Berita

ilustrasi

On The Spot

Parpol Bagikan Mie Instan Sampai Pembalut Wanita

Dirikan Posko Di Lokasi Banjir
RABU, 15 JANUARI 2014 | 09:43 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Menjelang pemilu, partai politik (parpol) makin rajin mendekati masyarakat. Seiring banjir yang melanda Jabodetabek, sejumlah parpol mendirikan posko. Apa saja yang dikerjakan posko itu? Yuk kita intip.

Awan hitam yang menyelimuti langit Jabodetabek berangsur menghilang kemarin siang. Sinar mentari cukup menyengat di kawasan Ciledug Indah, Kota Tangerang, Banten. Air menggenang di Jalan Raya KH Hasyim Ashari, yang menghubungkan antara Tangerang dan Jakarta mulai menyurut. Kendaraan bisa melintasi dengan perlahan.

Kondisi itu 180 derajat membaik. Dibandingkan Senin (13/1), jalan tersebut putus lantaran tergenang hingga setengah meter. Di perumahan sekitar, yakni Ciledug Indah 1 dan 2, tergenang dengan ketinggian air 1,5 meter.

Tepat di gerbang perumahan Ciledug Indah 2, di Jalan Hasyim Ashari, berdiri Posko Banjir Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Meski banjir terbilang surut, posko itu tetap berdiri dan menyalurkan bantuan kepada warga di perumahan Ciledug Indah 2.

Rusdi, kepala koordinator di posko itu terlihat sedang mendata persediaan makanan yang akan dibagikan kepada sekitar 400 warga komplek Ciledug Indah 2. Di posko itu, tersedia lima dus mie instan. Sebagian besar konsumsi, sudah diletakkan di sebuah masjid yang tidak tergenang di dalam perumahan.

Sebuah dapur umum ukuran 5x8 meter digunakan untuk memasak dan dibagikan kepada warga kebanjiran. Warga lebih banyak memilih tinggal di rumah mereka yang rata-rata berlantai dua. Meski banjir di lantai satu, mereka masih bisa menyelamatkan diri di lantai dua.

“Kita jemput bola membawa makanan dengan berenang menggunakan plastik air mineral yang diikat menjadi pelampung,” ujar Rusdi.

Pemantauan Rakyat Merdeka, selain jalan Hasyim Ashari yang menghubungkan Tangerang-Jakarta sudah bisa dilalui. Kondisi air di perumahan juga mulai surut. Warga mulai keluar rumah untuk berbelanja ke jalan raya. Kondisi air kurang lebih 30 cm atau selutut orang dewasa.

Umi, seorang warga Ciledug Indah 2 mendatangi Posko Banjir PKS, dia meminta bantuan mie instan. Wanita paruh baya yang memakai kerudung abu-abu itu sudah terbiasa meminta bantuan dengan petugas di posko PKS sejak kebanjiran.

Usai didata oleh Rusdi, Umi diberikan satu kardus mie instan. Tak membawa sendiri, seorang kader PKS membawakan sekardus mie instan dengan menggulung celana bahan hitamnya terlebih dahulu. Mereka berdua pun menelusuri komplek yang tergenang hingga setinggi lutut.

Pemantauan Rakyat Merdeka, hanya PKS, kontestan Pemilu 2014 yang mendirikan posko di area tersebut. Selain itu, ada posko dari Kepolisian dan TNI Angkatan Darat. Dua posko itu, tidak lagi dihuni warga. Air yang mulai surut sejak pagi kemarin, membuat warga kembali ke rumah masing-masing.

Rusdi membantah kalau posko yang didirikan ini untuk mencari simpati jelang Pemilu Legislatif 9 April 2014. Menurut warga Batu Ceper, Kota Tangerang itu, setiap warga Ciledug tertimpa musibah banjir kader PKS Kota Tangerang, selalu terjun untuk membantu.

“Mau pemilu atau tidak kita tetap membantu, di sini sudah langganan banjir. Warga sini juga sudah tahu kalau kami pasti datang saat banjir,” katanya bangga.

Mengenakan pakaian serba hitam, Rusdi mengatakan, posko tersebut dijaga 24 jam sehari. Satu shift ditugaskan hingga lima orang. Begitu pun dengan dapur umum yang berada di dekat rumah penduduk. Bedanya, di dapur umum, mayoritas kader perempuan PKS. “Total ada 20 orang,” katanya.

Berdasar catatan yang dibacakan Rusdi, poskonya telah menyalurkan 400 nasi bungkus untuk sarapan pagi (kemarin). Pembuatan makanan akan dilakukan sore hari untuk makan malam. Menunya sederhana, nasi telur dengan mie instan. Biaya posko ini berasal dari kader PKS atau warga yang datang ke posko membawa makanan hingga uang.

“Kalau uang kita belikan obat-obatan. Jadi kita tidak berikan uang kepada warga. Hanya makanan, pampers, pembalut wanita, dan obat-obatan,” ucap Rusdi yang terlihat kucel dan berbau keringat.

Musibah bajir yang menerpa kawasan Kota Tangerang, membuat Walikota setempat Arief R Wismansyah turun gunung. Dia melakukan pemantauan sejumlah kali dan sungai yang merendam pemukiman rumah warga sejak Senin (13/1).

“Kita terus melakukan pemantauan terhadap kali dan sungai untuk mengantisipasi banjir terkait masih terjadinya hujan dengan intensitas tinggi,” kata Arief, kemarin.

Arief mengatakan, meski sejumlah banjir telah surut di pemukiman warga, namun petugas dan relawan tetap diminta agar selalu siaga. Bantuan kepada warga dilakukan tak hanya pada saat peristiwa banjir, namun setelah itu. Sebab, kebutuhan logistik dan kebersihan lingkungan juga harus diperhatikan.

Oleh karena itu, Arief telah menginstruksikan kepada semua jajarannya untuk terjun ke lapangan dan mengambil bagian dalam penanganan banjir.

“Semua dinas terkait diminta bisa terjun ke lapangan dan membantu korban banjir dan mengantisipasi bila ada banjir susulan,” ujarnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Tagana Kota Tangerang, Perumahan Ciledug Indah 1 terdapat 500 kepala keluarga. Ketinggian air mencapai 40-120 sentimeter.

Ciledug Indah 2, terdapat 800 kepala keluarga dengan ketinggian air mencaapai 40 -120 sentimeter. Komplek DDN dengan 200 kepala keluarga dan ketinggian air mencapai 50-70 sentimeter.

Beberapa titik lain di Kota Tangerang juga masih tergenang. Yakni, Perumahan Total Persada terdapat 500 kepala keluarga. Di Perumahan Purati (300 kepala keluarga). Di Perumahan Cimone Mas Permai (300 kepala keluarga). Lalu di Perumahan Pondok Arum (800 kepala keluarga). Lalu di Perumahan Puri Kartika (700 kepala keluarga) dengan ketinggian air mencapai 30-50 sentimeter.

“Di lokasi banjir tersebut, kini telah disiagakan petugas dan relawan bersama makanan dan peralatan,” kata Ketua Tagana Kota Tangerang, Iksan Bhakti.

Awan Ke Jakarta Dipecah Pakai Garam
Cegah Banjir Besar

Sejak Senin kemarin, Jakarta dikepung banjir. Pemprov DKI Jakarta pun menetapkan status “Siaga Darurat Banjir”. Bagaimana langkah pemerintah menanggulangi ini?

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), serta TNI-AU kembali melaksanakan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC).

Teknologi tersebut dengan menyemai NaCL (garam dapur yang diolah menjadi tepung) untuk disebarkan dalam awan sebagai operasi modifikasi cuaca.

Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Heru Widodo mengatakan, TMC bisa merekayasa cuaca dari hujan menjadi tidak hujan, maupun sebaliknya.

