Berita

Khofifah Indar Parawansa

Wawancara

WAWANCARA

Khofifah Indar Parawansa: Nomor 2 Itu Harmoni & Keseimbangan Seperti Yang Disampaikan Pak Jokowi

RABU, 04 JUNI 2014 | 09:05 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Mendapat nomor urut 2, bukan berarti pasangan Jokowi-JK akan menempati urutan kedua dalam Pilpres 9 Juli mendatang. 

“Nomor itu hanya sebagai penandaan saja. Tidak bisa dikaitkan yang nomor 1 akan menang. Kemudian nomor 2 akan kalah,’’ kata Juru Bicara Tim Sukses Jokowi-JK Khofifah Indar Parawansa kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, Minggu (1/6).

Untuk menjadi pemenang, kata Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) itu, harus bekerja keras mencari simpati masyarakat. Juga melakukan sinergi antara relawan dengan tim pemenangan.


“Kami senang dalam nomor urut 2. Sebab, nomor 2 itu merupakan harmoni dan keseimbangan,’’ ujarnya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Kenapa Anda bilang begitu?
Secara filosofis sangat kuat sekali bahwa nomor 2 merupakan harmoni dan simbol keseimbangan. Ini sesuai dengan yang disampaikan Pak Jokowi.

Misalnya, ada capres, ada cawapres. Ada mata kanan, ada mata kiri. Ada telinga kanan, ada telinga kiri, semua harmoni dalam keseimbangan.

Pidato Pak Jokowi saat mendapat nomor urut 2 di KPU itu  memberikan inspirasi mengenai harmoni. Saya rasa apa yang disampaikan Pak Jokowi sesuatu yang inspiring dan harmoni. Dalam kehidupan  ini, ada malam dan siang. Ada suami dan istri. Ada musim hujan dan panas, dan seterusnya.

Apa pasangan Jokowi-JK  termasuk harmoni dan keseimbangan?
Ya. Pasangan ini memberi inspirasi bagi Indonesia agar membangun sebuah harmoni. Kebhinekaan yang luar biasa tidak bisa efektif bila tidak ada harmoni.

Yang harus dibangun dari Indonesia adalah pluralitas dan harmoni. Ada warna hijau dan biru di dalam tim kami, akan menjadi keindahan taman safari politik. Kebhinekaan menjadi indah, sehingga orang tidak tertarik ke radikal kanan dan kiri.

Pernah memprediksi kalau dapat nomor urut 2?
Tidak. Mengingat calonnya hanya dua pasang, sudah bisa ditebak kalau tidak mendapat nomor urut 1, ya nomor 2. Namun penomoran bukanlah segala-galanya. Nomor hanya sebagai penandaan saja.
 
Bagaimana cara Anda mensosialisasikan pasangan Jokowi-JK kepada warga NU?
Kalau Pak JK identifikasinya sangat mudah bagi orang NU. Saya sampaikan bahwa NU tidak punya capres, adanya cawapres, yaitu Pak JK. Mereka juga sudah familiar dengan Pak JK.

Kalau Pak Jokowi sangat mudah untuk identifikasinya. Dengan sifat yang apa adanya dan simpel, otomatis warga NU sudah mengenalinya tanpa harus diperkenalkan lagi.

Apa cuma konsentrasi di figurnya saja?
Ya. Sebab, identifikasi itu alat perekat antar sesama. Figur yang baik bisa mendekatkan antara seorang pemimpin dengan rakyat yang dipimpinnya.

Namun saya juga sampaikan prestasi Pak Jokowi-JK. Ketegasan Pak Jokowi mengambil keputusan, itu harus diinformasikan. Antara lain prestasinya membereskan Pasar Tanah Abang, Waduk Pluit, Waduk Ria Rio. Padahal, di era gubernur sebelumnya sangat susah membereskannya. Namun di era Pak Jokowi berhasil.

Mahfud MD jadi Ketua Tim Sukses Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, apa suara NU terpecah dalam pilpres nanti?
Kandidat NU kan hanya Pak JK saja. Kalau ada tokoh NU lain yang tidak memilih Jokowi-JK, itu merupakan hak politik dari mereka untuk menentukan pilihannya. Dalam memilih kan tidak boleh memaksa. Sesuatu yang dipaksa itu tidak baik. Tapi mereka sudah tahu dengan sendirinya mana pemimpin yang mereka butuhkan di masa depan.

Berapa persen kira-kira warga NU memilih Jokowi-JK?
Kalau warga NU di Indonesia sekitar 67 juta. Kalau muslimat 22 juta. Sebagian besar ada di NU. Namun tidak ada yang bisa menggaransi ke depannya akan seperti apa. Kita lihat nanti saja ketika pemilihan.

Serangan black campaign begitu gencar ke Jokowi, apa sikap Anda?
Black campaign yang dilancarkan memang sangat masif. Isu yang disebar sangat sensitif, yakni dikaitkan dengan suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Ini bisa menjadi potensial konflik yang harus diantisipasi oleh aparat keamanan. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya