Kasus penculikan dan penyekapan yang terjadi di Tasikmalaya, ternyata korbannya tiga orang gadis ABG. Mereka masih di bawah umur. Para korban disekap dan disetubuhi pedagang VCD bajakan. Pelaku babak belur dihakimi keluarga korban yang kesal dengan ulahnya.
Selain diiming-imingi janji pernikahan, korban juga diancam akan dibunuh jika melarikan diri.
Pardi alias Candra (34), warga Kampung Dukuh Semar, Kecapi, Harjamukti, Kota Cirebon harus berurusan dengan anggota Polsek Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya. Pemuda yang sehari hari berjualan VCD bajakan nekat menyekap tiga remaja dibawah umur dalam kamar kostnya.
Menurut Kapolsek Cigalontang AKP Idan Wahyudin modus pelaku mengiming imingi korban dengan janji pernikahan serta buka usaha jual VCD. Ironisnya lagi, pelaku sempat meminta sejumlah uang kepada keluarga korban untuk biaya nikah. Namun, pelaku tidak pernah menepati janjinya melainkan memanfaatkan korban.
Ketiganya merupakan remaja dari tiga tempat berbeda. Selain warga Tasikmalaya, korbannya juga warga Lampung dan Banjar Negara. Bahkan, seorang diantaranya sudah disekap selama satu tahun. Selain mempekerjakan korban, pelaku juga kerap kali menyetubuhi korban secara bergantian. Korban tidak memiliki pilihan lain karena takut diancam akan dibunuh jika melarikan diri.
Keluarga korban yang kesal dengan ulah pelaku sempat menghakiminya. Pelaku menjalani pemeriksaan dengan luka lebam diwajah, telinga dan leher akibat pukulan keluarga korban.
Pelaku dan korban, Jum’at (17/1) siang masih menjalani pemeriksaan di Mapolsek Cigalontang. Dalam kasus ini pelaku terancam kurungan sembilan tahun penjara akibat perbuatannya.
Adalah Lina Marlina (13), salah satu korbannya. Ia yang warga KamÂpung BabakanÂhuÂni, Cidugaleun, CigaÂlontang, KabupaÂten TasikÂmaÂlaya, dibawa kabur pelaku. Ya, anak bungsu dari empat bersaudara putri paÂsaÂngÂan Rohman dan Tati, seperti dihipnotis. Pelaku sempat meminta uang dan mengancam keluarga korban melalui telepon.
“Pelaku mengancam akan membunuh korban jika kami tidak transper uang,†kata Kepala Desa CidugalÂeun, Nandang Kusnandar, yang masih kerabat korban.
Ceritanya berawal kala korban menerima telepon dari seorang laki-laki tak dikenal. Laki-laki tersebut kemudian meminta korban datang ke TermiÂnal bis antar kota InÂdihiang Kota TasikmaÂlaÂya. Meski korban belum kenal dengan laki-laki tersebut, tapi dia ‘keukeuh’ ingin bertemu. Orang tuanya sempat mempringati. Tapi korban malah ngamuk.
Akhirnya diantar kakak perempuannya korban pergi ke TermiÂnal Indihiang. Memang laki-laki itu tengah menunggu. Singkat cerita ketiganya ngobrol. Tapi aneh, diakhir obrolan korban tidak mau pulang. Ia yang baru lulus SD setahun lalu ini malah meminta kakaknya untuk pulang duluan.
"Saya mau ikut dengan laki-laki ini. Kakak silahkan pulang saja," kata korban.
Awalnya sang kakak menolak. Tapi kembali korban mengamuk. Yap, ia seperti dihipnotis. Padahal selama ini korban dikenal pendiam dan penurut. Dengan berat hati sang kakak pun pulang sendirian. Sementara korban pergi bersama si laki-laki tersebut entah kemana.
Setelah sehari semalam tak pulang, keluarganya khawatir. Terlebih hand phonenya tidak bisa dihubungi. Dua hari kemudian korban mengÂÂhuÂbungi orang tuanya. Ia mengaku berada di Cirebon dan meÂÂminta uang Rp 1 juta untuk mengurus syarat-syaÂrat nikah.
Orang tuanya menuruti permintaan korban. Tapi Kamis (26/12) malam korban kembali mengontak. Kali ini suara seorang laki-laki yang kembali meÂminÂta uang Rp 500 ribu. Uang terÂsebut katanya untuk biaya menikah.
[dem]