation unÂtuk mengelola blok tersebut suÂpaya produksinya tidak turun.
Head Department Media RelaÂtion Total E&P Indonesie KrisÂtanto Hartadi mengatakan, piÂhakÂÂnya sudah mengajukan proÂposal perpanjangan ataupun maÂsa tranÂsisi di Blok Mahakam pasÂca 2017. Surat tersebut sudah diajuÂkan sejak Februari 2013.
“Sampai kini kami juga masih menunggu jawaban dari PemeÂrinÂtah Indonesia. Pekan laÂlu ada pejabat dari kantor pusat ke JaÂkarta dan berbicara tentang maÂsalah ini, untuk mengÂingatkan agar segera membuat keputusan itu,†terang Kris kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Total, menurut Kris, berharap peÂngeÂlola Blok Mahakam segera diputuskan. Karena itu, dia meÂminta kepada pemerintah baru agar memberi prioritas terhadap masalah ini.
“Ini tak lain menyangkut renÂcana investasi ke depan di Blok MaÂhakam. Saat ini kami menginÂvestasikan 2,5 miliar dolar AS per tahun untuk menahan laju penuÂrunan produksi di Blok MaÂhaÂkam,†kata Kris. ***