"YANG saya impi-impikan adalah kerukunan pancasilais-manipolis dari segala suku-bangsa, segala agama, segala aliran politik, dan segala kepercayaan" --- Soekarno (Tavip, hal.42).
Pada momentum peringatan 69 tahun lahirnya Pancasila 1 Juni--Soekarno, kita diingatkan kembali oleh pidato Bung Karno di depan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang kemudian dikenang sebagai hari lahirnya Pancasila. Pancasila lahir dari konteks â€masyarakat yang ingin keluar dari belenggu penjajahanâ€, membentuk nasion Indonesia, untuk kebangsaan Indonesia, dalam kebangsaan Indonesia yang hidup dengan perikemanusiaan, permufakatan, untuk sociale rechtvaardigheid (keadilan sosial): untuk Ketuhanan.
Jelas bahwa para pendiri bangsa selain ingin memperjuangkan sebuah Republik yang lepas dari jeratan imperialisme kolonial, juga terbebas dari sistem ekonomi kapitalisme dan politik liberal!
Namun setelah 69 tahun sejak Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 (Lahirnya Pancasila), dibawah rejim Nekolim-Neoliberalisme SBY-Boediono keinginan masyarakat Indonesia keluar dari belenggu penjajahan agar sejahtera, ternyata masih jauh dari harapan. Sejak berkuasanya rejim ORBA-Soeharto, rakyat Indonesia dijerumuskan ke dalam penjajahan gaya baru kapitalisme-imperialisme (Nekolim), â€Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia†lenyap dari kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sistem ekonomi politik di negeri ini pun semakin menjadi liberal (demokrasi liberal), rakyat tidak ter-urus. Akhirnya muncul istilah autopilot, dimana negara dan bangsa berjalan sendiri-sendiri tanpa Pancasila sebagi pedoman acuan dalam berbangsa dan bernegara. Sehingga yang akan terjadi negara ini menjadi negeri autopilot dengan pola ekonomi dikontrol oleh pemilik modal dan kekuatan asing.
Pada hari lahirnya Pancasila 1 Juni--Soekarno, di tahun 2014 ini, liberalisasi sangat massif di segala aspek kehidupan berbangsa-bernegara dan bermasyarakat melalui politik, ekonomi, dan sosial-budaya, tidak ada lagi jaminan dari negara untuk hidup berdemokrasi Pancasila, bertoleransi dengan nilai-nilai Pancasila.
Arah kebijakan ekonomi dan politik negara--pemerintah semakin menjauhkan negeri ini dari semangat dan cita-cita Pancasila; dengan kualitas hidup rakyat yang semakin rendah, bertambahnya jumlah angka kemiskinan dan pengangguran. 69 tahun Pancasila 1 Juni--Soekarno ditandai dengan semakin abai-nya peran dan tanggungjawab negara-pemerintah kepada rakyat nya.
Jika kita tapak-tilas Pancasila 1 Juni; bahwa bagi Soekarno, supaya perjuangan bangsa Indonesia tidak melenceng dari tujuan, maka kehidupan berbangsa harus diberi “pandangan hidupâ€. Ia harus menjadi leitstar, bintang penuntun arah, bagi perjuangan bangsa Indonesia. Pancasila sebagai landasan hidup bernegara dan bermasyarakat itulah yang utama dikemukakan oleh Bung Karno untuk pendirian Republik Indonesia yang merdeka. Pancasila menjadi alat persatuan untuk melawan kekuatan anti penjajahan dan bagaimana memandang dan menjalani hidup bernegara dan bermasyarakat.
Jelang Pilpres 2014, di akhir masa pemerintahan Nekolim-Neolib SBY-Boediono (2004-2014), dimana kehidupan rakyat Indonesia seakan dikembalikan ke era kolonial pra-kemerdekaan, hingga saat ini secara mendasar tidak juga memperlihatkan perbaikan kemajuan dan kesejahteraan hidup. Kekuasaannya masih akan terus saja melanggengkan keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan, dan mentalitas inlander suatu bangsa.
Untuk itu, bangsa Indonesia membutuhkan persatuan kekuatan rakyat untuk berjuang melawan penjajahan gaya baru neoliberalisme, dan mengembalikan cita-cita politik Pancasila 1 Juni--Soekarno ke alam pemikiran dan tindakan rakyat Indonesia, maka Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) menegaskan bahwa jalan untuk bangkit berdaulat dan mandiri dari keterpurukan saat ini dengan perjuangan melawan praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dan berjuang mengembalikan kembali kedaulatan nasional atas Sumber Daya Alam dan Sumber-Sumber Kehidupan Rakyat Indonesia serta menegakkan penegakkan HAM dan Demokrasi di Indonesia.
Lamen Hendra Saputra
Ketua Umum Ketua Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND)