Presiden terpilih Jokowi diperkirakan bakal kesulitan untuk memilih figur yang pas menjadi Jaksa Agung.
Sebab, banyak sekali berminat menjadi orang pertama di kejakÂsaan itu. Ada yang berasal dari parÂtai, kalangan profesional hukum, bekas pejabat, dan orang yang latarbelakangnya tidak jelas.
Melihat itu, bisa disimpulkan lebih banyak yang berminat menÂjadi Jaksa Agung ketimbang menÂjadi menteri.
Demikian disampaikan Ketua Umum Asosiasi Advokat IndoneÂsia (AAI) Humphrey Djemat keÂpada
Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
“Saya mendengar banyak seÂkali yang berminat menjadi Jaksa Agung di pemerintahan Jokowi nanti,’’ papar bekas Juru Bicara Satgas TKI itu.
Berikut kutipan selengkapnya;Apa informasi yang Anda dapatkan itu akurat?Ya. Memang banyak yang berÂminat menjadi Jaksa Agung. TenÂtu Tim Transisi yang lebih meÂngeÂtahuinya. Sebab, informasi meÂngenai hal tersebut diterima mereka.
Fenomena apa itu, kenapa banyak yang ingin menjadi Jaksa Agung?Ini memang menjadi pertaÂnyaÂan kita bersama. Fenomena apaÂkah yang terjadi pada saat ini. KeÂnapa lebih banyak orang menginÂcar posisi Jaksa Agung ketimbang menteri.
Ada calon Jaksa Agung yang diajukan jenderal purnawirawan. Bahkan ada yang diajukan orang yang mempunyai masalah huÂkum, termasuk HAM, dan mafia hukum dengan tameng sebagai pengusaha.
Mereka yang selama ini cawe-cawe dan ikut menentukan posisi pejabat tertinggi penegak hukum di Indonesia itu mensponsori caÂlon Jaksa Agung tersebut.
Ada parpol yang mengajuÂkan calon Jaksa Agung, buÂkankah tidak ada kompromi soal itu?Sudah santer terdengar ada partai politik pendukung Jokowi sejak awal tidak meminta jabatan menteri, asalkan Jaksa Agung orang yang diajukannya. Tentu ada sesuatu yang sangat berharga dari jabatan Jaksa Agung ini.
Apa yang berharga itu?Pertama, Jaksa Agung bisa memprotek masalah hukum yang menimpa orang tersebut. Kedua, Jaksa Agung bisa jadi alat untuk menekan lawan politiknya atau kompetitor bisnisnya. Ketiga, Jaksa Agung bisa menjadi ATM untuk kepentingan markus pengÂuÂsaha hitam tersebut, seperti diduga terjadi di Polri seperti diÂkemukakan Adrianus Meliala. Keempat, ini yang paling berbaÂhaÂya, Jaksa Agung bisa mengÂhamÂbat proses penegakan hukum yang dilakukan KPK. BukanÂkah ini yang pernah mau dicoba dilakukan oleh Polri.
Sebagai Ketua Umum AAI, apa yang Anda lakukan?Sebagai Ketua Umum Advokat di Indonesia, saya telah membiÂcaÂrakan fenomena tersebut itu dengan kalangan para advokat. Fenomena ini sangat merisaukan dan bisa membuat masyarakat menjadi skeptis dan apatis terÂhadap penegakan hukum yang dilakukan pihak pemerintahan Jokowi nantinya apabila salah memilih Jaksa Agung.
Oleh karena itu para advokat ingin menunjukkan sikap kepeÂduÂliannya dan ingin mendukung sepenuhnya penegakan hukum di era Jokowi.
Kalau begitu, apa sarannya? Pemilihan Jaksa Agung baru harus didasarkan pada track record yang jelas, harus dilihat keÂmampuan dalam hukum pidaÂnanya.
Bahkan di Belanda, Jaksa Agung adalah ahli hukum pidana yang terpandai di negaranya dan bergelar profesor. Ini dilakukan agar dia mempunyai wibawa seÂcara keilmuan dan tentunya meÂmaÂhami persoalan-persoalan di kejaksaan.
Jangan sampai Jaksa Agung bisa dibohongi atau dikelabui oleh bawahannya. Memang Jaksa Agung tidak mencampuri secara detail setiap perkara yang ada.
Namun secara over-all harus bisa mengikutinya dan menentukan kebijakan yang jelas.
Apa advokat mengetahui siapa mafia hukum itu?Para Advokat sangat mengeÂtahui sekali mengenai praktek mafia hukum ini.
Makanya, Jaksa Agung itu haÂrus mempunyai wibawa dan keÂtegasan setelah komitmen yang kuat untuk memimpin institusi kejaksaan yang cukup besar ini.
Jangan sampai Jaksa Agung diÂpermainkan oleh bawahannya. Apalagi sering menerima “upeti†dari bawahannya.
Mengingat PeÂmerintahan Jokowi ingin langÂsung tancap gas dalam pemerinÂtaÂhannya sebagaiÂmana ditunjukÂkan dengan diÂbentukÂnya Tim TranÂsisi, maka peneÂgaÂkan hukum harus langsung bisa berjalan.
Bukankah Jaksa Agung itu juga perlu kerja sama dengan pimpinan KPK, ini bagaiÂmana?Itu juga tidak kalah pentingnya. Jaksa Agung harus bisa kerja sama dengan KPK untuk memÂperkuat penegakan hukum di Indonesia. ***