Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah meminta DPR untuk berpikir jernih sebelum memutuskan mengenai RUU Pilkada.
’’Putuskan RUU Pilkada seÂcaÂra jernih. Bukan karena denÂdam atau lainnya,’’ tegas Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, Selasa (9/9).
Sebab, lanjut Ketua Umum MaÂjelis Ulama Indonesia (MUI) itu, masalah pilkada itu meÂnyangkut demokrasi dan nasib rakyat Indonesia.
“Makanya saya hanya memeÂsanÂkan kepada politisi dan DPR kalau memutuskan suatu masaÂlah, termasuk RUU Pilkada, haÂrus dikedepankan pemikiran yang jernih. Bukan karena dendam atau lainnya,’’ papar Din SyamÂsuddin.
Berikut kutipan selengkapnya;
Apa pendapat Anda melihat perseteruan di DPR mengenai RUU Pilkada?Menurut saya mengenai pilÂkada langsung atau tidak langÂsung itu harus dikaji secara jernih, bukan karena mau menguasai atau lainnya.
Ada yang bilang pilkada dipilih DPRD adalah produk Orde baru, bagaimana ini?Jangan salahkan masa lampau, tapi bukan juga menilai masa lampau lebih baik, tentu ada yang baik ada juga yang kurang.
Apa usulan Anda mengenai RUU Pilkada ini?Saya usulkan biar dibahas seÂcara jernih dan matang oleh DPR yang baru. Kalau oleh DPR sekaÂrang takut tidak jernih dan maÂtang. Karena masalah yang diperÂdebatkan yakni langsung atau tidak langsung dan serentak atau tidak. Keduanya sama-saÂma ada baiknya dan ada burukÂnya. MaÂkanya harus dipikirkan dengan pemikiran yang jernih.
Sekarang di DPR terbelah dua, apa mungkin bisa mengÂhaÂsilkan UU Pilkada yang bagus?Pokoknya, untuk menyelesaiÂkan masalah bangsa dan negara tidak boleh ada kepentingan keÂbenÂcian, kesukaan dan ketaksuÂkaan. Karena itu tidak baik.
Memangnya terlihat jelas adanya kebencian dalam pemÂbahasan RUU Pilkada ini?Saya tidak menyatakan ada gelagat itu loh. Biarlah rakyat yang menilainya.
Apa PP Muhammadiyah akan membahas RUU Pilkada ini ? Ya. Kami akan undang pakar-pakar di Muhammadiyah akan berÂÂkumpul. Karena MuhamÂmaÂdiyah berpandangan perlu ada konsolidasi demokrasi ke depan. Kalau pilkada langsung atau DPRD itu harus dikaji secara mendalam.
O ya, apa sudah ada kader Muhammadiyah diminta menÂjadi menteri?Soal menteri, saya tidak mau berÂkomentar banyak, lihat saja nanti.
Bukankah beberapa tokoh Muhammadiyah disebut-sebut bakal calon menteri?No comment, nanti pada wakÂtuÂnya kalau dihubungi (Jokowi-JK atau tim transisi) baru kami beri tahu ke media.
Masa sih belum dihubungi?Ya, belum dihubungi juga.
Tapi Anda sudah tahu nama-nama yang ingin dijadikan menteri oleh Jokowi?Tidak tahu, minta keterangan langsung ke mereka.
Bukankah perlu dikomuÂniÂkasikan dengan pimpinan bila kader Muhammadiyah dipilih menjadi menteri?Kalau sudah diumumkan baru ke saya. ***