Pelukis berusia 44 tahun, Yarno, seakan tak pernah lepas dari kuasnya untuk membuat sebuah lukisan. Saat ini, ia tengah bergelut dengan ide-ide terbaru yang sedang ingin direalisasikan dalam waktu dekat.
"Lagi eksperimen-eksperimen saja. Ada rencana mau bikin lukisan setinggi empat meter-an. Sedang dikonsepkan,’’ kata Yarno, salah satu pelukis asal Pagar Alam, Sumatera Selatan, kepada wartawan, Senin (9/6).
Sebagai seniman, dia mengaku punya tugas untuk selalu menyajikan karya terbaiknya bagi pecinta dan kolektor seni. Tapi, tanpa harus kehilangan sisi idealismenya.
Lebih dalam dia katakan, bahwa seorang seniman itu harus terus merasa ’"gelisah"’.’ Kegelisahan untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Seniman yang cepat merasa puas dan nyaman justru bahaya, sebab bisa jadi sudah kehabisan ide.
Baginya, alam menjadi inspirasi terbesarnya. Maka itu, dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Yarno menyerukan agar terus merawat alam.
"Alam itu sumber penghidupan masyarakat, sekaligus sumber inspirasi saya sebagai seniman. Maka itu, melalui karya-karya saya, sebenarnya secara tidak langsung ingin membuka fakta fenomena kerusakan alam itu nyata dan meluas," paparnya.
Dia mengakui, tidak mudah dalam sekejap mengubah pola pikir masyarakat. Tapi dirinya yakin, kesadaran itu akan terbangun.
Nama Yarno kian berkibar di percaturan seni internasional, seiring makin tingginya minat kolektor seni mancanegara terhadap karyanya. Padahal seniman 44 tahun itu masih masuk dalam kategori new born artist dan baru menghasilkan 58 buah karya sejak kemunculannya 4 tahun lalu.
Setelah sukses mencatat angka penjualan SGD 20.740 atau setara Rp191 juta pada 13 April lalu di Balai Lelang Seni Masterpiece melalui karya Power Struggle, dia kembali mencatat angka fantastis, 11 Mei lalu. Karya Yarno lainnya berjudul Leader yang dibuat pada 2013 itu berhasil menembus angka SGD 21.600 (SGD 1 = Rp 9475) atau setara dengan Rp 204 juta lebih dalam lelang seni yang digelar 33 Auction di Singapura.
Menurut kolektor seni Haryono Budiono, hasil lelang memang cenderung fluktuatif dan sulit diprediksi.
"Situasi saat lelang itu sangat tergantung pada selera kolektor seni saat itu. Jadi tidak bisa dibandingkan antara hasil lelang satu dengan yang lain,"’ ungkapnya.
Dan diakuinya, bahwa kolektor seni luar negeri berani membeli mahal asalkan mereka suka. Sehingga memang "perang" harga yang terjadi di Balai Lelang Seni yang ada di luar negeri tergantung pada kolektor seni mancanegara.
Sedangkan pemilik Galeri Apik Rahmat mengaku cukup mengapresiasi prestasi senimannya Yarno. Menurut dia, di luar dugaan dan semakin memperkuat intuisi bahwa Yarno punya harapan untuk berkembang ke depan.
[ald]