Berita

ilustrasi

On The Spot

Tanpa Nomor Antrean, Warga Cari Info Premi

Pendaftar BPJS Kesehatan Membludak
JUMAT, 17 JANUARI 2014 | 09:59 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah digulirkan sejak 1 Januari 2014. Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ramai didatangi masyarakat yang ingin jadi peserta program tersebut Seperti apa suasananya? Berikut laporannya.

Di Kantor BPJS Cabang Tangerang, warga harus datang dua kali untuk pendaftaran. Zulfikar, satpam kantor itu sibuk meladeni puluhan warga yang ingin mendaftarkan diri menjadi peserta BPJS. Rata-rata, mereka belum mengetahui apa itu BPJS. Berkali-kali, pria berseragam putih hitam itu menjelaskan dengan sabar.

“Ini pengganti Askes atau Jamsostek, jadi bisa berobat dengan kartu ini. Yang belum punya kartu Askes atau Jamsostek juga bisa daftar,” jelas singkat Zulfikar kepada warga yang mengitari meja resepsionis di lobby kantor beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan, Cikokol, Tangerang.

Zulfikar kemudian memberikan formulir pendaftaran kepada warga yang mendatanginya. Setiap orang, diminta mengisi data diri di kertas dua lembar. Namun, ekspresi lima orang warga yang memperhatikan penjelasan sang satpam langsung kecewa, begitu diminta pulang dan kembali ke kantor BPJS esok hari.

Pasalnya, jumlah antrean sudah membludak sudah mencapai nomor 500.

Dikhawatirkan, warga akan kecewa jika sudah menunggu lama namun tidak mendapat pelayanan. Alhasil, warga datang ke kantor itu lewat azan Zuhur, diminta kembali esok pagi.

“Datang dari jam enam pagi ya, biar cepet. Tapi kantor tetap buka jam delapan,” pesan Zulfikar kepada warga yang kemudian meninggalkan kantor. Tak sampai lima detik, warga kembali datang dengan pertanyaan serupa.

Galang, warga Balaraja Kabupaten Tangerang adalah satu di antara warga yang harus kembali datang esok harinya. Meski terdaftar sebagai warga Kabupaten Tangerang, dia memilih mendaftar di Kota Tangerang. Alasannya, dekat dengan tempat kerjanya di  Cikokol.

Pria yang juga kuliah di Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) itu mengaku awam dengan BPJS. Baru kali ini dia tertarik mendaftar dengan harapan mendapatkan jaminan kesehatan dari pemerintah, meskipun harus membayar premi setiap bulannya. “Kalau sakit bayar sendiri berat juga,” ujar Galang.

Meski tidak mendapat nomor antrean, Galang terlihat mencari informasi mengenai BPJS yang tertera di pintu kaca kantor itu. Di antaranya, harga premi per bulan dan berbagai tempat pelayanan yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

Tertera, ada tiga kelas keanggotaan BPJS Kesehatan. Kelas I, membayar premi Rp 59.500 per jiwa setiap bulannya. Kelas II, Rp 42.500, kelas III, Rp. 25.500. Belum berkeluarga dan masih kuliah, Galang langsung menyimpulkan akan mengambil kelas III.

Selain soal harga, fasilitas kesehatan tingkat pertama, sebelum dirujuk ke rumah sakit negeri maupun swasta pun tertera.  Untuk Kota Tangerang,  tersedia 32 puskesmas, 16 klinik gigi, 23 klinik pratama, 2 fasilitas kesehatan TNI dan Polri, 5 apotik, 2 optik, dan 1 PMI.

Pemantauan Rakyat Merdeka, tidak hanya di lantai dasar yang dikerumuni warga untuk mendaftar sebagai peserta BPJS secara mandiri. Tapi juga di lantai dua yang menjadi loket pelayanan pendaftaran. Terlihat puluhan orang duduk menanti dipanggil. Mereka yang tidak dapat tempat duduk harus berdiri bersandar tembok.

Sejak jam delapan pagi, empat loket yang tersedia nonstop melayani hingga jam delapan malam. Di loket itu, para pendaftar menyerahkan dua lembar formulir yang telah diisi dengan melampirkan data diri seperti KTP, dan Kartu Keluarga.

Supatmi, warga Taman Permata, Cipondoh, Tangerang, mengaku sudah datang sejak jam delapan pagi. Namun, hingga tepat jam dua siang, belum mendapat panggilan. Ibu dua orang anak itu mendapatkan nomor antrean 164. Sedangkan di layar loket 3 nomor antrean antrean baru menyentuh angka puluhan.

Bekerja sebagai kader Puskesmas di area tempat tinggalnya, Supatmi mengaku berat membayar premi Rp 25.500 per bulan. Pasalnya, dia harus menyisihkan uang lebih dari Rp 100 ribu setiap bulannya untuk jaminan kesehatan suami, dan kedua anaknya.

“Suami saya pengangguran, anak dua. Ya berat lah, saya mah dagang aja kerjanya, dulu dapat Jamkesmas gratis. Sekarang bayar, tapi mau gimana lagi daripada nggak bisa berobat,” ceplos Supatmi.

Diceritakan Supatmi, perjuangannya hingga mengantre di loket pendaftaran tidaklah mudah. Dia sudah datang sejak Senin (12/1) dan tidak dilayani lantaran sudah terlalu banyak pendaftar. Dia hanya memegang dua lembar formulir dan kembali datang Rabu, lantaran Selasa adalah tanggal merah.

Berbagai persyaratan pun sudah dipersiapkan. Mulai dari fotokopi Kartu Keluarga, Akta Kelahiran, Surat Nikah, dan pas foto 3x4 terlampir rapi di dalam map. Meski berat membayar, namun dia merasa senang dengan adanya program BPJS dimana dapat langsung mendapat tindakan medik ataupun pengobatan jika mendapatkan musibah.

Menurut Supatmi, perjuangannya mendapatkan kartu BPJS Kesehatan belum usai. Berdasar informasi alur pendaftaran BPJS secara mandiri, begitu mendaftarkan diri kepada petugas di loket pendaftaran yang berada di lantai 2. Selanjutnya adalah membayar premi di lantai dasar dan mengambil kartu di loket percetakan kartu di lantai 1.

Pemantauan Rakyat Merdeka, suasana di kantor BPJS cabang Tangerang, semakin sore semakin ramai. Lagi-lagi, warga kerap menyambangi Zulfikar, seorang satpam yang berjaga di lobby pintu masuk kantor. Tidak terlihat petugas BPJS yang khusus untuk sosialiasi kepada masyarakat yang ingin mendaftar.

Disediakan Loket Khusus Di Lantai 3
Perusahaan Wajib Daftarkan Karyawannya

Tangerang adalah daerah industri. Alhasil, ribuan perusahaan dan pabrik ada di wilayah ini. Tentunya, sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk mendaftarkan pekerjanya ke BPJS Kesehatan.

Kepala Pemasaran BPJS Kantor Cabang Tangerang, Tri Mulyanto sudah melakukan pendataan terhadap seluruh perusahaan di Tangerang. Jumlahnya 2900 perusahaan.

Dia menceritakan, perlu sosialisasi ekstra kepada kalangan pengusaha di Tangerang agar beralih ke BPJS Kesehatan. Jajarannya menjadwalkan sosialisasi setiap Selasa, Rabu, dan Kamis.

“Preminya (biaya bulanan) sama dengan perseorangan. Namun didaftarkan saja dengan pihak perusahaan,” ujar Tri kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Tri menceritakan, pihaknya kerja keras membantu perusahaan melakukan peralihan, Askes maupun Jamsostek, ke BPJS Kesehatan.

Pemantauan Rakyat Merdeka, di kantor BPJS Cabang Tangerang, loket pelayanan untuk perusahaan dibedakan dengan pendaftar mandiri (perseorangan). Untuk perseorangan dilakukan di lantai dua, sedangkan perusahaan di lantai 3.

Khusus untuk perusahaan, hanya tersedia satu loket. Tanpa papan nama maupun penunjuk kalau itu adalah loket untuk perusahaan. Puluhan karyawan dari instansi berbeda terlihat duduk mengantre. Pelayanan cukup lama. Sebab yang mengantre adalah perwakilan perusahaan yang ingin mendaftarkan karyawan di tempatnya bekerja.

Berdasarkan UU No 24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), ada sanksi bagi pemberi kerja selain penyelenggara negara, dan perseorangan yang tidak mendaftarkan pekerja dan keluarganya pada BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Ancaman pemberian sanksi itu tertuang pada PP No 86/2013 yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 24 Desember 2013. PP ini mewajibkan pemberi kerja selain penyelenggara untuk mendaftarkan diri dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS secara bertahap.

Pasien Cuci Darah Dan ICU Didaftarkan Jadi Peserta BPJS

Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan disambut antusias masyarakat. Di Kantor Cabang Tangerang, masyarakat yang mendaftar menjadi anggota program tersebut membludak.

Kepala Pemasaran BPJS Kantor Cabang Tangerang, Tri Mulyanto, terlihat sibuk menyiapkan sendiri perlengkapan sosialisasi program BPJS untuk kalangan perusahan di lantai dua kantor beralamat Jalan Perintis Kemerdekaan, Cikokol, Tangerang.

Sebuah laptop dia hubungkan ke proyektor, para peserta dari perwakilan perusahaan negeri atau swasta mulai berdatangan. Menurutnya, semua pegawai di kantor itu, ditugaskan untuk memberikan pelayanan masyarakat, terutama pendaftar program BPJS.

Untuk program pendaftaran mandiri, lanjut Tri, pihaknya bisa menangani hingga 400 warga Tangerang. Alhasil, langkah antisipasi sudah dilakukan di ntaranya, menambah loket pelayanan, dari dua loket menjadi empat loket.

“Petugasnya juga ditambah jadi lima orang (di loket),” kata Tri yang terlihat sibuk mondar-mandir di ruang aula untuk sosialisasi program BPJS.

Diakui Tri, pihaknya kewalahan atas membludaknya warga yang ingin mendaftar. Padahal, jajarannya telah melakukan antisipasi untuk membatasi pelayanan jika sudah menembus angka 400 antrean. Ditakuti, hingga magrib saat jam pelayanan ditutup, semua warga belum terlayani.

Senada, Kepala Cabang BPJS Kesehatan Tangerang Herry Rachmanto mengatakan, sejak pendaftaran dibuka, ratusan warga se-Tangerang Raya datang untuk mendaftar. Bahkan, per harinya bisa mencapai 500 hingga 600 orang.

“Yang daftar ini kebanyakan peserta umum yang sebelumnya belum terdaftar di Askes dan Jamkesmas. Terutama masyarakat yang sedang sakit, seperti ingin cuci darah atau dirawat di ruang ICU. Kan BPJS ini langsung bisa dipakai kalau sudah daftar dan bayar angsuran pertama,” ujar Herry.

Herry mengaku, banyaknya masyarakat yang mendaftar juga menyebabkan proses pendaftaran menjadi lamban. Pasalnya, jajarannya, harus melayani masyarakat dari Kota, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.

“Biasanya kita melayani tidak sampai 5 menit. Tapi karena kondisinya ramai, jadi masyarakat harus sabar. Bahkan sekarang kita layani sampai pukul 20.00 WIB,” katanya.

Selain itu, Herry menjelaskan, pelayanan yang didapat peserta BPJS serupa dengan Askes maupun Jamsostek yang berlaku sebelumnya. “Layanan yang didapatkan sama, bisa meng-cover semua penyakit. Hanya saja dirawat di kelas yang berbeda di rumah sakit tergantung daftar untuk kelas yang mana. Ada sekitar 35 rumah sakit di Tangerang yang melayani peserta BPJS kesehatan,” pungkasnya. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

UPDATE

Anak Usaha Telkom Hadirkan DreadHaunt, Gim Bergenre Survival Horror

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:57

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

2 Jam 1 Meja

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:40

Dua Mantan Pegawai Waskita Karya Digarap Kejagung

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:38

KPK Sita 7 Mobil dan Uang Rp1 Miliar usai Geledah 10 Rumah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:24

Bareskrim Bakal Bongkar Puluhan Artis dan Influencer Terlibat Promosi Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:42

Mudahkan Warga Urus Paspor, Imigration Lounge Kini Hadir di Mal Taman Anggrek

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:19

KPK Cekal 5 Tersangka Korupsi Pencairan Kredit Usaha Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:52

Polisi Tangkap Penyekap Bocah 12 Tahun Selama Seminggu di Kalideres

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:42

KPK Usut Dugaan Korupsi Pencairan Kredit Usaha BPR Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 22:52

Selengkapnya