Berita

Pertahanan

Kesadaran Internasional Untungkan Sektor Perikanan Indonesia

JUMAT, 25 APRIL 2014 | 15:53 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

Regulasi internasional di sektor perikanan, berlaku di Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) dan forum ASEAN Sectoral Working Group on Fisheries (ASWGFi), mulai membuahkan hasil kepada Indonesia. Hasilnya, penurunan jumlah kapal ilegal asing yang berniat mencuri ikan.

Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Syahrin Abdurrahman, di Batam, Jumat (25/4).

"Meski belum signifikan, namun ada penurunan karena ada kesadaran internasional. FA0 jelas melarang penangkapan ikan ilegal," ujarnya.


Syahrin mengatakan, negara-negara sasaran ekspor hasil perikanan dari Asia Tenggara kini memiliki peraturan yang ketat terhadap barang masuk. Negara-negara Uni Eropa, seperti Rusia, telah tegas menolak hasil perikanan yang tidak jelas cara penangkapannya. Apalagi jika diambil dengan pukat harimau atau bahan peledak.

"Ikan-ikan yang ditangkap secara ilegal juga ditolak di Thailand, Jepang, karena mereka tahu cara penangkapannya ilegal. Semua menolak, karena tidak dapat dipertanggungjawabkan cara penangkapannya," imbuhnya.

Sayangnya, komitmen negara-negara tetangga yang nelayannya sering kedapatan mencuri ikan di Indonesia, masih belum maksimal. Otoritas pemerintah asing masih belum tegas menindak kapal nelayannya yang menangkap ikan di Indonesia.

Kapal nelayan Vietnam merupakan yang tersering melanggar perairan Indonesia. Dari data KKP, sepanjang tahun 2007 hingga April 2014 ratusan unit kapal ilegal sudah berhasil diamankan. Dengan rincian; Vietnam 417, Thailand 103, Malaysia 81, Philipinan 56, RRC 31, Taiwan, 6, dan Hongkong 2.

Indonesia memiliki luas laut (lebih dari 95.181 km) atau 2/3 dari luas wilayah NKRI yakni sekitar 5,8 juta km2, serta tersimpan potensi sumber daya perikanan tangkap lebih dari 6,4 juta ton/tahun yang diikuti dengan produksi perikanan tangkap di laut sekitar 4,7 juta ton/tahun. [ald]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya