Perekonomian Indonesia hingga tahun depan diperkirakan masih mendapat tekanan dari defisit transaksi berjalan.
Diperkirakan angka defisit transaksi berjalan sepanjang tahun 2013 sebesar 32 miliar dolar AS. Defisit tersebut disebabkan oleh impor barang dan jasa yang lebih besar dari ekspor. Sekitar 26 persen dari total impor merupakan barang yang berhubungan dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kendaraan bermotor.
Kepala Bidang Kominfo DPP Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Ondy A. Saputra, mengatakan bahwa harus ada langkah yang efektif untuk memangkas defisit sebesar 32 miliar dolar AS pada transaksi berjalan.
"Perekonomian yang defisit menandakan adanya kesalahan dalam pengelolaan ekonomi bangsa ini. Untuk menutupi defisit pemerintah terpaksa berutang, hal ini justru akan semakin memberatkan ekonomi Indonesia untuk jangka panjang. Karena itu pemerintah perlu melakukan langkah yang efektif," terangnya dalam rilisnya.
Sebanyak 26 persen dari total impor merupakan barang yang berhubungan dengan BBM. Hal tersebut diperparah dengan angka penjualan mobil yang terus meningkat. Dengan demikian kebutuhan konsumsi BBM nasional akan bertambah. Jika sudah begitu negara terpaksa mengimpor BBM lebih banyak. Maka defisit akan semakin bertambah sehingga perekonomian semakin tidak sehat.
Ondy mengatakan bahwa pemerintah harus segera melakukan program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar nabati sebagai langkah untuk mengurangi ketergantungan kepada bahan bakar minyak.
Penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah langkah yang tepat untuk mengurangi ketergantungan BBM. Perekonomian juga akan lebih sehat karena tingkat defisit yang berkurang bahkan bisa surplus. Di sisi lain tingkat kemakmuran rakyat juga akan meningkat karena produksi BBN akan menambah lapangan kerja bagi rakyat Indonesia.
[ald]