Teka-teki soal beredarnya beras impor asal Vietnam mulai terkuak. Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai mengungkapkan beras itu masuk secara legal dan ada izin dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada 2013.
“Beras Vietnam yang memÂbanjiri Pasar Induk Cipinang buÂkan berasal dari penyeÂlunÂdupan, namun benar-benar diÂimpor meÂlalui Tanjung Priok dan Belawan, dan memang ada perÂizinannya dari Kemendag (KeÂmenÂterian Perdagangan),†jelas DiÂrektur Penerimaan dan InforÂmasi Cukai dan Pabean SusiÂwiÂyono dalam rilisnya yang diteÂrima Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut Susiwiyono, jenis beÂras yang dapat diimpor diatur daÂlam Lampiran II Peraturan MenÂteri Perdagangan Nomor 12/M-DAG/PER/4/2008, di maÂna unÂtuk beras lain-lain (Kode HS 1006.30.90.00 yang sesuai Buku Tarif KepaÂbeaÂnan Indonesia 2012 berubah ke Kode HS 1006.30.99.00) hanya bisa diÂimÂpor dengan tingkat keÂpecahan 5-25 persen oleh Perum Bulog.
“Semestinya tidak ada imporÂtasi beras tersebut dan tidak akan beredar di Pasar Induk Cipinang sebagaimana yang dipertanyakan pedagang beras Cipinang,†cetus SusiÂwiÂyono.
Namun faktanya, sesuai data surat perizinan impor yang diterÂbitkan Kemendag dan diterima Bea Cukai untuk dilayani di sistem layanan impor, terdapat 58 imÂportir lain selain Bulog yang diÂberikan izin untuk mengimpor beras jenis yang dipermasalahkan tersebut (Kode HS 1006.30.99.00) yang berasal dari Vietnam.
BerdaÂsarkan data impor dari Bea Cukai, menurut Susiwiyono, terdapat importasi sebanyak 83 kali dengan jumlah 16.900 Ton.
Dia mengatakan, Surat PerseÂtujuan Impor (SPI) diterbitkan pada 2013 oleh Kemendag deÂngÂan menggunakan Kode HS 1006.30.99.00. Semuanya maÂsuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok dan Belawan.
Keseluruhan importasi beras dengan Kode HS dimaksud telah dilengkapi dengan laporan surÂveyor total sebanyak 83 DokuÂmen Pemberitahuan Impor BaÂrang (PIB) dan 83 laporan surÂveyor yang telah diterbitkan dan dikirimkan oleh Kemendag meÂlalui Portal Indonesia National Single Window.
“Jadi impor beras asal Vietnam yang diprotes oleh pedagang CiÂpinang itu benar-benar ada. BahÂkan jumlahnya sudah menÂcapai 83 kali impor,†tegas Susiwiyono.
Dia menambahkan, dasar huÂkum impor beras adalah PerÂaturan Menteri Perdagangan NoÂmor 12/M-DAG/PER/4/2008, sebagaimana diperbarui dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 35/M-DAG/PER/8/2009 dan Peraturan Menteri PerÂdaÂgangan Nomor: 06/ M-DAG/PER/2/2012.
Dalam aturan itu disebutkan, impor beras untuk keperluan tertentu untuk kesehatan dan konsumsi khusus, hanya dapat dilakukan oleh importir terdafÂtar yang telah mendapat perseÂtujuan impor (kuota) dari MenÂteri Perdagangan.
Menanggapi data Bea Cukai, Wakil Menteri Perdagangan (WaÂmenÂdag) Bayu Krisnamurthi keuÂkeuh beras Vietnam yang berÂedar di pasar Induk Cipinang adaÂlah beÂras ilegal. “Yang legal adaÂlah jenis beras khusus. Di luar itu ilegal,†tegasnya di Jakarta, keÂmarin.
Menurut Bayu, pihaknya haÂnya memberikan rekomendasi imÂpor beras umum dengan kuaÂlitas medium kepada Perum BuÂlog untuk operasi pasar. SeÂdangÂkan untuk perusahaan swasta (importir umum), impor beras umum haram dilakukan.
Perusahaan swasta hanya boleh mendatangkan jenis beras khusus yang tidak diproduksi di IndoÂneÂsia. Hal ini, kata Bayu, sesuai deÂngan Peraturan Menteri PerdaÂgangan Nomor 12/M-DAG/PER/2/2008. “Yang diberikan izinnya adalah beras khusus untuk keÂperluan tertentu,†ujarnya.
Lalu, beras khusus jenis apa yang boleh diimpor perusahaan swasta, Bayu menyebut beberapa contoh jenis beras yang bisa diÂimpor perusahaan swasta. “AnÂtara lain beras japonica (Jepang), thai hom mali (Thailand), beras ketan dan beras pecah,†tuturnya.
Untuk diketahui, adanya perÂedaran beras impor asal VietÂnam dilaporkan oleh pedagang PaÂsar Induk Cipinang Billy Haryanto kepada Wamendag BaÂyu KrisnaÂmurthi dan Menko PerÂekonomian Hatta Rajasa saat melaÂkukan operasi pasar, Rabu (22/1).
Dalam keluhannya, pedagang mengatakan, beras tersebut hargaÂnya lebih murah dibanding beras yang dijualnya. Apalagi beras terÂsebut mempunyai surat dari DiÂrekÂtorat Jenderal (Ditjen) PerÂdaÂgangan Luar Negeri Kemendag.
Hatta meminta KemenÂdag meÂnindakÂlanÂjuti temuan terÂsebut. “Kalau meÂmang ada (beras ileÂgal) tangkap saja. Cari datanya dan tangÂkap orangnya,†tegas Hatta. ***