Kemelut di internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak akan mungkin diselesaikan lewat islah. Sebab, persoalan yang dihadapi saat ini lebih berat, menyangkut kehormatan partai lima tahun ke depan.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum PPP, Suharso Monoarfa, kepada Rakyat Merdeka, Senin (15/9) malam.
â€Kisruh saat ini menyangkut kehormatan partai. Tak mungkin lagi diselesaikan melalui islah. Harus diselesaikan sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART),’’ papar Suharso.
Ini berarti, lanjut bekas Menteri Perumahan Rakyat itu, konflik diselesaikan melalui Muktamar yang harus diselenggarakan selambat-lambatnya satu tahun setelah terbentuknya pemerintahan baru hasil pilpres lalu.
Berikut kutipan selengkapnya;Kalau tidak ada islah, berarti saling memusuhi?Meskipun tidak islah, saya menjamin tidak akan memusuhi kader PPP yang berseberangan. Persaudaraan tetap berjalan dengan baik. Tetap melaksanakan komunikasi dan menjalin silaturahmi. Saya tidak menganggap ada pihak A atau B. Kita tetap berteman baik.
Tapi Anda dianggap makar, sehingga dipecat dari PPP, ini bagaimana?Tidak seperti itu. Atas dasar apa menetapkan saya makar. Forum rapat harian yang digelar, 9 September 2014 lalu itu sah. Sebab, dihadiri Ketum (Ketua Umum PPP Suryadharma Ali).
Saya menjadi saksi dan yang pertama berbicara dalam acara tersebut. Ketika itu saya menunggu respons dari beliau. Tapi di lokasi tidak ada perkembangan. Besok harinya justru kami dipecat oleh ketum.
Kenapa ngotot menurunkan Suryadharma Ali (SDA)?Persoalan yang paling dirasakan oleh seluruh kader yaitu beban moral, karena SDA menyandang status tersangka. Kader yang ingin masuk ke DPR merasa risih suratnya ditanda tangani oleh orang yang menyandang status tersangka.
Selain itu, saya termasuk salah satu promotor SDA ketika mencalonkan sebagai ketum dulu.
Anda merasa bersalah?Saya sebagai kader ikut merasa salah. kenapa bisa seperti ini. Sebagai promotor, saya ingin mengambil tanggung jawab. Saya sedih dengan persoalan yang ada di PPP saat ini. Omong kosong jika musibah yang dihadapi oleh ketum SDA tidak dirasakan oleh semua kader. Tapi kami tidak akan membuang SDA.
Bagaimana hubungan Anda dengan SDA saat ini?Masih baik. Saya sayang banget sama beliau. Saya pribadi tidak ada unsur ingin menjatuhkan dia dengan sengaja. Atau pun melakukan balas dendam atas perbuatan yang telah beliau lakukan kepada saya.
Jika SDA mundur, bagaimana sikap Anda?Saya dan kader lainnya akan menaruh empati dan simpati yang sebesar-besarnya jika SDA mengundurkan diri. Tetapi sayangnya itu tidak terjadi saat ini. SDA berusaha tetap menjadi ketum.
Apa Anda akan meninggalkan PPP?Tidak mungkin. Memang saya waktu itu pernah hampir
feeding out dan meninggalkan PPP secara perlahan. Karena saya pikir saya sudah cukup senior di PPP, bahkan melebihi SDA. Saya sudah terlibat dari tahun 90an. Berikan celah kepada yang muda untuk memimpin PPP. Tapi saya tidak mau meninggalkan partai dalam kondisi yang kurang baik. Saya akan support PPP sampai persoalan ini selesai.
Kabarnya Anda dan Djan Faridz yang akan maju sebagai pengganti SDA, apa benar?Kalau buat saya, Djan Faridz tidak masuk dalam hitungan. Sebab, persyaratannya tidak dipenuhi. Kecuali jika diubah AD/ART partai. Tapi itu hal yang aneh.
Betapa mahalnya dengan merubah AD/ART partai hanya untuk mengakomodasi kepentingan orang lain. Partai dibentuk bukan mengakomodasi kepentingan orang lain. ***