Berita

ilustrasi/net

Politik

Indikasi Kecurangan Pilpres Kian Jelas

RABU, 13 AGUSTUS 2014 | 03:11 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Indikasi kecurangan Pilpres 2014 semakin jelas. Saksi-saksi yang dihadirkan dalam sidang gugatan Pilpres di Mahkamah Konstitusi mengungkap kecurangan terjadi di banyak daerah.

Pelaksanaan Pilpres di 12 kabupaten di Papua misalnya, diakui saksi dilaksanakan dengan langsung membagikan surat suara untuk kemudian dicoblos. Akibatnya, pasangan nomor urut satu Prabowo-Hatta sama sekali tidak mendapat suara.

"Kabupaten Dogiyai dapat nol karena ketua penyelenggara, beserta empat anggotanya itu memerintahkan PPS, PPD, sampai KPPS untuk mereka nomor satu kosong. Semua suara dikasih ke nomor dua, jadi tidak ada pencoblosan," kata Elvincent Dokomo saat memberikan kesaksian dalam sidang lanjutan perselisihan hasil pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden di Gedung Mahkamah Konstitusi, kemarin.


Terkait kesaksian Elvincent, Tim Pembela Merah Putih Maqdir Ismail mengatakan Pilpres tidak berjalan dengan segala sistem yang telah disepakati. Menurut dia, kejanggalan juga terjadi di Sumatera Utara, khususnya Nias. Pengakuan saksi menyebut di sana ada pencoblosan yang dilakukan oleh KPPS,

"Jadi penyelenggara tingkat bawah yang melakukan pemilihan siapa yang akan mereka pilih. Ini sesuatu yang semestinya tidak terjadi. Saya kira tidak benar cara-cara seperti ini," katanya.

Bahkan, kata Maqdir,  salah satu saksi memberikan kesaksian bahwa orang tuanya yang sudah meninggal pun tercatat ikut memilih.

"Orang tua yang sudah meninggal ini tercatat sebagai pemilih dan namanya tercatat empat kali sebagai pemilih, bahkan dirinya dan kakaknya tercatat enam kali sebagai pemilih," terangnya.

Sementara, salah satu anggota Tim Pembela Merah Putih Firman Wijaya mengemukakan bahwa data KPU sulit dipertanggungjawabkan. Karenanya kata dia, MK perlu menguji kalau kecurangan-kecurangan ini ada kaitannya dengan tekanan, intimidasi yang merusak sistem penyelenggaraan Pemilu.

"Ini sudah masuk wilayah elections of crime yang dimensi kerusakannya luar biasa. Saya menawarkan konsep yang namanya whistle blower. Saksi-saksi ini harus dilindungi keamanannya karena keberanian mereka mengungkapkan fakta," kata Firman.[dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya