Berita

ilustrasi

On The Spot

Mau Dipakai Sembahyang, Begadang Bersihkan Lumpur

Jelang Imlek, Klenteng Kebanjiran
JUMAT, 31 JANUARI 2014 | 09:17 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Aroma dupa tercium di Wihara Amurva Bhumi atau Hok Tek Tjeng Sin yang berada di Jalan Prof. Dr Satrio Nomor 2 Karet, Jakarta Selatan, kemarin. Puluhan pengurus klenteng berompi kuning, terlihat sibuk berbenah menyambut Hari Raya Imlek 2565 yang jatuh pada hari ini. Para jamaat satu per satu mulai berdatangan untuk menyembah syukur.

Tan Hong Hui, salah satu pengurus klenteng, memimpin aksi bersih-bersih itu. Klenteng yang berada tepat di bibir Kali Krukut tersebut sempat tergenang air hingga 1,5 meter selama tiga hari dua malam (Selasa-Kamis). Ratusan lilin persembahan para jemaat, dievakuasi di ruang serba guna yang berada di lantai dua.

“Tadi (kemarin-red) pagi banjir baru surut, kita kerja bakti bersihkan klenteng. Banyak yang tidak pulang,” ujar Tan.

Hari Raya Imlek memang identik dengan hujan. Namun saat curah hujan tinggi, klenteng ini selalu kebanjiran. Ini juga yang terjadi setiap kali menjelang Imlek.

Namun, pria yang rambutnya sudah memutih semua itu, tidak mengeluh sedikit pun atas banjir yang datang.

“Itu juga dari Dewa Air dan Langit. Kita berdoa saja dan terima kasih air sudah surut,” katanya.

Klenteng Hok Tek Tjeng Sin itu terlihat megah. Sebuah tenda ukuran 3x8 meter tegak berdiri di depannya. Tenda dilapisi terpal berwarna biru. Tujuannya, jika hujan turun, air tidak merembas dan mengganggu jemaat yang bersembahyang.

Di bagian dalam klenteng, lantainya sudah terlihat kinclong. Perabotan ibadah seperti meja dupa, hingga ratusan lilin persembahaan jemaat ditata rapi. Sebagian jemaat mulai berdatangan menggunakan mobil maupun motor. Mereka bersembahyang menyambut Hari Raya Imlek.

Tan yang telah berusia 61 tahun itu, menceritakan kesibukan saat klenteng mulai terendam air mulai Selasa malam. Beruntung, jelang hari raya para pengurus yang rata-rata tinggal tak jauh dari klenteng selalu begadang. Sebuah bangunan dua lantai di sisi kiri klenteng digunakan untuk sekretariat dan aula pertemuan para pengurus maupun jemaat.

Tan mengisahkan, air datang dari berbagai penjuru, dari belakang yang langsung berhadapan dengan Kali Krukut. Dari sisi kiri yang terdapat saluran air selebar dua meter dan juga dari pintu masuk klenteng, yakni Jalan Prof Dr Satrio.

Perlahan tapi pasti, air berangsur naik hingga mencapai 1,5 meter. Sejurus kemudian, perabotan ibadah yang dapat diangkat, diamankan ke ruang aula.

Tan bersyukur sehari menjelang imlek air sudah surut di pagi hari. Menurutnya, puncak acara sembahyang bersama di klenteng itu adalah jam 12 malam, tepat di penghujung Imlek. Masih ada waktu untuk berbenah sebelum perayaan. Hingga kemarin sore, klenteng sudah bersih dan tak ada lagi lumpur cokelat yang tersisa.

Pada tahun baru Imlek ini, Tan berdoa agar mendapatkan kesuksesan. Mulai dari dirinya, keluarga, hingga bangsa dan negara. Diyakininya, restu Dewa Bumi yang menentukan setiap orang mendapatkan kesuksesan dari segi ekonomi.

“Tempat pertama kita berpijak adalah bumi. Setiap langkah, keselamatan, serta rejeki di atas bumi adalah kehendak Dewa Bumi,” ujarnya.

