Berita

Politik

POLING

Masih Layakkah Mega Menjadi Capres PDIP?

SENIN, 09 DESEMBER 2013 | 17:27 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Joko Widodo alias Jokowi bukan satu-satunya kader berkualitas di PDI Perjuangan meski dialah raja survei sementara ini.

Keyakinan itu masih terdengar dari internal partai banteng untuk menentang desakan kuat dari dalam maupun luar partai untuk cepat-cepat mengusung Jokowi sebagai calon presiden periode 2014-2019.

Jokowi belum tentu dicapreskan PDIP. Semua keputusan partai bergantung pada satu suara yaitu sang ketua umum, Megawati Soekarnoputri.


Memang, Mega sempat mempercayakan suatu momentum spesial kepada Gubernur DKI Jakarta itu untuk membacakan "Dedication of Life" yang ditulis presiden pertama, Ir. Soekarno. Jokowi diserahkan tanggung jawa untuk membacakannya pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III PDI Perjuangan di Ecopark Convention, Ancol, Jumat 6 September lalu.

Banyak yang menduga mandat Mega kepada Jokowi saat itu menggambarkan sebuah kepercayaan yang lebih besar, terkait pencalonan presiden dari PDIP. Mega sendiri membeberkan alasannya memberi kepercayaan pada Jokowi untuk membacakan karya sang ayah adalah terkait makna regenerasi.

"Kenapa yang membaca 'Dedication of Life' justru Pak Jokowi? Ya karena katakan itu sebuah makna bahwa sebuah regenerasi secara alami pasti berlanjut," ujar Megawati.

Manuver politik lain semakin membuat geger publik. Oktober lalu, mantan Walikota Solo itu blusukan versama Mega mengunjungi Waduk Pluit dan Waduk Ria Rio. Perjalanan keduanya diisi perbincangan hangat tentang bagaimana konsep Bung Karno dulu membangun tata kota Jakarta.  Megawati pun menyarankan kepada Jokowi agar segera menghijaukan Jakarta.

Setelah kunjungan ke waduk selesai, Jokowi dan Mega menuju ke arah Pulo Mas. Mobil tersebut berhenti di warung tegal. Kemesraan mereka berlanjut di meja makan dengan canda tawa.

Apa maksud yang hendak mereka sampaikan? Publik awam menangkap sinyal Mega yang tengah menyodorkan Jokowi sebagai calon penggantinya untuk bertahta di kursi capres PDIP.

Namun, tak sedikit kalangan politik yang meyakini bahwa Mega tengah menjelaskan kepada Jokowi dan masyarakat luas bahwa tugas-tugas untuk membenahi Jakarta belum selesai dan tidak mudah. Mega sebetulnya hendak menegaskan bahwa amanat partai dan amanat rakyat kepada Jokowi adalah membenahi ibukota dengan segala problematikanya.

Di tengah banyak spekulasi dan penegasan PDIP bahwa nama capres akan diumumkan hanya setelah hasil pemilihan legislatif 2014 diketahui, belakangan ini menguat dukungan kepada Mega untuk maju lagi sebagai capres. Sokongan moral ini kebanyakan datang dari golongan kader sepuh dan muda tapi ideologis.

Kharisma dan kapasitas Mega sebagai pemimpin "berdarah biru" masih dipercaya mampu menembus pentas nasional. Apalagi, Mega satu-satunya perempuan Indonesia yang pernah menjabat presiden. Rezim Mega juga berprestasi dalam melahirkan pemilihan umum nasional pertama yang bersifat langsung.

Sebut saja Mardiyo, mantan Ketua DPD PDIP Jawa Tengah yang sempat lompat partai karena perbedaan pendapat dengan DPP PDIP. Dia menghapus sejarah pahit dirinya dengan Mega terkait pencalonan Pilkada Jateng tahun 2003.

Sementara itu, bila tidak ada aral melintang, dua hari lagi (Rabu, 11/12) giliran kelompok Pro Megawati atau ProMeg dari Jawa Timur yang akan mendeklarasikan dukungan terhadap putri Bung Karno itu.

Terkait dengan suhu politik di PDIP, beberapa waktu lalu, seorang petinggi PDIP pusat mengumbar tiga skenario PDIP ke media massa. Pertama, memasangkan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, dengan Gubernur DKI, Joko Widodo (Jokowi). Kedua, mengusung Jokowi sebagai calon presiden dengan kader internal sebagai pendamping. Sedangkan ketiga adalah menyandingkan Jokowi dengan orang dari luar partai.
 
Dari tiga skenario itu, nama Mega sepertinya tak lagi mendominasi karena nama Jokowi berada di ketiga skenario. Mega hanya diletakkan di skenario pertama untuk dipasangkan dengan Jokowi sebagai posisi kedua.

Kalau berkaca pada angka-angka survei, tentu saja Mega riskan dipertimbangkan karena angka elektabilitasnya yang sangat rendah dibandingkan tokoh-tokoh lain, terutama jika dibandingkan dengan kadernya sendiri, Jokowi. Tetapi tak terbantahkan bahwa Mega masih memiliki volume pendukung fanatik yang luar biasa. Mega dianggap sebagai ibu dari kaum nasionalis Indonesia, aset dari ideologi Soekarnois.

Rubrik Poling RMOL yang dibuka hari ini mengangkat tema, "Masih layakkah Mega menjadi capres PDIP?".

Kami mengajak partisipasi pembaca yang budiman untuk ikut serta dalam poling yang kami sajikan ini. Perlu kami sampaikan, apapun hasilnya nanti, poling ini tidak memenuhi kaidah akademis sehingga tidak mencerminkan sikap rakyat Indonesia secara umum.  [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya