Berita

ilustrasi/net

Kementerian Pembangunan Desa

RABU, 13 AGUSTUS 2014 | 10:47 WIB | OLEH: FRITZ E. SIMANDJUNTAK

“…pembangunan yang dimulai dari daerah, pembangunan yang dimulai dari DESA......inilah yang kami maksud sebagai jalan kebaikan yang akan membuat rakyat semakin sejahtera.... " - Jokowi

PENGGALAN kalimat tersebut disampaikan oleh Jokowi, pemenang pemilihan Presiden oleh KPU 22 Juli 2014 lalu, dalam menguraikan visi misi bidang ekonomi saat debat calon Presiden lalu.  Pembangunan yang dimulai dari desa sebenarnya juga diucapkan oleh Prabowo Subianto.  Kedua kandidat calon Presiden tersebut memang sepakat pentingnya melakukan akselerasi dan prioritas pembangunan desa.

Pemerintah SBY dan DPR periode 2009-2014 memang telah membuat karya besar bagi pembangunan desa.  Yaitu dengan disetujuinya UU Desa No 6 tahun 2014 tentang Desa yang diikuti dengan PP Nomor 43 Tahun 2014 yang merupakan peraturan pelaksanaannya.

Undang Undang Desa tersebut menegaskan tentang desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah dan memiliki kewenangan mengurus kepentigan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat  yang diakui oleh pemerintahan NKRI.

Yang paling menonjol dari Undang Undang Desa adalah terkait alokasi anggaran untuk Desa.  Ditetapkan sebesar 10 persen dari dan di luar dana transfer daerah akan langsung diterima oleh Desa.  Diperkirakan jumlah tersebut bisa mencapai sekitar Rp 100 triliun baik dari APBN maupun APBD.  Jumlah tersebut akan dibagi ke 72 ribu desa se Indonesia, sehingga masing-masing desa diperkirakan akan memperoleh dana sekitar Rp 1,4 miliar per tahun.

Inisiatif semacam ini sebenarnya pernah dilakukan oleh Barnabas Suebu ketika menjabat sebagai Gubernur Irian Jaya periode 1988-1993 dengan program “Turun ke Desa” atau “Turdes”.  Setiap desa memperoleh alokasi dana dari kantor Gubernur dalam jumlah tertentu dan langsung diserahkan oleh Barnabas Suebu.  Dengan program ini pula Barnabas Suebu berhasil terpilih kembali menjadi Gubernur Papua pada tahun 2006-2011.  Karena masyarakat bisa merasakan langsung manfaat dari program Turun ke Desa ini.

Pada tahun 2007, pemerintah SBY meluncurkan program Program Nasional Pemberdayaan Mandiri (PNPM) Pedesaan dengan memberikan bantuan langsung ke masyarakat sebesar Rp 750 juta sampai Rp 3 miliar per kecamatan.  Tujuannya juga untuk memberdayakan masyarakat pedesaan.

Kita patut bersyukur bahwa Jokowi dan JK memiliki komitmen tinggi untuk mendedikasikan dirinya untuk memulai pembangunan dari desa.  Terutama dengan cara mengawal implementasi UU Desa agar rakyat di desa benar-benar merasakan manfaat dari alokasi anggaran Rp 1,4 miliar per tahun.

Mengingat pentingnya komitmen tersebut terlaksana dengan baik dan cepat, maka diperlukan satu lembaga tingkat Kementerian Desa.  Kementerian ini selain bertujuan untuk melakukan akselerasi pemberdayaan masyarakat desa, juga sebagai pusat koordinasi pembangunan desa yang alokasi anggarannya juga tersebar di beberapa sektor pemerintahan, seperti bidang infrastruktur di Departemen PU, Perhubungan, bidang SDM di Departemen Pendidikan dan Tenaga Kerja, bidang kesehatan di Departemen Kesehatan, dan bidang-bidang lainnya.

Bisa saja Kementerian Desa digabung dengan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. Agar struktur kabinet tidak menjadi lebih gemuk dan namanya menjadi Kementerian Pembangunan Desa dan Daerah Tertinggal.  Dalam kaitan ini maka Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) yang tadinya di bawah struktur Departemen Dalam Negeri bisa dipindahkan struktur, fungsi dan SDMnya ke Kementerian Pembangunan Desa dan Daerah Tertinggal.

Presiden AS Lyndon Johnson pernah menyatakan: “A president’s hardest task is not to do what is right, but to know what is right”.  Semoga pemikiran ini bisa bermanfaat bagi Jokowi-JK dan Tim Transisinya untuk mengetahui apa yang benar-benar diperlukan struktur kabinetnya untuk melakukan akselerasi pembangunan kesejahteraan masyarakat. [***]

Penulis adalah sosiolog dan tinggal di Jakarta.

Populer

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Duit Sitaan Korupsi di Kejagung Tak Pernah Utuh Kembali ke Rakyat

Senin, 10 Maret 2025 | 12:58

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

Usia Pensiun TNI Bakal Diperpanjang, Ketum PEPABRI: Kalau 58 Tahun Kan Masih Lucu-Lucunya

Senin, 10 Maret 2025 | 19:58

UPDATE

TNI dan Satgas PKH Garda Terdepan Tegakkan Hukum Perkebunan Sawit Ilegal

Kamis, 13 Maret 2025 | 19:30

Rumah Ridwan Kamil Digeledah Pertama di Kasus bank bjb, Ini Sebabnya

Kamis, 13 Maret 2025 | 19:24

Kelakar Prabowo Soal Jaksa Agung yang Absen di Bukber Rektor

Kamis, 13 Maret 2025 | 19:15

KPK Sita Deposito Hingga Bangunan di Kasus Korupsi bank bjb

Kamis, 13 Maret 2025 | 18:51

Legislator PDIP Usul Pembentukan Kamar Khusus Pajak di MA

Kamis, 13 Maret 2025 | 18:35

Terus Bertumbuh, Ketua Komisi VI Apresiasi Kinerja Antam

Kamis, 13 Maret 2025 | 18:09

Hormati KPK, bank bjb Pastikan Kegiatan Bisnis Tetap Jalan

Kamis, 13 Maret 2025 | 18:08

Pejabat bank bjb dan Agensi Sepakat Markup Iklan, Begini Modusnya

Kamis, 13 Maret 2025 | 18:07

Sri Mulyani: Penurunan Penerimaan Pajak Tak Perlu Didramatisasi

Kamis, 13 Maret 2025 | 17:58

Perdana Prabowo Undang Rektor Seluruh Indonesia ke Istana

Kamis, 13 Maret 2025 | 17:54

Selengkapnya