Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
Jelang Ramadhan, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) fokus melakukan pengawasan terhadap lonjakan harga pangan di pasar. Hal ini untuk menekan permainan para broker.
Ketua KPPU M Nawir Messi mengatakan, fokus KPPU menjelang bulan puasa ini adalah mengamati lonjakan harga di pasar terjadi karena kartel atau karena kebijakan pemerintah. Atau juga karena pasokan yang kurang.
Menurut Nawir, pemerintah merasa tidak ada lonjakan harga pangan yang signifikan menjelang datangnya bulan Ramadhan. Hal sama disampaikan data Badan Pusat Statistik (BPS). Data lembaga statistik pemerintah itu menyebutkan, lonjakan harga pangan tidak lebih dari 2-3 persen.
Namun, Nawir mengaku fakta di lapangan justru sebaliknya. Dia mencontohkan harga ayam. Pemerintah, sambungnya, merasa harga ayam yang naik menjadi Rp 31.000 dianggap masih wajar, padahal di tingkat ritel harga itu bisa menjadi Rp 46.000.
“Ini bukan hanya persoalan supply dan demand saja, ada persoalan perilaku,†katanya.
Dia mengatakan, perilaku yang dimaksud adalah premanisme dalam pasar, broker besar yang menghambat terjadinya persaingan. Saat ini, KPPU hanya bisa mengimbau kepada pemerintah agar membuat kebijakan dan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah yang selalu berulang tiap tahun, misalnya soal broker alias calo.
“Harus ada efisiensi pasar agar peternak dapat untung banyak,†ujarnya.
Salah satu cara mengurangi broker ini dengan memperpendek mata rantai distribusi yakni membangun sistem informasi pasar. Bahkan, terkait lonjakan harga ayam pihaknya sudah memanggil produsen ayam.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) Abu Bakar mengatakan, saat ini belum ada identifikasi terhadap peran broker pada mata rantai distribusi.
Menko Perekonomian Chairul Tanjung atau yang akrab disapa CT mengklaim pasokan dan harga pangan relatif aman menjelang bulan puasa dan Lebaran. Menurutnya, berdasarkan laporan ada beberapa komoditas yang harganya mengalami kenaikan dan penurunan.
“Yang naik adalah harga daging ayam, telur ayam, bawang merah dan bawang putih. Tapi harga daging dan telur ayam masih dalam batas yang wajar yang sudah di-setting oleh Kemendag dan Kementan supaya petani dan peternak memperoleh keuntungan, tapi tidak merugikan konsumen,†jelasnya.
Sementara harga bawang merah dan bawang putih masih berada di bawah harga referensi. CT meminta, kepada masyarakat untuk tenang dalam menyikapi kenaikan harga tersebut. Apalagi, berdasarkan hasil peninjauan Mendag M Lutfi ke sentra bawang di Brebes, diketahui komditas tersebut sudah masuk panen raya.
Komoditas lain, seperti beras terpantau aman. Stok di pasar induk Cipinang masih terkendali. Bahkan untuk daging sapi diperkirakan terjadi penurunan harga tahun ini karena suplai daging sapi cukup. Terkait harga bahan pangan lain, misalnya cabe merah kriting, cabe rawit tak ada masalah suplai. Justru harga komoditas tersebut turun cukup signifikan di pasaran.
Sebelumnya, CT juga meminta KPPU terus berupaya menindak praktik kartel yang menyebabkan kerugian bagi negara dan masyarakat. “Kadang ada teregister puluhan perusahaan tetapi kepemilikannya hanya empat orang. Ini KPPU bisa awasi karena akan berdampak pada hajat hidup orang banyak,†ucapnya.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Dodi Zulverdi menambahkan, kenaikan harga pangan selama Ramadhan dan Lebaran tahun ini masih normal. Alasannya, dampak kenaikan harga BBM tahun lalu sudah hilang.
Menurut Dodi, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, harga-harga memang akan cenderung meninggi selama Ramadhan dan Lebaran. Kemudian balik merendah satu bulan pasca Idul Fitri.
Menurutnya, kenaikan harga pangan pada Ramadhan dan Lebaran masih dapat dikendalikan. Ini berbeda dengan pergerakan harga pangan yang meningkat tajam pada periode yang sama tahun lalu karena ada dampak dari kenaikan harga BBM. ***