Berita

ilustrasi

Bisnis

Masyarakat Senang Ke Minimarket, Pedagang Pasar Tradisional Menjerit

SENIN, 21 JULI 2014 | 10:11 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Mendekati Lebaran, kenaikan harga kebutuhan pokok cenderung melonjak. Situasi ini terjadi akibat aksi beli dalam skala besar oleh para konsumen guna memenuhi kebutuhan selama ramadan dan menjelang Lebaran.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengatakan, masyarakat cenderung berasumsi menjelang Lebaran pasti harga-harga akan naik. Asumsi ini yang mendorong aksi beli dalam skala besar sebagai stok selama ramadan dan jelang Lebaran.

“Situasi ini jika tidak disikapi secara tepat oleh pemerintah akan menimbulkan ekses negatif. Tidak hanya bagi konsumen, termasuk kepada para pedagang pasar tradisional,” jelas Mansuri.


Menurutnya, pemerintah menyebut stok nasional cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga Lebaran. Sayangnya, pemerintah kurang aktif mengawasi alur distribusi dan para spekulan yang mengambil untung dari situasi itu.

 Pemerintah dari daerah hingga pusat, tandas dia, harus berperan aktif memantau serta menjamin stabilitas harga dan ketersediaan barang di pasar-pasar.

“Pemerintah mesti melakukan upaya dan antisipasi atas kenaikan yang dalam beberapa hari ini terasa lonjakannya. Tentu saja perlu percepatan stabilitas harga dan stok bahan agar tidak terjadi kepanikan,” tuturnya.

Pihaknya khawatir, jika tidak terjamin stabilitas harga dalam beberapa hari ke depan, bisa terjadi migrasi konsumen dari pasar tradisional ke pasar modern atau supermarket. Hal ini akan sangat merugikan para pedagang pasar.

Sebab itu, dia mendesak pemerintah melakukan sosialisasi dan pemahaman secara menyeluruh kepada masyarakat. Terutama tentang asumsi dan pola konsumsi masyarakat.

“Hal ini penting agar lonjakan harga menjelang Lebaran yang selama ini selalu menjadi pekerjaan rumah besar pemerintah secara perlahan bisa teratasi,” timpalnya.

Mansuri juga mengajak masyarakat untuk terus berbelanja di pasar tradisional sebagai warisan budaya bangsa dan penggerak ekonomi nasional yang mesti terus djaga keberlangsungannya.

“Kami menjamin, sayuran yang dijual di pasar jauh lebih segar dan higienis. Pakaian dan busana Lebaran pun jauh lebih murah dan berkualitas baik,” ujarnya.

Salah seorang pedagang telur di Pasar Pondok Labu, Jakarta Selatan, Rudi Wijaya mulai mengeluhkan banyaknya pasar modern yang ada di Jakarta.

Terutama menjamurnya minimarket yang menawarkan harga terjangkau. Kehadiran pasar modern secara tidak langsung telah mengurangi omsetnya.

“Biasanya yang mengambil telur dari kami adalah langganan yang punya warung-warung kecil, tetapi sejak pasar modern bermunculan warung-warung itu banyak yang tutup sehingga kami kehilangan pelanggan dan omset kami menurun,” ungkapnya.

Rudi mengaku, dulu dalam sebulan berani membeli hingga seribu rak telur per minggu dari penyalur di daerah Gandul. Sekarang dia hanya mengambil kurang dari separuh jumlah tersebut.

“Kalau yang diharapkan membeli hanya pelanggan untuk keperluan rumah tangga, biasanya hanya sebulan sekali membeli itu pun hanya satu atau dua rak. Cuma pelanggan pemilik warung yang kami harapkan, meski jumlah pembeliannya sedikit, tapi sering,” jelasnya.

Hal senada dikatakan salah seorang pedagang barang campuran di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Adi. Ia menyayangkan banyak konsumennya sudah beralih ke pasar modern.

“Dulu, barang-barang seperti kopi, teh, gula, minyak dan beras lebih cepat terjual karena yang ambil barang dari warung-warung kecil. Sekarang sudah jarang,” kata dia.

Menurut Adi, saat ini untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari masyarakat lebih memilih membeli di pasar modern.

“Biar hanya beli kopi, orang lebih pilih masuk pasar modern, padahal kalau pasar modern itu ambil barangnya langsung di distributor besar, beda dengan warung kecil yang ambil di kami. Kalau warung kecil tutup, kami kehilangan pelanggan,” keluhnya.

Adi berharap presiden mendatang lebih berpihak pada pedagang di pasar tradisional dan tidak hanya memberikan kemudahan bagi pasar-pasar modern seperti swalayan untuk terus berekspansi.

“Kita berharap jangan sampai pedagang luar masuk ke pasar, jangan sampai pasar tradisional ini dikuasai pasar swalayan, itu harus itu dijaga,” ujar dia. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya