PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) mendirikan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) pertamanya di wilayah Jabodetabek sebagai upaya merealisasikan amanat Presiden menjadi pioner dalam program transformasi energi dari BBM ke gas bumi.
"SPBG ini merupakan bentuk nyata PGN untuk perluasan pemanfaatan gas bumi dan mendukung program pemerintah dalam konversi BBM ke BBG untuk transportasi," ujar Direktur Utama PGN, Hendi Prio Santoso saat peresmian SPBG pertama PGN yang terletak d kawasan Pondok Ungu, Bekasi, Selasa (24/12).
Hendi mengatakan pihaknya tidak bisa jalan sendiri, dibutuhkan dukungan pemerintah dan kerjasama seluruh stakeholder untuk mendorong masyarakat melakukan penghematan bahan bakar dengan menggunakan gas yang lebih ekonomis, aman, dan ramah lingkungan.
SPBG pertama PGN yang terletak di kawasan Pondok Ungu, Bekasi, diresmikan oleh Menteri ESDM Jero Wacik. Dalam peresmian itu Jero Wacik didampingi Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso dan dihadiri oleh stakeholder PGN lainnya. Pembangunan SPBG ini merupakan komitmen PGN untuk mendukung konversi energi dari BBM ke bahan bakar gas (BBG) di sektor transportasi.Â
Sebelumnya, PGN telah menjadi inisiator dengan membangun Mobile Refueling Unit (MRU) yang berada di Monas, Jakarta. MRU difungsikan untuk pengisian bahan bakar kendaraan seperti bajaj, bus TransJakarta dan kendaraan berbahan bakar gas lainnya. PGN juga telah membangun lebih dari 6000 km infrastruktur pipa gas di seluruh Indonesia dan memiliki lebih dari 91.000 pelanggan.
SPBG yang dibangun di Pondok Ungu Bekasi dilengkapi dengan 2 dispenser yang masing-masing memiliki kapasitas penyaluran gas 1000 meter kubik gas per hari. Satu dispenser melayani kendaraan besar seperti bus dan satu dispenser melayani kendaraan kecil seperti taksi, angkot dan kendaraan pribadi. Setiap dispenser memiliki 2 nozzle untuk pengisian ke kendaraan. Fasilitas SPBG ini akan digunakan untuk sejumlah kendaraan umum di wilayah Bekasi seperti taksi, angkot dan bus Trans Jakarta dan kendaraan pribadi.Â
"Kami yakin program konversi energi BBM ke gas ini bisa berjalan maksimal. Melalui sinergi dengan lembaga pemerintah dan swasta ini, kami berharap pemanfaatan gas bumi akan mampu menciptakan efisiensi dan memperkuat perekonomian nasional sehingga pada akhirnya akan menciptakan kemandirian dan ketahanan energi," jelas Hendi.
Pembangunan SPBG di wilayah Bekasi tersebut juga merespon tingginya lalu lintas kendaraan yang hilir mudik ke Jakarta setiap harinya sebesar 60% dari total populasi warga Bekasi. Sejalan dengan ini, penggunaan gas pada kendaraan di wilayah Bekasi diperkirakan akan terus tumbuh. Sehingga tidak ada alasan untuk menunda penggunaan bahan bakar gas terutama di sektor transportasi massal.
Penggunaan gas bumi di sektor transportasi wilayah Bekasi akan memberikan banyak keuntungan bagi pengguna kendaraan bermotor, selain menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan efisien sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap BBM dan memangkas beban subsidi pemerintah.
 Setiap tahun kebutuhan BBM dan subsidi BBM di APBN terus melonjak. Tahun ini kuota BBM subsidi di APBN sebesar 48 juta kiloliter dengan besaran subsidi BBM Rp 199,9 triliun. Akibat penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar, Kementerian Keuangan memprediksi subsidi akan membengkak menjadi Rp 250 triliun.
Penggunaan BBG akan lebih ekonomis dan memangkas beban subsidi karena harga BBG jauh lebih murah yaitu sekitar Rp 3.100 per liter, dibandingkan BBM subsidi yaitu Rp 6500 untuk premium dan Rp 5500 untuk solar.
[dem]Â