“Melalui TMC, bisa mempercepat proses awan menjadi hujan atau jumping proses terhadap awan-awan yang sedang tumbuh dan bergerak memasuki Jabodetabek,” kata Heru dalam jumpa pers di Gedung Suma II, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, kemarin.

Awan-awan yang tumbuh di Jakarta, lanjut dia, juga bisa dipercepat proses hujannya agar tidak menjadi awan yang besar. Metode ini juga bisa mengurangi masa udara yang masuk ke Jabodetabek agar hujan yang terjadi tidak terlalu besar.

Keunggulan lainnya, dapat mengganggu proses pertumbuhan awan Jabodetabek yang bergerak meninggalkan daerah aliran sungai, dan tidak menjadi hujan di Jabodetabek. Penyebaran garam dieksekusi dengan menggunakan pesawat terbang jenis Hercules dan Casa 212-200.

“Metode ini dieksekusi menggunakan peralatan darat atau ground-based generator di 20 lokasi yang membangkitkan partikel-partikel halus untuk menciptakan efek persaingan pada awan agar sulit berkembang,” jelas Heru.

Ia menjelaskan, teknologi ini sebelumnya telah digunakan pada 2013 lalu. Saat itu, proses itu berhasil mengurangi curah hujan sebesar 20 hingga 50 persen.

Untuk melaksanakan TMC itu, pemerintah pusat dengan Pemprov DKI Jakarta telah mengalokasikan Rp 28 miliar. Rp 20 miliar dari Pemprov DKI Jakarta dan Rp 8 miliar dari BNPB.

Anggaran itu dialokasikan untuk pelaksanaan TMC sepanjang yang dibutuhkan. “Jadi, kita memindahkan hujan ke tempat lain, didistribusikan ke laut,” kata Heru.

Warga Waswas Jika Di Bogor Hujan Deras

Sudah menjadi rahasia umum, perumahan Ciledung Indah 1 dan 2 selalu banjir jika terjadi hujan deras hingga seharian penuh. Pada Senin kemarin, daerah itu diguyur hujan seharian. Akibatnya, ratusan rumah warga teredam, bahkan jalan Hasyim Ashari yang menghubungkan Tangerang dengan Jakarta sempat terputus pada malam harinya.

Ketinggian air di jalan mencapai 40 cm. Sontak tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun empat. Warga yang tetap ingin melintas, terutama motor dapat menggunakan jasa gerobak yang disediakan warga dengan membayar uang hingga Rp 40 ribu, sekali melintas.

Okagi, warga Ciledug Indah 2 mengaku saat ini ketinggian air di rumahnya sudah mulai surut, sebelumnya, rumahnya kebanjiran hingga ketinggian 2 meter lantaran berada cukup dalam di area perumahan.

“Surutnya sedikit sekali, di lokasi sampai 1-1,5 meter, kalau di bagian depan sudah mulai turun airnya,” kata Okagi.

Okagi berharap air yang menggenang di perumahannya segera surut. Apalagi sejak malam tadi hingga pagi ini cuaca cukup bersahabat.

“Ya semoga saja di hulu sana tidak hujan sehingga tidak ada lagi kiriman air. Biar cepat surut dan kami bisa bersih-bersih dan aktivitas kembali,” jelasnya. Hulu sungai-sungai yang melintas wilayah Kota Tangerang berada di daerah Bogor.

Hingga saat ini Okagi yang memiliki balita inipun mengaku tidak memilih mengungsi. Ia dan keluarga bertahan di lantai dua rumahnya.

Hujan deras dua hari belakangan ini membuat wilayah Kota Tangerang terkepung banjir. Banjir merendam ratusan rumah penduduk yang berada di Kecamatan Ciledug, Karang Tengah, Pinang, Cipondoh, Priuk, Kotabumi, dan Cibodas.

Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang, Karsidi, banjir di puluhan titik tersebut disebabkan meluapnya tiga kali yang melintas di daerah titik banjir yaitu Kali Angke, Kali Ciledug, dan Kali Sabi. “Kali meluap dan membanjiri permukiman warga,” ujar Karsidi.

