Tim Rumah Transisi sedang bekerja keras menggodok dan memilih program yang kelak dijalankan pemerintahan Jokowi-JK. Tugas terberat, menjabarkan visi-misi yang dijanjikan saat kampanye pilpres lalu.
Dari sekian banyak sasaran, bagi Pendiri Jokowi Center, Mooryati Soedibyo menganggap pemberdayaan wong cilik menjadi prioritas utama.
Menurut bekas Wakil Ketua MPR ini, wong cilik bukan sekadar slogan atau alat politik. Melainkan representasi SDM (Sumber Daya Manusia) yang harus ditingkatkan kualitasnya. Bila wong cilik sukses diberdayakan, niscaya program pembangunan akan berjalan sesuai rencana.
“Seperti Jokowi, wong cilik bisa mengubah wajah Indonesia menjadi lebih manusiawi dan sejahtera. Bila pendidikan dan peningkatan kualitas SDM lainnya dilakukan secara dini, generasi muda menjadi penopang tercapainya visi-misi pemerintahan baru,†tutur Mooryati kepada
Rakyat Merdeka, Jumat (8/8).
Berikut kutipan selengkapnya;
Pandangan Anda terhadap Rumah Transisi? Sebuah gagasan yang segar dan baik. Bagaimana bisa berupaya merealisasikan visi-misi saat kampanye melalui pematangan program yang akan dijalankan. Rumah Transisi itu juga diharapkan menghasilkan calon menteri, pemimpin lembaga negara yang kredibel, tegas dan kerja keras, mempunyai potensi kepemimpinan yang kuat agar visi-misi pemerintah baru bisa dieksekusi. Rumah itu juga bisa memutus mata rantai politik transaksional.
Sejauhmana rekomendasi Rumah Transisi akan dilaksanakan Jokowi?Pak Jokowi tentu kemungkinan besar menerima rekomendasi terbentuknya Rumah Transisi tersebut. Mari kita percayakan segala wewenang dan tugas kepada pemerintahan baru. Semoga kelak bisa mengimplementasikan program pembangunan yang dilandasi peningkatan kualitas SDM dalam hal ini pemberdayaan wong cilik.
Memang seperti apa sih wong cilik dalam pandangan Anda? Kehidupan pada taraf keluarga miskin yang termasuk berada pada masyarakat banyak disebut dalam bahasa Jawa sebagai wong cilik. Biasanya hidup di desa yang hidup dengan kehidupan yang serba kurang untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan merubah nasibnya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja pas-pasan, sehingga tidak mampu untuk mengirim anak-anaknya ke sekolah. Pada umumnya lulus dari SD atau SMU sudah berhenti sekolah. Kebanyakan mereka diharuskan langsung bekerja atau membantu usaha orang tua sebagai buruh tani.
Indonesia itu kan sudah terlalu banyak wong cilik, apa orang miskin ini bisa menjadi aset?Keluarga wong cilik pada umumnya mengalami masa kecil yang penuh kegetiran dan keprihatinan. Jelas tidak ada orang yang ingin terlahir melarat turun-temurun dan ingin mengubah nasibnya dan memperoleh perbaikan dalam hidupnya.
Bahkan sudah cukup banyak yang generasi muda dari keluarga yang dulu nasibnya tidak beruntung terbukti berhasil melepaskan dirinya dari kehidupan yang sulit, mendapat keuntungan sekolah tinggi dan menjadi pengusaha, dosen, jutawan, rektor universitas dengan gelar akademik tertinggi, menjadi Presdir perusahaan asing, menteri dan banyak lagi.
Sepertinya Anda yakin sekali Wong Cilik layak diprioritaskan?Nasib dapat dirubah secara luar biasa dalam hidup manusia sehingga yang tadinya Wong Cilik, bisa menjadi Wong Gede. Tetapi dapat terjadi juga sebaliknya, dari keluarga Wong Gede tidak dapat mempertahankan sukses orang tuanya. Kemajuan dan sukses bukanlah suatu keberuntungan, tetapi suatu hasil kerja keras, ketekunan dari semangat yang tak kenal menyerah. Banyak tergantung pada kehendak dan perilaku dari yang bersangkutan.
