Berita

foto;net

Adhie M Massardi

Inggris dan Spanyol Cermin Nasib Bangsa Indonesia

MINGGU, 22 JUNI 2014 | 13:48 WIB | OLEH: ADHIE M. MASSARDI

MESKIPUN bola itu bundar dan segala kemungkinan bisa terjadi di lapangan hijau, tapi tetap saja sulit dipercaya bahwa di Piala Dunia 2014 Brasil, Spanyol bisa begitu konyol, dan Inggris benar-benar bernasib tragis.
 
Berada di Grup B bersama Belanda, Chile dan Australia, dalam dua kali tanding Spanyol hanya berhasil menorehkan satu gol, ke gawang Belanda. Sedang gawangnya sendiri yang dijaga Iker Casillas kebanjiran 7 gol, 5 oleh Belanda dan Chile dua gol.
 
Timnas yang semula dijuluki “tim matador” itu langsung berubah menjadi pasukan banteng yang tersungkur, dan segera kembali ke negerinya dengan luka yang dalam. Sebab dalam sisa pertandingan lawan Australia Senin (23/6) besok, kalau toh menang dengan berapa pun gol yang berhasil diproduksi, tak akan mengubah nasib Spanyol.
 

 
Sementara timnas Inggris yang dijuluki The Three Lion, di Brasil berubah jadi “tiga babi kecil” dalam dongeng anak-anak yang menyedihkan karena selalu jadi bulan-bulanan srigala. Sehingga harus lari terbirit-birit agar tidak dimangsa.
 
Setelah ditekuk Italia 1-2 di awal laga, dan dilibas Uruguay dengan skor yang sama (2-1), Inggris langsung terhempas ke posisi juru kunci Grup D di bawah Kosta Rika yang akan dihadapinya dalam pertandingan terakhir babak fase penyisihan grup. Senasib dengan Spanyol, apa pun hasilnya melawan Kosta Rika, tak akan mengubah nasib Inggris.
 
Para pecandu bola sedunia niscaya tak habis pikir, bagaimana mungkin dua negara dengan kompetisi liga sepakbola terbaik di muka bumi, bisa begitu lekas tereliminasi dari gelanggang Piala Dunia. Hanya dalam dua gebrakan saja, Spanyol yang juara Eropa dan dunia, serta Inggris yang setiap akhir pekan menyajikan kompetisi liga paling dinanti, di fase penyisihan grup kandas dengan ngenas.
 
Ada apa dengan Spanyol dan Inggris?
 
Sebenarnya bagi kebanyakan orang Indonesia tidak sulit menganalisa kenapa Spanyol dan Inggris di Brasil begitu tragis. Sebab dalam konteks kehidupan nyata, Spanyol dan Inggris adalah cermin (nasib) bangsa Indonesia.
 
Lihatlah klub-klub raksasa Spanyol seperti Real Madrid dan Barcelona. Bukankah lebih banyak dimanfaatkan para pemain asing yang menjadi bintang di klub-klub itu, dan kini jadi tulang punggung kedigdayaan persepakbolaan negara mereka? Seperti Brasil (Neymar, Dani Alves), Argentina (Lionel Messi, Di Maria), dan Perancis (Karim Benzema).
 
Bahkan di Inggris, bukan hanya jadi lahan subur para pemain asing yang kini menjadi pilar skuad negaranya, tapi klub-klub itu sudah dimiliki pengusaha asing. Chelsea milik Roman Abramovich (Rusia), Manchester United dikuasai Malcolm Glazer (AS), Arsenal oleh Stan Kroenke (AS), Manchester City oleh pebisnis muda Arab Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, dan beberapa klub tangguh lainnya semisal Liverpool.
 
Jadi seperti Spanyol dan Inggris dengan klubnya yang dahsyat, kita juga memiliki kekayaan alam melimpah, BUMN strategis, dan bonus demografi yang menjanjikan. Tapi kenapa mayoritas rakyatnya miskin dan mengenaskan? Karena nyaris semua kekayaan alam itu oleh pemimpin kita, eh malah diserahkan kepada bangsa asing.
 
Akibatnya, kekayaan alam yang menurut konstitusi UUD 1945 harus untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, jadi untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat di negara-negara pengelola SDA kita seperti AS, Inggris, Jepang, Singapura, dan RRC.
 
Rezim Soeharto, Megawati dan Yudhoyono punya catatan sebagai pengobral aset bangsa. Bahkan Megawati, selain menjual ladang gas secara murah-meriah kepada Cina, juga Indosat dan Telkomsel, BUMN strategis kepada Singapura.
 
Kita berharap presiden yang terpilih nanti bukan petugas partai yang diperintahkan induk semangnya untuk melego kekayaan rakyat yang belum sempat dijualnya. Sehingga kita tidak bernasib konyol seperti Spanyol, atau tragis seperti Inggris.
 
Digdaya di atas kertas karena bangsa asing, tapi kenyataannya semua itu untuk kejayaan negara mereka masing-masing! [***]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya