Berita

Jokowi

Istilah 'Revolusi Mental' Jokowi Sudah Lama Dipakai Komunis untuk Mendobrak Ajaran Agama

JUMAT, 27 JUNI 2014 | 16:57 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Istilah 'revolusi mental', yang sekarang digembar-gemborkan Jokowi, memang sudah lama didengungkan gerakan sosialis-komunis di kawasan Eropa untuk mendobrak kungkungan ajaran agama. Karena dogmatisme agama dianggap menghambat kemajuan peradaban.

"Maka lahirlah 'revolusi mental' untuk membebaskan masyarakat. Karl Marx sendiri menganggap agama sebagai candu,” jelas peneliti Pusat Kajian Politik Islam dan Pancasila, Habib Alatas, Jum’at (27/6).

Istilah 'revolusi mental' juga digunakan pendiri Partai Komunis China yang bernama Chen Duxiu bersama rekannya Li Dazhao. Istilah itu ditujukan untuk mencuci otak kaum buruh dan petani dalam rangka menentang kekaisaran China.


Sedangkan di Indonesia, istilah ini mulai dipakai tokoh PKI Ahmad Aidit, anak dari Abdullah Aidit, yang mengganti namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit  alias DN Aidit.

Lebih Habib menjelaskan, ketika Aidit ditanya oleh ayahnya terkait perubahan nama itu, ia menjawab karena alasan revolusi mental. Bagi Aidit, revolusi mental harus dimulai dengan mengganti hal-hal yang dianggap menghambat pergerakan, termasuk nama “Ahmad” yang berbau Islam.

Namun, soal apakah Jokowi terinspirasi atau mau menjiplak pemikiran Sosialis-Komunis soal 'revolusi mental' itu, dia mengaku tak tahu.  "Entahlah, harus tanya Jokowi," kata Habib.

Namun yang jelas, menurutnya, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon  yang pertama kali menyebutkan revolusi mental identik dengan komunisme, tidak salah. "Penelusuran akar istilah secara historis benar,” terangnya.

Karena itu, ia menyayangkan jika ada sebagian pihak yang terlalu reaktif dengan pernyataan Fadli Zon di akun twitter pribadinya itu. Reaksi itu menunjukkan yang bersangkutan tak paham sejarah pemikiran dan pergerakan komunisme. “Secara konsep, 'revolusi mental' ala Jokowi nggak ada apa-apanya dibanding 'revolusi mental' komunisme yang sangat ideologis,” jelas Habib.

Baginya, 'revolusi mental' Jokowi dangkal dan tidak jelas. Ini karena gagasan itu tidak didasarkan pada kerangka berpikir yang sistematik dan rigid. “Landasan ontologisnya ngambang, hanya jargon aja,” tandasanya.

Fadli Zon sebelumnya mengatakan, istilah 'revolusi mental' kental bernuansa ideologi komunisme. Dia mengatakan itu saat menanggapi tudingan bahwa Prabowo Subianto adalah seorang fasis. "Indonesia tak ada hubungannya dengan NAZI, yang ada dengan komunis. Nah, 'revolusi mental' punya akar kuat tradisi paham komunis," ujar Fadli Zon dalam akun Twitternya.

Dia menjelaskan, Karl Marx menggunakan istilah 'revolusi mental' dalam satu bukunya "Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte" yang terbit tahun 1869. Revolusi mental juga menjadi tujuan dari "May Four Enlightenment Movement" (Gerakan 4 Mei, yang menjadi perlawanan rakyat pertama untuk menentang kekuasaan kekaisaran) di China 1919. Gerakan itu, diprakarsai Chen Duxui, pendiri Partai Komunis Cina (PKC).

"Aidit PKI, menghilangkan nama Achmad dari nama depannya, dan menggantinya dengan Dipa Nusantara (DN) dengan alasan revolusi mental, yaitu menghapus (nama) berbau agama," tandasnya. [zul]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya