Berita

Politik

MK, "Mahkamah Kalkulator" yang Enggan Masuk Wilayah Asasi?

SABTU, 09 AGUSTUS 2014 | 10:38 WIB | LAPORAN:

Opini negatif telah dibiarkan berkembang tanpa arah menyudutkan pasangan Prabowo-Hatta yang mengajukan sengketa hasil Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK). Publik telah seenaknya tanpa malu-malu menilai keterangan saksi dari kubu Prabowo-Hatta sebagai tidak bernilai.

Hal itu disayangkan Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Petrus Selestinus, melalui keterangan pers, Sabtu (9/8).

"Tapi, satu yang pasti adalah kita harus membantu dan membentuk keyakinan hakim MK dalam memutus sengketa Pilpres ini dengan berbagai opini positif, yaitu MK harus menjadi institusi yang bukan saja mengawal Konstitusi, tapi juga membentuk dan memperbaiki mental, perilaku dan moral para penyelenggara pemilu," terang Petrus.


"Perbaikan perilaku konstitusional berada di MK, bukan berada di pasangan Jokowi-JK dengan gagasan awang-awang revolusi mental," tambah Petrus.

Menurutnya, masyarakat harus memanfaatkan secara positif sengketa Pilpres yang diajukan oleh kubu Prabowo-Hatta sebagai momentum memperbaiki demokrasi, memperbaiki hidup berkonstitusi, memperbaiki hidup bernegara secara bermartabat, mandiri dan berkepribadian.

Karena itu, lanjutnya, ada sindiran terhadap MK bahwa MK tidak boleh hanya menjadi "Mahkamah Kalkulator" yang hanya menghitung angka. Tetapi MK harus secara progresif berani maju selangkah untuk masuk ke wilayah paling asasi, yaitu soal kejujuran dan keadilan dalam perilaku penyelenggara Pemilu.

"Rakyat dukung MK, jangan takut terhadap opini dan jadikanlah opini publik secara berimbang sebagai sumber hukum dalam memutus sengketa pilpres kali ini," pungkasnya. [ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

UPDATE

Eddy Soeparno Bicara Komitmen Prabowo Percepat Dekarbonisasi

Senin, 15 Desember 2025 | 16:13

Praperadilan Kakak Kandung Hary Tanoesoedibjo Dua Kali Ditolak Hakim

Senin, 15 Desember 2025 | 15:55

Miliarder Siapkan Hadiah Besar Atas Aksi Heroik Warga Muslim di Bondi Beach

Senin, 15 Desember 2025 | 15:48

DPR Tegaskan Perpol 10/2025 Tidak Bertentangan dengan Konstitusi

Senin, 15 Desember 2025 | 15:41

Ketaatan pada Rais Aam Fondasi Kesinambungan Khittah NU

Senin, 15 Desember 2025 | 15:39

Gubernur Sulut Dukung Penguatan Kapasitas SDM Bawaslu

Senin, 15 Desember 2025 | 15:29

Keselamatan Masyarakat Harus Jadi Prioritas Utama Selama Nataru

Senin, 15 Desember 2025 | 15:19

Pramono Terima Hasil Kongres Istimewa MKB Demi Majukan Betawi

Senin, 15 Desember 2025 | 15:12

KPK Geledah Rumah Dinas Plt Gubernur Riau SF Hariyanto

Senin, 15 Desember 2025 | 14:54

Command Center Diresmikan Percepat Digitalisasi dan Pengawasan Kopdes Merah Putih

Senin, 15 Desember 2025 | 14:43

Selengkapnya