Azan Zuhur berkumandang, sekaligus penanda waktu istirahat siang bagi para pegawai di kantor KementeÂrian Kelautan dan Perikanan (KKP). Puluhan pegawai berÂseragam biru satu per satu meninggalkan meja kerjanya.
Ugenk Nugroho, seorang staf Pusat Data Statistik dan InforÂmaÂsi di kementerian tersebut berÂgeÂgas menuju mushola untuk meÂnuÂnaikan shalat. Usai shalat, pria berkumis lebat itu mampir ke ruang media (press room).
Kemarin siang, suasana press room tampak sepi. Dari empat komÂputer tersedia, semuanya tak dipakai. Ugenk leluasa memilih. Tanpa ragu, dia duduk di meja paling kiri. Komputer dinyaÂlaÂkan, dia langsung mengakses media online. “Mau cari inforÂmaÂsi perkembangan MH17,†ujar Ugenk sembari memicingkan mata ke layar monitor.
Pesawat Malaysia Airlines (MAS) dengan kode penerÂbangÂan MH 17 jatuh di wilayah DoÂnetsk, Ukraina pada Kamis lalu (17/7) waktu setempat. Pesawat jenis Boeing 777 itu diduga diÂtemÂbak milisi pro-Rusia di UkÂraina. Semua penumpang berÂjumÂlah 283 jiwa beserta 15 awak yang ada di dalam pesawat itu diketahui tewas.
Keseriusan Ugenk bukan tanpa sebab. Pasalnya, kakak kandungÂnya Ninik Yuriani dipastikan berÂada dalam pesawat yang tengah menempuh rute penerangan dari BeÂlanda menuju Malaysia.
Ugenk mengungkapkan keÂluarÂganya terdiri dari delapan berÂsaudara. Ninik adalah anak kelÂiÂma. Sementara Ugenk anak ketujuh.
Rencananya, Ninik akan transit dari Malaysia sebelum melanÂjutÂkan perjalanan ke Jakarta. Di JaÂkarta, Ninik akan berkumpul di keÂdiamanan Yuriah Tanzil, kakak nomor dua kandung Ninik yang beralamat di Jalan Rawa Pening I nomor 23, RT 3/2, Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Di rumah itulah, tutur Ugenk, Ninik sempat tinggal sebelum akhirnya memutuskan bekerja dan tinggal di Eindhoven, BelanÂda, tahun 1997.
Meski tinggal dan bekerja di negeri orang selama 17 tahun. Ninik memiliki jadwal rutin ke Indonesia, setidaknya 2 atau 3 tahun sekali. Ketika pulang ke Tanah Air, dia selalu berkunjung ke Wonosobo, Jawa Tengah. Di kota itu, masih ada sang ibu yang kini sudah berusia 87 tahun. “Jadi kita semua mau lebaran ke WoÂnosobo, Mbak Ninik juga pernah bilang mau sungkem sama ibu yang sudah sepuh,†katanya.
Diceritakan Ugenk, meski tingÂgal di Negeri Kincir Angin, serta meÂnikah hingga dikaruniai seÂorang anak dan dua cucu, Ninik selalu menyempatkan diri pulang ke Indonesia. Di Belanda, kaÂkakÂnya membuka restoran Sang Lee. Sebuah tempat makan sekaligus tempat belanja yang menjual aneka masakan Asia. Termasuk masakan Indonesia.
Selain bekerja, Ninik juga aktif sebagai pegiat seni berupa tarian asal Nusantara. Mulai dari tari Jawa, Padang, hingga Poco Poco, diÂkuasainya. “Dia aktif di perÂkumÂpulan orang Indonesia. KaÂlau lagi off, dia ngajar menari orang Belanda, hingga pelajar asal Indonesia,†katanya.
Ninik kini sudah dipastikan menÂjadi satu di antara 283 peÂnumÂpang MH 17 yang tewas. TerÂcatat ada 12 warga negara InÂdonesia yang terbang dengan pesawat naas itu.
Menurut Ugenk, pihak keluarÂga mengaku sudah pasrah dan menyerahkan kepada Allah SWT atas musibah yang terjadi. Meski begitu, dia mengakui keluarga yang berada di daerah Jakarta dan seÂkitarnya, selalu berkumpul di keÂdiaman Yuriah Tanzil, di kaÂwasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
Setidaknya, ada tiga keluarga yang berkumpul di rumah berÂlanÂtai dua yang nampak seperti baru dibangun itu. Yaitu, keluarga Yuriah Tanzil, Enny Nuraeni, dan keluarga Ugenk Nugroho. NaÂmun, Ugenk memutuskan kembali ke rumahnya di daerah Cibinong, Jawa Barat pada akhir pekan kemarin, karena harus bekerja di hari Senin.
Menurut Ugenk, suasana duka menyelimuti kediaman Yuriah TanÂzil. Baik saudara, kerabat mauÂpun media kerap mendatangi rumah itu. Terkadang, ketika kaÂkak beradik yang kumpul disana berÂbincang, air mata tak terÂbendung lagi.
Saat ini, kata Ugenk, pihak keÂluarga sedang sibuk mengurusi paspor dan visa ke Belanda. PaÂsalnya, pihak Malaysia Airlines, berencana memberikan empat tiket gratis bagi keluarga korban untuk mengecek kondisi jenazah di Belanda.
Sayang, belum dipastikan kaÂpan perwakilan korban dapat ke negeri kincir angin itu. Pasalnya, jenazah korban masih berada di kaÂwasan Ukraina dan belum seÂpeÂnuhnya teridentifikasi. “Saya nggak pergi (ke Belanda),†terang Ugenk.