Anda punya cerita wong cilik yang sukses? Ada pak Sanim, warga Desa Rawa Urip Cirebon. Dahulu dia orang miskin yang bertahun-tahun menjadi tukang becak. Akhirnya lama-lama bisa membeli becak sendiri. Kemudian berhasil membuat pabrik garam dan pengusaha pupuk organik. Sekarang Sanim mempunyai 10 buah mobil, juga di antaranya mobil tipe Daihatsu Taruna dan Espass tahun 1997, sisanya mobil angkut produksi seperti Fuso.
Dari pengalaman menginovasi produk garamnya menjadi garam Krosok (non-yodium) dalam bentuk butiran yang dipakai untuk pengawetan ikan dan garam dapur (konsumsi), dan garam untuk pabrik tekstil. Di situ dia berpikir usaha garam ternyata dapat memperoleh hasil seperti yang diimpi-impikan daripada dulu menjadi buruh pabrik dan tukang becak.
Ada lagi cerita wong cilik bernama FG Winarno yang lahir di Klaten, 15 Februari 1938. Ayahnya seorang informan polisi yang tidak lulus SD dan istrinya seorang tukang pijat yang buta huruf. Biaya masa sekolah dan masa kuliah Winarno identik dengan usaha perjuangan keras orang tuanya, fasilitas untuk bersekolah, hingga transportasi yang cukup jauh. Satu prinsip kuat yang dia yakini saat itu adalah kalau memiliki kekuatan hati untuk bekerja keras dan belajar dengan baik, dan bertekad untuk menghimpun kebulatan hati dan belajar keras untuk berhasil.
Maka Winarno muda memompa semangatnya untuk dapat nilai tinggi di sekolah, “taktikâ€-nya untuk menggapai cita-citanya, agar dapat memperoleh sekolah gratis dan berhasil dengan prestasi di SMA, maka dia berhasil mendapat beasiswa dari IPB Bogor untuk bidang teknologi pangan, lulus dengan gemilang. Lagi-lagi kelincahan Winarno berhasil memperoleh biaya pendidikan dengan gratis dari USAID untuk bidang Food Science Technology di Universitas Massachusetts USA. Anak kelahiran Klaten tersebut masih belum puas dengan prestasi pendidikan yang diterimanya, dan pada tahun 1991-1995 dipilih menjadi President Codex di FAO/WHO/PBB Roma, dua kali berturut-turut. Pertama di Asia, lalu Afrika.
Dalam usianya yang sudah berkepala tujuh, dia masih aktif sebagai Rektor di Universitas Katolik Atmajaya Jakarta dan selesai 2012. Sampai saat ini sepanjang 35 tahun Profesor Winarno menjadi anggota Dewan Komisaris yang ikut membangun pengembangan teknologi jamu/obat tradisional Mustika Ratu.
Siapa lagi wong cilik yang menjadi wong gede? Dahlan Iskan. Orangtuanya tidak mampu membelikan sepatu untuk berangkat ke sekolah sampai dia duduk di bangku SMA yang dibelinya dari pasar loak. Sejarah kariernya Dahlan Iskan dimulai sebagai reporter surat kabar kecil di Samarinda (Kaltim) pada tahun 1976, menjadi wartawan majalah Tempo sejak tahun 1982.
Dahlan Iskan adalah sosok yang memimpin dan menjadikan Jawa Pos yang hampir mati dengan oplah 6.000 eksemplar dibentuk menjadi Jawa Pos News Network (JPNN), meningkat dengan oplah 300.000 eksemplar. Kemajuan-kemajuan usahanya berkembang ke aneka bidang. Bahkan menunjukkan kinerja yang berhasil saat memimpin PLN dengan keberhasilannya sehingga berasal dari wong cilik, atas usaha kerasnya berhasil menjadi wong gede, yaitu Menteri BUMN.
Anda mengartikan pemberdayaan wong cilik mulai dari anak-anak?Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya menjadi pribadi yang tegar, tidak mudah menyerah, teguh, memiliki pola pikir untuk mencapai perubahan hidup.