Selain itu, Tan berharap, pada perayaan Imlek tahun ini dapat tetap bisa mensyukuri apa yang diberikan Tuhan meskipun berbagai musibah menimpa negeri ini. Baginya, momen Tahun Baru merupakan refleksi terhadap kehidupan di mana manusia harus bersyukur dengan apa yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa.

“Kami juga akan mendoakan kesehatan dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia,” katanya.

Pemantauan Rakyat Merdeka, berbagai persiapan menyambut malam Imlek kemarin dilakukan pihak klenteng. Pihak keamanan dari Kepolisian maupun TNI AD sudah datang untuk mengamankan. Pengurus pun sibuk berbenah. Sebuah meja kayu diturunkan dari ruang sekretariat menuju tempat ibadah.

Selain itu, para pelaku seni Barongsai pun mulai datang. Mengenakan kostum berwarna merah, mereka beratraksi sejak sore hingga malam hari. Puluhan orang terlihat mengecek atribut barongsai, seperti gendang. Barongsai ditaruh di depan klenteng.

Andreas, salah satu penari Barongsai menyatakan, sering unjuk gigi di klenteng itu. Menurutnya, banjir memang kerap datang di klenteng itu, namun tidak separah dua hari silam. Pria berkulit bersih itu berharap agar banjir tidak kembali menggenang tempat bersembahyang kepada Dewa Bumi itu.

Sebelum memulai atraksi, Andreas menyempatkan diri beribadah sejenak. Dia pun mengelilingi klenteng dan menyembah lima patung dewa yang tersedia. Dua di antaranya, Dewi Kwam In, dan Hok Tek Tjeng Sin (Dewa Bumi). Dia berharap agar tahun ini lebih baik dari tahun kemarin.

 Perayaan Tahun Baru Imlek di Wihara tersebut dimulai pukul 6 sore. Adapun acara kebaktian dimulai pukul 9 malam. Puncaknya tepat pukul 12 malam. Untuk hari ini, kebaktian akan dilakukan  pukul 07.00 pagi. Sedangkan untuk sembahyang kepada dewa dan dewi dilakukan hingga sore hari.

 Di wihara tersebut terdapat lima patung dewa, yaitu Giok Hong Siang Te, yang merupakan perwujudan Tuhan Yang Maha Esa. Umat biasanya datang pertama kali membakar hio di altar patung dewa tersebut, kemudian beranjak ke Kong Co Hok Tek Tjeng Sin, dewa tuan rumah di wihara tersebut.

Setelah itu, sembahyang dilanjutkan ke altar Dewi Kwan In atau yang akrab dikenal dengan dewi welas asih. Doa dilanjutkan ke altar Dewa Kwang Tong atau Dewa Perang dan terakhir ke Dewa Tay Pek Sen Kun atau Dewa Bumi.

 Acara di wihara itu akan berlangsung sampai 15 hari ke depan atau sampai perayaan Cap Go Meh. Sebanyak 500 umat akan memadati kawasan Wihara Amurva Bumi ketika perayaan itu.

Diterpa Banjir Tinggi, Lilin “Rezeki” Pun Ikut Hanyut...

Wihara Amurva Bhumi (Hok Tek Tjeng Sin) yang berada di Jalan Prof. Dr Satrio Nomor 2 Karet, Jakarta Selatan, ternyata kerap kebanjiran. Setiap tahun sekali, air menggenangi area rumah peribadatan. Namun, banjir yang datang sejak Selasa hingga pagi kemarin adalah yang terparah. Ketinggiannya mencapai 1,5 meter.

Tan Hong Hui, salah satu pengurus klenteng terkejut banjir sempat mencapai ketinggian itu. Akibatnya, patung dewa dan dewi di sana harus diungsikan ke bagian yang lebih tinggi. Beberapa perlengkapan sembahyang, seperti lilin setinggi 180 cm dan berat 200 kg, ikut terendam air.

Kompleks Wihara itu terletak di muara menuju Kali Krukut. Banjir yang dialami kemarin, menurut Tan, lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya.

Biasanya, air hanya mampir semata kaki, dan surut dalam beberapa jam kemudian. Tidak pernah merendam sampai berhari-hari.

“Ini memang yang tertinggi. Waktu tahun 2007 hanya sebetis,” ujar Tan.

