Masyarakat masih merasa standar pelayanan minimum (SPM) yang diterapkan PT Kereta Api Indonesia (KAI) sangat lemah. Untuk itu, diperlukan evaluasi secepatnya.
“Regulasi SPM saya mohon ada sesuatu yang dievaluasi. Saya siap apapun hasilnya agar SPM ini mampu dilaksanakan,†kata Menteri Perhubungan (Menhub) EE Mangindaan saat dialog nasional Kebangkitan Perkeretaapian Indonesia di Jakarta, kemarin.
Menurut Mangindaan, SPM yang baik dapat dilakukan secara maksimal dan tidak dapat ocehan dari para pengguna kereta api dan seluruh transportasi sudah tereintegrasi.
Oleh karena itu, dia meminta Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan memperbaiki kondisi stasiun perkotaan dengan menggandeng investor swasta.
Dia mencontohkan, investor bisa mengembangkan pusat hunian seperti apartemen di atas stasiun kereta.
“Bisa bikin stasiun bertingkat, kerja sama dengan swasta bikin apartemen. Ini pemikiran setelah saya keliling Eropa dan Tokyo. Kita bisa kerja sama dengan swasta,†paparnya.
Dengan fasilitas tersebut, lanjut Mangindaan, mobilitas masyarakat perkotaan bisa lebih cepat. Ia juga meminta KAI menambah bangunan parkir kereta api bertingkat di atas stasiun. “Parking area jangan di luar tapi di atas,†ucapnya.
Politisi Partai Demokrat ini menilai, dengan penyediaan fasilitas hunian hingga area parkir di atas bangunan stasiun perkotaan, maka penggunaan kendaraan pribadi bisa ikut ditekan dan masyarakat punya pilihan memakai transportasi umum.
“Saya dapat informasi dari Polda kendaraan pribadi masuk Jakarta 20.000 kendaraan. Itu kendaraan pribadi dari Jabodetabek. Berapa kilometer jalan yang terisi saat waktu yang sama. Untuk itu kita harus bangun parking area stasiun di Depok, Tangerang, Bogor, Bekasi,†terangnya.
Selain itu, Mangindaan juga meminta KAI memperbanyak stasiun di wilayah Jabodetabek. Dengan keberadaan stasiun-stasiun tersebut, masyarakat yang bekerja di Jakarta bisa memarkir kendaraan pribadinya dan berganti moda kereta api menuju ibukota. Cara ini diharapkan dapat menekan kemacetan di Jakarta.
Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan menegaskan, penerapan SPM merupakan pekerjaan yang paling mudah diterapkan. Hanya saja, penerapan itu harus ada komitmen yang tinggi serta konsistensi.
“SPM menurut saya cerita paling gampang. Tapi secara kultur masyarakat kita untuk disiplin itu perlu waktu,†kata dia.
Jonan menjelaskan, penerapan SPM pada commuter line Jabodetabek bisa diterapkan dengan baik, salah satunya penggunaan pintu elektronik yang dilakukan tanpa adanya instruksi. Namun, beberapa SPM tidak mudah diterapkan pada transportasi lainnya.
“Di KAI coba satu-satu untuk SPM. SPM ada 100, dikerjakan satu-satu yang bisa,†ungkapnya.
Jonan mengaku, saat ini KAI lebih mengutamakan hak para penumpang, misalnya dilihat dari sektor keamanan dan kenyamanan. Oleh karena itu, masalah sarana dan infrastruktur juga harus lebih ditingkatkan.
Ia mengatakan, kondisi keamanan untuk KRL Commuter Jabodetabek juga sudah sangat terjaga. Jonan mengklaim, saat ini minim keluhan dari para penumpang untuk tindak kejahatan. Pemberian rasa aman merupakan bagian dari SPM perkeretaapian. ***