Dalam kehidupan nyata di seluruh dunia individu yang berkepribadian bisa ditemukan. Melalui penelitian di Hawaii terhadap 210 anak dari keluarga miskin, sengsara dan menderita atau mengalami kekerasan dalam pendidikan, 1/3 dari jumlah responden tumbuh menjadi manusia yang berprestasi, optimis, sehingga meraih keberhasilan dalam hidup. Sejumlah 2/3 responden tetap berada dalam kemiskinan. Ditemukan faktor-faktor anak-anak yang tetap kuat pribadinya melewati segala ujian di dalam hidupnya. Ternyata anak-anak yang memiliki seseorang dalam hidupnya, yang begitu menyayanginya dan dapat diandalkan, baik sosok ayah, ibu, kakek, tetangga, atau gurunya di sekolah. Para ahli menyimpulkan agar bisa survive dalam hidup, meraih kebahagiaan, setiap anak membutuhkan sedikitnya seseorang lain yang memiliki kepedulian dan yang menjadi inspirator yang dapat ditiru.
Sayangnya generasi muda sekarang cenderung berprilaku negatif, padahal kebanyakan mereka dari keluarga mapan dan berpendidikan, ini bagaimana? Alasannya karena orangtua memiliki kesibukan-kesibukan sehingga kurang memiliki waktu dan perhatian terhadap anak-anaknya. Untuk mengganti absen perhatian ini yang diganti dengan cara-cara lain, yaitu dengan menuruti apa saja yang diminta kepada orang tua, hidup selalu bermewah-mewah, tidak bisa membelanjakan uang saku dari orang tua dengan baik.
Perilaku yang negatif, senang aksi kekerasan yang merasuki jiwa generasi muda masa kini, mudah melakukan perkelahian dan tawuran. Yang mudah ditiru adalah prinsip hidup kawan, cara berpikir, tingkah laku, baik yang dilihat dan didengar.
Pendidikan yang berkualitas yang diperlukan ialah bertakwa, pendidikan formal dan pendidikan orang tua. Anak-anak tidak harus dididik dengan kekerasan, tetapi dengan berdasarkan cinta kasih dan teladan sehari-hari. Tanpa memberikan pendekatan dengan Asah, Asih dan Asuh sering menyebabkan generasi muda yang orang tuanya sudah mapan, tidak berhasil dan gagal.
Menurut Anda, apa Jokowi benar-benar wong cilik? Jokowi dilahirkan 21 Juni 1961 oleh Ibu Sudjiatmi di Dukuh Klelesan, Kecamatan Giriroto, Kabupaten Boyolali yang terletak di kaki Gunung Merapi.
Ayahnya, Notomiharjo bekerja sebagai tukang kayu yang berasal dari Karanganyar. Pengalaman hidupnya yang berliput kemiskinan dan penderitaan menjadi pelecut dan spirit perjuangan Jokowi untuk mengubah hidupnya sebagai wong cilik di tengah-tengah rakyat banyak yang serba kekurangan.
Hidup di tengah-tengah rakyat jelata, dia paham betul penderitaan dan harapan rakyat pada umumnya dan merasakannya. Juga kepemimpinan merakyat melalui blusukan sudah terbentuk sejak lama, ke pasar-pasar tradisional, gang-gang sempit, pemukiman kumuh adalah habitatnya Jokowi kecil yang lahir di bantaran sungai.
Revitalisasi pasar tradisional, penataan PKL hingga mengubah pemukiman kumuh menjadi setara dengan apartemen modern adalah contoh kecil program Jokowi yang sukses mengangkat harkat dan martabat wong cilik.
Jokowi adalah sosok pemimpin yang membumi, berasal dari wong cilik, menjadi “wong gede†yang mencintai dan dicintai wong cilik yang diwongke. Rakyat sebagai pemilih Jokowi pun tak sabar untuk mengantarkan Jokowi sebagai pemimpin seluruh rakyat Indonesia untuk mengubah wajah Indonesia menjadi sejahtera dan manusiawi atau “diwongke†pemimpinnya.
Anda setuju generasi muda menjadi ujung tombak revolusi mental ala Jokowi?Jelas, baik anak-anak dari kalangan wong cilik maupun kalangan wong gede harus dibekali berbagai keahlian dan pendidikan pembentukan karakter dari masa mudanya, agar mereka sebagai generasi muda usia produktif yang akan datang dapat memperkuat mental dan prinsipnya dan mewujudkan program “revolusi mental†menjadi kenyataan bagi kesejahteraan masyarakat dan kemajuan pembangunan bangsa dan negara. ***