Ia menceritakan, selain evakuasi patung dewa, yang juga membuatnya waswas adalah evakuasi ratusan lilin persembahan umat. Lilin-lilin yang mulai dinyalakan saat malam Imlek itu banyak yang terhanyut. Rata-rata, yang berukuran kecil dengan tinggi 45 cm.

“Yang besar-besar masih kuat. Meski digotong ke atas juga,” katanya. Para pengurus pun sibuk memunguti lilin-lilin titipan umat itu.

Keselamatan lilin merupakan tanggung jawab yang dipikul pengurus klenteng. Mereka telah diberikan amanat untuk menjaga lilin. Apalagi, harga lilin yang berjejer rapi di halaman depan klenteng ini tidaklah murah. Harganya mulai dari Rp 850 ribu yang setinggi 45 cm hingga Rp 18 juta untuk ukuran 2 meter.

Lilin-lilin tersebut, akan mulai dibakar pada malam imlek, atau pukul 9 malam. Tidak sedikit, jemaat yang meminta membakar sendiri lilin tersebut tepat pukul 12 malam. Jika lewat pukul 12 malam para pemilik lilin tidak datang, maka lilin berwarna merah itu akan dibakar oleh pihak klenteng. “Tentu bilang dulu dengan empunya lilin,” terang Tan.

Nantinya, lilin-lilin itu akan dibiarkan menyala dan dijaga agar cahayanya tidak mati. Jika mati, maka pengurus dengan sigap menyalakan kembali. Lilin tersebut merupakan simbol persembahan kepada dewa-dewi agar diberikan rezeki yang baik di tahun mendatang.

Biasanya, yang memberikan persembahan lilin dengan ukuran yang besar-besar adalah mereka yang berprofesi sebagai pedagang atau pebisnis yang berharap usahanya mengalami peningkatan di tahun Kuda Kayu.

Polisi Pasang Metal Detector Di Pintu Wihara

Kepolisian Daerah Metro Jaya menurunkan 2.400 personel guna mengamankan perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek. Jumlah itu diperkirakan cukup untuk menjaga 295 wWihara yang tersebar di Jabodetabek.

Kepala Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, pengamanan itu akan dimulai pada malam hari kemarin, hingga sepanjang hari ini.

Rikwanto menuturkan, pengamanan khusus akan diterapkan pada beberapa Wihara besar di Jakarta. Satu di antaranya, Wihara Ekayana, Kelurahan Duri Kelapa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Wihara ini diteror dua bom berdaya ledak rendah pada 4 Agustus 2013. Ledakan bom terjadi pada pukul 8 dan 10 malam.

Sebagai langkah antisipasi, lanjut Rikwanto, setiap Wihara besar akan diberikan pengamanan ekstra berupa peletakan pintu pengamanan dan detektor logam di gerbang masuk wihara. Nantinya, semua umat Budha harus diperiksa dahulu sebelum memasuki area wihara.

Meski belum menerima laporan adanya ancaman bom, lanjutnya, Kepolisian tidak akan menganggap remeh pengamanan Imlek serta tidak menjadikannya momok menakutkan. “Kita bersama-sama waspada,” kata Rikwanto.

Selain itu, pengamanan juga akan dilakukan jajaran Kepolisian saat proses bagi-bagi angpau. Menurut Rikwanto, pembagian uang tunai itu berpotensi ricuh lantaran didatangi ratusan warga yang mengais rezeki saat perayaan Imlek.

“Kami sudah siap untuk mengamankan dan menertibkan tindakan anarkis yang kerap dilakukan orang-orang saat pembagian angpau,” kata Rikwanto sembari menegaskan, saat imlek pihaknya juga akan menjaga tempat rekreasi lantaran banyak warga yang akan berlibur.

Pemantauan Rakyat Merdeka, penjagaan pihak keamanan mulai dilakukan di Wihara Amurva Bhumi (Hok Tek Tjeng Sin) di Jalan Prof. Dr Satrio No 2 Karet, Jakarta, kemarin. 

Meski begitu, jumlahnya baru sedikit, dua orang polisi dan satu orang TNI-AD. Pintu detektor logam tak terlihat di gerbang yang Wihara yang termasuk cagar budaya ini.

