Di internal koalisi Jokowi-JK di DPR ada kegelisahan. Khawatir anggota Fraksi Demokrat tidak banyak yang hadir saat voting pengesahan RUU Pilkada, hari ini.
Menanggapi hal itu, Wakil KeÂtua Umum Partai Demokrat Max Sopacua memastikan, kaÂderÂnya tak akan membelot pada peÂngesahan RUU Pilkada terÂsebut.
“Seluruh kader Demokrat di DPR akan hadir dalam rapat pariÂpurna untuk pengesahan RUU Pilkada,’’ tegas Max Sopacua keÂpaÂda Rakyat Merdeka di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.
Menurut anggota Komisi I DPR itu, Demokrat telah melakuÂkan pertimbangan panjang sebeÂlum memutuskan mendukung opsi pilkada langsung.
“Kami konsisten menjalankan arahan Pak SBY. Tidak ada peruÂbahan dan tidak ada perpecahan di internal fraksi, karena kepuÂtuÂsan ini sudah bulat,†ujar Max.
Berikut kutipan selengkapnya:
Bagaimana dengan 10 syarat yang diajukan Demokrat?Demokrat memberikan 10 perÂsyaratan itu hendaknya dipenuÂhi. Itu kan untuk menghindari ekses negatif pilkada langsung.
Kita tunggu hasil Panja RUU Pilkada hari ini (kemarin, red). Fraksi Demokrat tidak bisa berubah pikiran jika poin-poin itu disetujui.
Apakah 10 poin itu disepaÂkati oleh fraksi lain?Kita tunggu hasil Panja. Sikap Demokrat dalam paripurna besok (hari ini-red), ditentukan oleh kesepakatan Panja.
Jadi Fraksi Demkrat bisa berbalik arah?Sekarang Panja RUU Pilkada masih rapat. Kita tunggu hasilnÂya dulu. Mudah-mudahan nanti maÂlam sudah selesai. Intinya, pilÂkada langsung sudah oke.
Apa Demokrat ‘bermain dua kaki’ menyikapi RUU PilÂkada?Nggak. Kami punya prinsip, punya opsi untuk perbaikan deÂmokrasi.
Apa ada ruang perubahan arah koalisi?Sampai saat ini, Demokrat tiÂdak akan mengubah koalisi. TerÂkait RUU Pilkada, kami meÂnyeÂrahkan sepenuhnya pada proses-proses politik yang terÂjadi di parÂlemen.
Apa ada sanksi bagi anggota Fraksi yang tidak hadir dalam paripurna?Ini soal internal. Saya tidak bisa menyampaikan soal sankÂsi yang akan dijatuhkan. Yang pasti, itu sanksi ada. Sebab, hal ini meÂnyangkut keutuhan fraksi.
Oh ya, Anda masih ingat 10 syarat pilkada langsung itu?Ingat.
Pertama, uji publik atas inÂtegritas calon gubernur, calon buÂpati dan calon waliÂkota.
KeÂdua, efisiensi biaya peÂnyelengÂgaraan pilkada.
Ketiga, perbaikÂan atas pengÂaturÂan dan pemÂbatasan peÂlaksanaan kampanye terbuka.
Keempat, akuntabilitas pengÂguÂÂnaan dana kampanye.
KeliÂma, larangan politik uang dan seÂwa kendaraan partai.
Keenam, kami meminta fitÂnah dan kampanye hitam dilaÂrang.
KeÂtujuh, larangan pelibatÂan apaÂrat biÂroÂkrasi.
Kedelapan, laraÂngan penÂcopotan aparat birokrasi pasca-pilÂkada.
KeÂsemÂÂbilan, perÂbaikan atas peÂnyelesaian sengÂketa pilkada. Dan
Kesepuluh, penceÂgahan kekerasan dan tangÂgung jawab calon atas keÂpatuhan penÂdukungnya. ***