Karsidi mengungkapkan, banjir yang melanda delapan perumahan di Kecamatan Ciledug, Karang Tengah, dan Pinang disebabkan oleh meluapnya Kali Angke. “Titik terparah ada di perumahan Ciledug Indah dan Pondok Bahar,” katanya.

Menurutnya, selain Ciledug Indah dan Pondok Bahar, perumahan lainnya seperti Puri Beta, Puri Kartika, Tajur, Pinangria, dan Duta Green Villa selalu menjadi langganan banjir jika hujan turun deras dan Kali Angke meluap.

Walikota Keliling Mendata Posko Parpol & Caleg

Sejumlah partai politik (parpol) mendirikan posko pengungsian di kawasan Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.

Wali Kota Jakarta Timur Krisdianto mengatakan, pihaknya akan terus mengawasi sejumlah posko yang didirikan parpol.

“Posko dan parpol, kita awasi. Jangan sampai ada kepentingan di situ,” ujar Krisdianto ketika ditemui di posko pengungsian korban banjir di Sudin Kesehatan Jakarta Timur.
Krisdianto menambahkan, pihaknya telah menyiapkan posko-posko pengungsian di luar parpol yang tersebar luas di seluruh kelurahan dan kecamatan se-Jakarta Timur.

“Persiapan protap sudah. Posko juga sudah siap, tadi saya ditelepon Pak SBY langsung untuk siapkan posko bagi para pengungsi korban banjir khusus di Jaktim. Untuk saat ini posko sudah di 44 kecamatan dan 65 kelurahan,” tandas Krisdianto.

Dijelaskan Krisdianto, pihaknya sempat khawatir dengan menjamurnya posko parpol maupun caleg di daerahnya yang mulai terjadi sejak Senin. Dikhawatirkan, partai dan caleg hanya mencari simpati warga menjelang pemilu.

“Saya keliling dari pagi posko yang dibuat partai dan caleg semakin banyak, terutama di wilayah Kampung Pulo,” kata Krisdianto.

Meski begitu, dia beranggapan kalau peristiwa menjamurnya posko itu adalah lumrah. Apalagi, kata dia, tahun ini merupakan tahun politik.

“Kami hanya mulai mendata dan mengawasi pendistribusian bantuan dari mereka,” ujarnya.

Menurutnya, pendataan itu penting agar pendistribusian tepat sasaran dan tidak menimbulkan konflik. Namun, dia mengaku tidak bisa menertibkan keberadaan posko-posko ini, karena warga memang membutuhkan.

“Keberadaan posko bantuan parpol dan caleg bantu kami juga kok. Kami sampai saat ini masih belum bisa memenuhi semua kebutuhan warga. Jadi keberadaan mereka membantu. Saya mengawasi hanya biar tertib saja,” ucap Krisdianto.

Dia mengungkapkan, saat ini banyak kebutuhan pokok warga belum terpenuhi seperti makanan, air bersih, dan alas tidur bagi pengungsi.

“Selain itu kesehatan. Warga sudah mulai banyak yang mengeluh sakit,” ujar dia.  ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

UPDATE

Anak Usaha Telkom Hadirkan DreadHaunt, Gim Bergenre Survival Horror

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:57

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

2 Jam 1 Meja

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:40

Dua Mantan Pegawai Waskita Karya Digarap Kejagung

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:38

KPK Sita 7 Mobil dan Uang Rp1 Miliar usai Geledah 10 Rumah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:24

Bareskrim Bakal Bongkar Puluhan Artis dan Influencer Terlibat Promosi Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:42

Mudahkan Warga Urus Paspor, Imigration Lounge Kini Hadir di Mal Taman Anggrek

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:19

KPK Cekal 5 Tersangka Korupsi Pencairan Kredit Usaha Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:52

Polisi Tangkap Penyekap Bocah 12 Tahun Selama Seminggu di Kalideres

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:42

KPK Usut Dugaan Korupsi Pencairan Kredit Usaha BPR Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 22:52

Selengkapnya