Berita

prabowo-jokowi/net

Debat Capres (2): Prabowo dan Jokowi Menyanyikan Lagu yang Sama

SENIN, 16 JUNI 2014 | 12:08 WIB | OLEH: FRITZ E. SIMANDJUNTAK

DEBAT calon Presiden putaran kedua antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo 15 Juni 2014, ternyata lebih merupakan tukar pikiran atau brainstorming mengenai Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial dalam lima tahun ke depan.
 
Dari substansi topik, strategi kedua kandidat relatif sama yaitu mendahulukan kepentingan rakyat kecil.  Dengan janji akan menyediakan lapangan kerja agar produktivitas meningkat. Terutama untuk rakyat yang tinggal di pedesaan, petani dan nelayan.
 
Alasan mereka untuk mendahulukan kepentingan rakyat kecil, karena pemerintah telah gagal mengurangi kemiskinan secara signifikan meskipun anggarannya sangat besar.
 

 
Dengan tegas Prabowo menyatakan bahwa salah satu kegagalan pemerintah karena meningkatnya kebocoran anggaran yang menurut pernyataan KPK sekitar Rp 7.200 triliun atau menurut perhitungan Prabowo sekitar Rp 1.000 triliun. Karena itu Prabowo berjanji akan menutup kebocoran anggaran dan digunakan untuk membiayai pembangunan masyarakat kecil dan daerah tertinggal.
 
Tapi Prabowo tidak menjelaskan lebih lanjut bagaimana caranya dia menghapus korupsi sementara di sekelilingnya ada partai pendukung yang telah melakukan korupsi besar-besaran.
 
Di koalisi Prabowo ada PKS dengan kasus korupsi suap impor daging sapi, PPP dalam kasus dugaan korupsi penyelenggaraan haji, pimpinan Golkar yang terlibat dugaan korupsi Al-Quran dan PON di Riau, Demokrat dengan kasus Hambalang. Dan belakangan ini pimpinan PBB dikaitkan dengan kasus suap revitalisasi Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) di Departemen Kehutanan.
 
Sementara Jokowi ingin membangun sistem dengan menerapkan aplikasi teknologi informasi di seluruh jajaran pemerintah untuk mengurangi kebocoran uang negara sekaligus mengurangi proses birokrasi yang panjang. Namun Jokowi tidak menjelaskan lebih jauh cara mengatasi pengurangan tenaga kerja di sektor pemerintahan akibat penerapan teknologi informasi dan pemangkasan proses birokrasi.  Padahal masalah ini akan menjadi sangat sensitif.
 
Kedua kandidat sepakat pendidikan dan kesehatan harus dijadikan prioritas peningkatan produktivitas ekonomi dan kesejahteraan sosial.  Bahkan dalam kenaikan upah minimum kedua kandidat juga memiliki pendapat sama. Prabowo keluar dengan angka Rp 6 juta per bulan, sementara Jokowi sudah membuktikan kenaikan upah minimum sebesar 44 persen saat memimpin Provinsi DKI Jakarta
 
Seperti pengamat ekonomi Aviliani katakan, bahwa karena kedua kandidat bukan berlatar belakang ekonom, maka hal-hal yang menyangkut peningkatan anggaran dari instrumen pajak tidak banyak dikupas. Juga tidak disinggung bagaimana mengurangi ketimpangan yang cenderung meningkat dikaitkan dengan percepatan pertumbuhan ekonomi.
 
Karena itu dapat dikatakan bahwa kedua kandidat cenderung lebih menonjolkan visi populis meskipun tidak komprehensif. Layaknya pemusik, baik Prabowo maupun Jokowi menyanyikan lagu yang sama tapi dalam kunci dasar nada yang berbeda sedikit.
 
Dari sisi penampilan, harus diakui bahwa Prabowo lebih relaks dan sangat menguasai teknik-teknik berpidato. Diselingi dengan humor dan serta pujian pada idea Jokowi, maka suasana perdebatan menjadi lebih cair. Di tengah perdebatan, bahkan kedua kandidat saling berpelukan ketika membahas soal ekonomi kreatif.
 
Sementara Jokowi terlihat masih terlihat tegang saat mulai perdebatan, dan terlalu sering mengulangi pernyataan tentang penerapan sistem dan aplikasi TI dalam memperbaiki manajemen pemerintahan.  Prabowo juga unggul dalam mengungkapkan data-data di bidang ekonomi.
 
Namun demikian kedua kandidat lebih saling melengkapi dari pada saling menyerang kelemahan visi-misi masing-masing. Semestinya mereka bersatu maju sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden.  Sayangnya sikap partai politik masing-masing telah memaksa Prabowo dan Jokowi harus saling berhadapan. Kasihan Indonesiaku!!! [***]

Penulis adalah sosiolog dan tinggal di Jakarta.


Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Hukum Bisa Direkayasa tapi Alam Tak Pernah Bohong

Sabtu, 06 Desember 2025 | 22:06

Presiden Prabowo Gelar Ratas Percepatan Pemulihan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 22:04

Pesantren Ekologi Al-Mizan Tanam 1.000 Pohon Lawan Banjir hingga Cuaca Ekstrem

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:58

Taiwan Tuduh China Gelar Operasi Militer di LCS

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:52

ASG-PIK2 Salurkan Permodalan Rp21,4 Miliar untuk 214 Koperasi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:41

Aksi Bersama Bangun Ribuan Meter Jembatan Diganjar Penghargaan Sasaka

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:29

Dua Jembatan Bailey Dipasang, Medan–Banda Aceh akan Terhubung Kembali

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:29

Saling Buka Rahasia, Konflik Elite PBNU Sulit Dipulihkan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 20:48

Isu 1,6 Juta Hektare Hutan Riau Fitnah Politik terhadap Zulhas

Sabtu, 06 Desember 2025 | 20:29

Kemensos Dirikan Dapur Produksi 164 Ribu Porsi Makanan di Tiga WIlayah Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 19:55

Selengkapnya