Dwi Santoso, petugas patroli dari Kepolisian Sektor (Polsek) Setiabudi mengatakan, dari pantauannya hingga sore kemarin, suasana sangat kondusif dan terkontrol. “Biasanya baru akan datang pengunjung mulai pukul 5 sore,” kata Dwi.

Dwi menjelaskan, Polsek Setiabudi akan mengerahkan hingga 100 personel untuk mengamankan perayaan Imlek di Wihara ini.

Berburu Angpau, Pengemis Padati Petak Sembilan


Sudah menjadi rahasia umum, derasnya hujan yang turun jelang perayaan Imlek, berbanding lurus dengan banyaknya pengemis yang datang ke Wihara-wihara.

Salah satu Wihara yang diminati pengemis adalah Wihara Dharma Bakti yang berada di Jalan Kemenangan III Nomor13, Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat.

Sejak Selasa (28/1), ratusan pengemis mulai berdatangan ke Wihara itu demi mendapatkan uang. Mereka yang merayakan Imlek, biasanya saling berbagi kepada sesama dengan memberikan uang angpau.

Koordinator Keamanan Wihara Dharma Bakti, Hengky Halim mengatakan, hal biasa jika pengemis mulai berdatangan ke wilayah Petak Sembilan. Pasalnya, lebih dari lima klenteng tersebar di kawasan itu. Yang paling besar adalah Wihara Dharma Bakti.

Menurut Hengky, pengemis yang berdatangan bukan hanya berasal dari Jakarta. Namun, dari daerah-daerah seperti Tangerang maupun Bekasi. Namun, sebagian besar merupakan penduduk sekitar Wihara.

“Wihara tidak menyediakan angpau (amplop berisi uang) bagi mereka. Namun umat yang akan memberikannya,” katanya.

Sementara Ahin, salah satu pengurus Wihara Dharma Bhakti mengatakan, pihaknya siap mengatur para pengemis agar tertib dalam mengais rezeki dan mendapatkan angpau dari para pengunjung yang bersembahyang.

“Saat Imlek jumlah pengemis biasanya mencapai ribuan yang datang, mereka berasal dari berbagai daerah,” katanya.

Hayati (56), seorang pengemis mengatakan, sudah berada di Wihara itu sejak dua hari lalu. Hayati yang berasal dari Serang, Banten, datang bersama teman-temannya ke Wihara demi mendapatkan peruntungan. “Sekarang (kemarin) masih sepi, sejak kemarin (Rabu) saya baru dapat uang Rp 2.000,” jelas Hayati.

Hayati menagaku, dirinya sehari-hari berjualan gorengan. Namun menjelang Imlek, dia memilih ‘berburu’ angpau. Hal itu sudah dilakukannya sejak tiga tahun lalu. Pada perayaan Imlek 2013, Hayati mengaku berhasil mendapatkan uang sebesar Rp 400.000.

Sementara Ratmi, pengemis asal Jawa Tengah mengatakan, setiap tahun selalu datang ke Wihara tersebut untuk  mendapatkan angpau. “Tidak hanya angpau, tapi juga berbagai makanan didapat dari pengunjung,” katanya. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

UPDATE

Anak Usaha Telkom Hadirkan DreadHaunt, Gim Bergenre Survival Horror

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:57

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

2 Jam 1 Meja

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:40

Dua Mantan Pegawai Waskita Karya Digarap Kejagung

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:38

KPK Sita 7 Mobil dan Uang Rp1 Miliar usai Geledah 10 Rumah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:24

Bareskrim Bakal Bongkar Puluhan Artis dan Influencer Terlibat Promosi Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:42

Mudahkan Warga Urus Paspor, Imigration Lounge Kini Hadir di Mal Taman Anggrek

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:19

KPK Cekal 5 Tersangka Korupsi Pencairan Kredit Usaha Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:52

Polisi Tangkap Penyekap Bocah 12 Tahun Selama Seminggu di Kalideres

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:42

KPK Usut Dugaan Korupsi Pencairan Kredit Usaha BPR Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 22:52

Selengkapnya