Ugenk berharap, agar jenazah kakaknya dapat segera diterÂbangkan dari Ukraina menuju Belanda untuk dimakamkan. PaÂsalnya, keluarga Ninik tinggal di sana. Hingga saat ini, kata Ugenk, putri Ninik yang bernama Hani, seÂdang berada di Ukraina didamÂpingi tentara Perserikatan BangÂsa-Bangsa (PBB) untuk mengÂidentifikasi jenazah.
Tak terasa, waktu istirahat siang selama satu jam sudah haÂbis. Melihat jam yang tertera di BlackBerry miliknya, dia langÂsung mematikan komputer press room. Dengan tegap, Ugenk meÂninggalkan press room dan kemÂbali naik ke ruang kerjanya. Dari paras wajahnya, masih nampak keÂsedihan.
Sebelumnya, Kamis (17/7) KeÂmenterian dalam negeri Ukraina mengatakan pesawat Malaysia ditembak jatuh kelompok pro Rusia di timur Ukraina. Seluruh penumpang dan awak di pesawat itu tewas.
Pemerintah Ukraina mengaÂtaÂkan separatis menembakkan ruÂdal darat ke pesawat. KoresÂponÂden Reuters mengatakan melihat puing-puing dan jasad manusia di tanah di desa Grabovo, sekitar 40 kilometer dari perbatasan Rusia. Wilayah tersebut merupakan wilayah yang dikuasai separatis.
Malaysia Airlines mengatakan dalam akun Twitter-nya telah keÂhilangan kontak dengan MH17 yang berangkat dari Amsterdam meÂnuju Kuala Lumpur. “Posisi yang terakhir kali diketahui pesawat berada di wilayah udara Ukraina,†ujar kementerian.
Pemimpin kelompok separatis Alexander Borodai mengatakan, pesawat tersebut ditembak tenÂtara Ukraina. Namun pejabat Ukraina meÂngatakan tentaranya tidak terlibat.
Tim DVI Polri Ambil Sampel DNA KeluargaBantu Identifikasi WNI Korban MH17Musibah jatuhnya pasawat Malaysia Airlines (MH 17) di Ukraina, Kamis lalu, menjadi perÂhatian serius Pemerintah InÂdonesia. Pasalnya, dari 295 peÂnumpang pesawat yang tewas itu, 12 di antaranya warga neÂgara Indonesia.
Keseriusan itu nampak dari upaya pengiriman Tim
Disaster Victim Identification (DVI) Polri. Tujuannya, untuk memÂbantu proses identifikasi korban pesawat MH 17 yang diduga jatuh ditembak rudal tersebut.
“Kita siapkan tujuh orang angÂgota DVI yang akan tergaÂbung dengan Kementerian Luar Negeri untuk membantu MaÂlaysia mengidentifikasi korÂban,†ujar Kapolri Jenderal SutarÂman usai memimpin Gelar PaÂsukan Operasi Ketupat di MarÂkas Polda Metro Jaya, JaÂkarta, kemarin.
Sutarman mengatakan, dunia telah mengakui kualitas dari Tim DVI Polri. Di antaranya, meÂmiliki keahlian dan pengaÂlamÂan mengidentifikasi korban yang jasanya sudah hancur seÂperti peristiwa pesawat “SuÂkhoi†jatuh di Gunung Salak SuÂÂkabumi, Jawa Barat, beÂberapa waktu lalu.
“Kami punya pengalaman dan diakui dunia untuk idenÂtiÂfikasi korban. Kami punya peÂngalaman jatuhnya pesawat Sukhoi, saya kira ini mirip idenÂtifikasi korban yang jatuh dan akhirnya bisa diserahkan ke keÂluarganya,†tandasnya.
Sementara itu, Kabid Dokkes Polda Metro Jaya, Komisaris BeÂsar Polisi Musyafak, menÂuÂturÂkan tim DVI Polda Metro Jaya telah mengumpulkan data
anÂtemortem korban dari keÂluarga.â€Kami ambil pertama data-data sekunder, tanda fisik korban, sidik jari, kemudian denÂtal atau gigi, lalu ambil samÂpel DNA,†katanya.
Ia menyebutkan, ada 12 korÂban asal Indonesia. Delapan korÂban keluarganya ada di JaÂkarta, sisanya Medan dan Jawa Tengah.
“Data sudah diperiksa, beÂlum selesai. Kami menunggu dari Kementerian Luar Negeri untuk mendapatkan informasi kaÂpan tim DVI berangkat ke sana guna mengidentifikasi. TiÂdak menutup kemungkinan tim DVI ke sana, karena kami yang puÂnya data antemortem,†jelasÂnya.
Menurutnya, hasil pemerikÂsaÂan DNA akan keluar tiga sampai tujuh hari atau seminggu. “Yang diperiksa DNA adalah yang berÂhubungan dengan korban. Orangtuanya, saudara kandung, atau anak. Hasil DNA, tiga samÂpai tujuh hari. Nanti Tim DVI Nasional membawa data itu,†pungkasnya.
Sebelumnya, Kepolisian ReÂpubÂÂlik Indonesia mengimbau keÂluarga korban pesawat MaÂlayÂsia MH 17 segera mengÂhuÂbungi tim kedokteran dan keÂseÂhatan Polri. Hal ini diperlukan agar proses identifikasi korban seÂÂgera memÂbuahkan hasil. ***